TEMPO.CO, Jakarta - Hujan meteor merupakan fenomena luar angkasa yang tergolong jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi dalam rentang waktu tertentu. Seperti dilansir dari laman Coolcosmos.ipac.caltech,edu, hujan meteor terjadi ketika komet semakin dekat dengan matahari dan mengalami proses vaporisasi sehingga terpecah dalam beberapa bagian kecil.
Hujan meteor Alpha Monocerotids berlangsung mulai 15 November sampai 25 November. Dikutip dari StarWalk, puncak hujan meteor tersebut terjadi pada 21 November 2023 malam hingga 22 November 2023 pagi sebelum matahari terbit.
Lebih lanjut, nantinya pecahan kecil tersebut akan menyebar ke berbagai arah, sementara itu hujan meteor terjadi jika pecahan komet tersebut mengarah ke bumi, lalu pecahan tersebut akan kembali terpecah menjadi beberapa bagian kecil sehingga setelah melalui atmosfer bumi, maka akan menyebabkan hujan meteor.
Seperti dilansir dari laman Nineplanets.org, terdapat beberapa jenis hujan meteor yang namanya didasarkan pada konstelasi komet berasal, misalnya Hujan Meteor Perseids yang berasal dari konstelasi Perseus. Lebih lanjut, masih dilansir dari laman Nineplanets.org, The Meteor Data Centre memiliki daftar sekitar 900 hujan meteor yang pernah terjadi dengan 100 hujan meteor yang berhasil teridentifikasi.
Hujan Meteor Alpha Monocerotids
Merupakan salah satu jenis hujan meteor yang paling ditunggu oleh penikmat dan penggemar hujan meteor. Seperti dilansir dari laman Theplanets.org, nama Alpha Monocerotids berasal dari konstelasi Monoceros the Unicorn dan diklasifikasikan sebagai hujan meteor kelas tiga, dengan kata lain tidak terjadi setiap tahun, tetapi ketika terjadi maka akan terjadi hujan meteor secara deras.
Namun demikian, secara durasi, hujan meteor Alpha Monocerotids secara relatif tergolong rendah. Meskipun demikian, pada 1925 dan 1935, hujan meteor Alpha Monocerotids mencapai durasi hujan yang deras, dengan capaian meteor per jamnya dapat mencapai ribuan.
Badai
Selain berbentuk hujan, terdapat bentuk lainnya dari hujan meteor Alpha Monocerotids, yakni dalam bentuk badai yang pernah terjadi di 1985 dan 1995. Lebih lanjut, seperti dilansir dari laman Theplanets.org, pada 1985, tingkat kederasan hujan meteor Alpha Monocerotids mencapai angka sebanyak 700.
Namun demikian, angka tersebut menurun pada 1995, yang hanya mencapai angka sebesar 400. Meskipun demikian, angka tersebut masih tergolong tinggi daripada angka hujan meteor secara standar.
Asal
Seperti dilansir dari laman Universeguide.com, hujan meteor Alpha Monocerotids merupakan salah satu dari dua hujan meteor yang berasal dari konstelasi Monoceros. Sementara itu, hujan meteor lainnya yang berasal dari konstelasi Monoceros, secara sederhana dinamakan Monocerotids.
Lebih lanjut, masih dilansir dari laman Universeguide.com, berdasarkan lokasi titik pancarannya, hujan meteor Alpha Monocerotids berasal dari rasi Canis Minor dengan bintang Alpha Canis Minoris Procyon yang memiliki ukuran jauh lebih besar daripada bintang lainnya. Selain itu, nama Alpha Monocerotids juga didasarkan pada lokasi pusat pacarannya yang berada dekat dengan Alpha Monocerotis.
Dapat Disaksikan di Indonesia
Hujan meteor Alpha Monocerotids akan dapat disaksikan di langit Indonesia mulai 15 November 2023. Namun demikian, menurut Emanuel Sungging Mumpuni selaku peneliti BRIN, puncak hujan meteor Alpha Monocerotids akan mencapai puncaknya pada 22 November 2023.
Pilihan Editor: Fenomena Astronomi Menarik di November Oposisi Jupiter dan Hujan Meteor Leonid