Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perjalanan Harijono Djojodihardjo Majukan Penerbangan Tanah Air Lebih dari 61 Tahun

image-gnews
Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Profesor Harijono Djojodihardjo telah mendedikasikan dirinya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia selama lebih dari 61 tahun. Ia mengabdi dalam berbagai aspek termasuk pendidikan pengajaran penelitian, ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa dan industri.

Salah satu karya profesional Harijono digunakan untuk mendukung proses desain, manufakturing, sertifikasi dan pengoperasian Pesawat CN-235. Selain itu, ia terlibat dalam design reviewer Pesawat Experimental Sudan ARC/ SAFAT Industry SAFAT-03 Aircraft.

"Bermula dari cita-cita seorang anak kecil. Saya pindah ke Jakarta setelah lulus SD, waktu itu SR. Saya sering melihat film yang menunjukkan berbagai pesawat terbang yang canggih. Dari situ, seperti kata Bung Karno 'gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.' Jadilah bidang penerbangan dan antariksa," tutur Harijono, penerima anugerah Nurtanio Award pertama yang diberikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Senin, 27 November 2023 di Gedung B. J. Habibie, Jakarta.

Sejak saat itu, kata Harijono, ia juga sangat terkesan sangat terkesan dengan teknik perkapalan. Pada akhirnya, ia memantapkan diri untuk mendalaminya.

"Bidang transportasi laut, udara dan tentu saja dirgantara ini merupakan tujuan atau khayalan untuk dapat mendalami," kata Harijono.

Dalam buku 50 Tahun (1962-2012) Aeronautika & Astronautika ITB, disebutkan bahwa ayah Harijono memboyong seluruh keluarganya untuk berpindah-pindah tempat tinggal selama perang kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka berpindah-pindah di sekitaran Pulau Jawa, mulai dari Malang, Madiun, Yogyakarta, Mojokerto hingga Jakarta. Ia melanjutkan studi menengah pertama dan atas di Kanisius, Menteng, Jakarta.

Menyelami ilmu dirgantara 

Harijono menyelam dalam-dalam untuk memperoleh ilmu kedirgantaraan. Ia mengambil studi S1 Teknik Mesin Elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan tamat pada 1961. Lalu ia melanjutkan studi di University of Kentucky pada 1964 dan memperoleh gelar Master of Science Mechanical Engineering.

Ia juga memperoleh gelar S2 + di Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat pada bidang Mechanical Engineering pada 1965. Tahun berikutnya, ia kembali menempuh studi Master of Science Naval Architecture and Marine Engineering di MIT. Di kampus yang sama, Harijono lanjut studi S3 pada bidang Science Aeronautics and Astronautics/Aerodynamics and Gas Dynamics pada 1969.

Sekembalinya dari Amerika Serikat, Harijono langsung bergabung kembali dengan almamaternya dan bekerja sebagai dosen. Ia mengajar di Teknik Mesin dan Sub-jurusan Teknik Penerbangan ITB sejak 1969 sampai 2005.

Harijono memperluas kurikulum teknik penerbangan dengan mengenalkan kuliah-kuliah baru. Misalnya seperti sistem transportasi udara, sistem propulsi pesawat, analisis numerik dan kuliah pilihan seperti aeroelastisitas.

Dia juga mendirikan Laboratorium Aero-hidrodinamika yang mempunyai terowongan angin berkecepatan rendah dan meja air untuk mensimulasikan fenomena aliran kompresibel. Terowongan angin ini dulunya dikembangkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di bawah pimpinan Nurtanio Pringgoadisuryo. Namun karena Nurtanio mengalami kecelakaan dan meninggal pada 1966, terowongan angin yang belum selesai itu akhirnya dihibahkan ke ITB. Pada 1971, Harijono dan mahasiswanya berhasil memperbaiki dan mengoperasikan terowongan angin tersebut, berkat pendanaan dari LAPAN dan Departemen Pertahanan.

