TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Amanda Debi Arafah, berhasil mengikuti program IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) di Deggendorf Institute of Technology, Jerman. Anak penjual pentol ini akhirnya bisa menjajal sekolah di kampus impiannya.
Namun, dia sempat cemas soal urusan pendanaan sebelum berangkat. “Ketika hari pengumuman tiba, saya begitu excited sekaligus cemas. Karena jika diterima akan banyak persiapan lagi, baik dari sisi kelengkapan maupun pendanaan,” kata Amanda dilansir dari situs Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pad Ahad, 19 November 2023.
Amanda rupanya tidak ingin membebani ayahnya dengan berbagai persiapan terkait keberangkatan ke Jerman. Apalagi, sang ayah yang hanya mengandalkan penghasilan dari berjualan pentol keliling. Amanda yang merupakan guru les mata pelajaran ini harus berusaha keras untuk bisa mendapatkan uang tambahan demi bisa memenuhi sejumlah dokumen untuk persyaratan.
“Saya mulai mengumpulkan hasil tabungan selama mengajar. Kemudian, dibantu oleh Ibu juga yang menerima order rajutan di rumah,” kata Amanda yang juga merupakan penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Berkat kegigihan Amanda dan pengorbanan kedua orang tuanya, Amanda pun akhirnya bisa menyelesaikan berbagai kebutuhan yang diperlukan hingga akhirnya berangkat ke Jerman.
Sempat Culture Shock
Bersama seluruh awardees IISMA, Amanda diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan pre-departure series yang merupakan kegiatan bimbingan sekaligus pembekalan sebelum keberangkatan. Upaya ini sekaligus sebagai persiapan bagi para awardee agar nantinya tidak kaget dengan kultur dan cara hidup masyarakat di negara tujuan. “Setibanya di Jerman kami belajar beradaptasi dan buat saya ini first experienced,” kata Amanda.
Berbagai kebiasaan masyarakat Jerman seperti kebiasaan untuk jalan kaki, memilah sampah dan membuang pada tempat sampah yang sesuai, kebiasaan untuk selalu tepat waktu ketika mempunyai janji temu, menaati rambu lalu lintas, self-service, dan sebagainya telah memberikan pembelajaran hidup yang luar biasa bagai Amnda yang berbeda dari kebiasaan di Indonesia. “Saya merasakan disiplin yang benar-benar dilakukan,” tutur alumni MAN 2 Kediri ini.
Dari segi perkuliahan, awardee di Deggendorf Institute of Technology (DIT) tergolong dalam international student winter semester. Sehingga, mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih course dengan minimal ECTS sebanyak 15. Dengan memilih Jurusan General Engineering, Amanda pun mengambil beberapa course yang linier dengan mata kuliah yang ada pada jurusannya di Teknik Mekatronika PENS, seperti Microcontroller, Solidworks, Quality Management, Matlab for Engineering, dan Scientific Writing.
Mahasiswa di DIT, lanjut Amanda, juga tidak dituntut untuk selalu hadir di kelas selama assignment dan assessment dari course tersebut terpenuhi.
“Kampus sangat memfasilitasi mahasiswanya untuk menunjang pembelajaran lebih baik. Contohnya dengan adanya akses computer laboratory dengan penyimpanan yang telah terkoneksi dengan akun milik masing-masing mahasiswa. Mahasiswa dapat menggunakan berbagai software dan ketika file dari software tersebut selesai dibuat akan secara otomatis dapat tersimpan pada akun mahasiswa,” terang Amanda.
Menjelajah hingga Mendaki Gunung
Meski disibukkan dengan perkuliahan, Amanda masih bisa mengikuti kegiatan komunitas kampus dengan mahasiswa internasional yang lain. Komunitas ESN (Erasmus Student Networking) merupakan komunitas tempat berkumpulnya mahasiswa internasional untuk lebih mengenal satu sama lain dan saling berkolaborasi.
“Salah satu kegiatan yang paling berkesan adalah saat bersama komunitas melakukan pendakian ke salah satu gunung dengan ketinggian sekitar 1.500 m di Bavarian National Park Germany," ujar Amanda.
Selain itu, Amanda dan teman-teman awardee DIT juga sering menghabiskan waktu di akhir pekan untuk menjelajah daerah di sekitar kampus, dengan memanfaatkan Deutshland ticket khusus mahasiswa untuk mengakses seluruh transportasi regional dengan harga terjangkau. Tiket tersebut memudahkan mereka untuk menggunakan seluruh transportasi di negara Jerman dengan gratis, bahkan bisa juga digunakan hingga ke beberapa negara tetangga Jerman seperti Austria.
Dengan berbagai pengalaman yang sudah diperoleh, Amanda bersyukur. Menurutnya, berbagai pengalaman baru selama tinggal dan belajar di Eropa telah mengajarkan banyak hal, termasuk bagaimana mengoptimalkan potensi dirinya.
“Pengalaman ini mengubah pandangan saya dan makin memantapkan saya untuk berjuang lebih keras lagi ke depan,” kata gadis semester tujuh yang berencana melanjutkan studi Master Bidang Engineering di luar negeri setelah lulus nanti.
Pilihan Editor: Penelusuran Studi Gibran di UTS Insearch, MDIS, dan Bradford, Ini Kata Kemendikbud