TEMPO.CO, Jakarta - TikTok akan melarang konten yang mempromosikan surat Osama bin Laden tahun 2002 yang merinci pembenaran mantan pemimpin Al Qaeda tersebut atas serangan terhadap orang Amerika, kata aplikasi video pendek tersebut pada hari Kamis waktu Amerika Serikat, atau Jumat, 17 November 2023.
Mengutip Reuters, diskusi mengenai surat berusia 20 tahun tersebut telah menyebar di platform tersebut minggu ini dalam konteks perdebatan mengenai perang Israel-Hamas, dengan beberapa pengguna di Barat memuji isinya.
Surat tersebut, yang ditulis setelah serangan Al Qaeda terhadap Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang, mengkritik dukungan AS terhadap Israel, menuduh Amerika mendanai “penindasan” terhadap Palestina, dan berisi komentar antisemit.
Bin Laden dibunuh pada tahun 2011 di Pakistan oleh unit operasi khusus militer AS.
“Konten yang mempromosikan surat ini jelas melanggar aturan kami dalam mendukung segala bentuk terorisme,” kata TikTok dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa laporan bahwa konten tersebut “tren” di platform tersebut tidak akurat.
Pencarian untuk "Surat untuk Amerika" di TikTok tidak membuahkan hasil pada hari Kamis, dengan pemberitahuan yang menyatakan bahwa frasa tersebut mungkin terkait dengan "konten yang melanggar pedoman kami."
Beberapa anggota parlemen AS telah menyerukan pelarangan aplikasi milik Tiongkok dan telah memperbarui kritik mereka sebelum pengumuman pada hari Kamis.
Perwakilan Demokrat Josh Gottheimer mengatakan pada hari Rabu di X, sebelumnya Twitter, bahwa TikTok “mendorong propaganda pro-teroris untuk mempengaruhi orang Amerika.”
Juru bicara Gedung Putih Andrew Bates mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis: "Tidak pernah ada pembenaran untuk menyebarkan kebohongan yang menjijikkan, jahat, dan antisemit yang dikeluarkan oleh pemimpin Al Qaeda setelah melakukan serangan teroris terburuk dalam sejarah Amerika."
Pada hari Rabu, The Guardian menghapus teks lengkap surat bin Laden, yang diterbitkan pada tahun 2002. Outlet berita tersebut mengatakan di situsnya bahwa surat tersebut dibagikan di media sosial tanpa konteks penuh, dan malah akan mengarahkan pembaca ke media sosial. artikel berita yang awalnya memberitakan surat itu.
TikTok mengatakan sebelumnya algoritma rekomendasinya tidak mendorong konten tertentu kepada pengguna, dan bahwa perusahaan telah menghapus ratusan ribu video sejak 7 Oktober karena melanggar kebijakan terhadap misinformasi dan promosi kekerasan.
Sulit untuk mendapatkan pemahaman penuh tentang seberapa lazim konten tertentu di TikTok, sebagian karena peneliti eksternal memiliki akses terbatas terhadap datanya, kata Renee DiResta, manajer riset di Stanford Internet Observatory.
Pilihan Editor: Jokowi Pamer Universitas Georgetown Masuk Indonesia, Ini Kata Kementerian Pendidikan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.