Aktif dan mendapat banyak apresiasi

Kepakaran Harijono telah diakui, baik secara nasional maupun internasional. Hal ini terbukti lewat sejumlah penghargaan prestisius yang didapatkannya. Harijono memiliki karya inovasi dalam bidang Efek Coanda dalam aeronotika dan mimicry gerak terbang burung. Pada 1980, ia bersama timnya merancang, mengembangkan serta menguji Sistem Konversi Energi Angin atau Kincir Angin. Harjono pun meraih penghargaan sebagai Tokoh Pelopor Teknologi Energi Angin Indonesia pada 2008.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 1994, Harijono meraih penghargaan Satya Lencana. Ia juga meraih Bintang Jasa Utama pada tahun 1996 dari Pemerintah Indonesia. Kemudian pada 19 Agustus 1999, ia mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden B. J. Habibie. Selain itu, ia menerima penghargaan Engineering Science Award pada 2015.

Profesor kelahiran Surabaya, 29 April 1940 itu juga mempunyai sertifikat Insinyur Utama dari Persatuan Insinyur Indonesia. Organisasi yang menjadi wadah perhimpunan Insinyur Indonesia ini didirikan oleh Djuanda Kartawidjaja dan Rooseno Soeryohadikoesoemo pada 23 Mei 1952, di Bandung.

Harijono juga memperoleh sertifikat Asian Charter Professional Engineer dari Association of Southeast Asian Nations atau ASEAN. Selain itu, ia juga berstatus sebagai akademisi full member dari International Academy of Astronautics. Lalu, menjadi anggota senior dari American Institute of Aeronautics and Astronautics, hingga terlibat aktif dalam berbagai komite internasional.

Sepanjang pengabdiannya, Harjono aktif dalam kegiatan akademik dan profesional, baik dengan organisasi di dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan tersebut mencakup bidang rekayasa mekanikal, kelautan, kedirgantaraan, serta energi dan lingkungan hidup.

Berkat kontribusi yang besar dalam bidangnya, Harijono juga didapuk menjadi reviewer untuk berbagai jurnal teknik ternama. Ia juga kerap didaulat sebagai pembicara utama dalam beragam konferensi ilmiah profesional internasional. Ia telah melahirkan berbagai publikasi, mendukung pendidikan, serta berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia lewat penelitian inovasi pengembangan dan eksplorasi.

Harijono pernah menjabat sebagai Kepala LAPAN pada 1999-2000. Ia juga mantan Guru Besar ITB periode 1999-2005 dan Universitas Al-Azhar Indonesia pada 2005-2010. Ia juga berstatus sebagai Airod Chair Professor di Department of Aerospace Engineering, Universiti Putra Malaysia rentang 2009 sampai 2016.

Penghargaan bisa memacu karya anak bangsa

Dalam momen penganugerahan Nurtanio Award, Harijono mengatakan setiap warga negara Indonesia perlu dibesarkan hatinya dan didorong agar menggoreskan prestasi. Ditambah lagi dengan penghargaan, kata Harijono, tentu akan sangat memacu kemampuan anak bangsa.

"Saya sangat berterima kasih bukan untuk diri saya sendiri, tetapi untuk rekan-rekan, untuk generasi muda yang insya Allah akan lebih maju dan cerdas. Kita akan menjadi bangsa yang besar dengan menghargai karya-karya anak bangsanya sendiri," kata Harijono.

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmi Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra menyebut penghargaan ini merupakan apresiasi kepada tokoh nasional yang banyak berkontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khususnya pada bidang kedirgantaraan dan penerbangan.

"Tentunya kami memiliki data dari talenta nasional yang berlimpah dalam bidang tersebut. Ada seleksi yang dilakukan oleh dewan juri. Kami juga bekerja sama dengan perguruan tinggi dan society dalam menyeleksi. Cukup banyak tokoh yang diseleksi untuk penghargaan ini," kata Edy.

Pilihan Editor: Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

14 jam lalu

Wallacea Week 2017 digelar di Perpustakaan Nasional mulai Senin, 16 Oktober 2017. Kredit: Kistin Septiyani
Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.


Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

14 jam lalu

Ilustrasi gempa bumi
Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.


Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

16 jam lalu

Arsip - Seorang penarik becak membasuh wajahnya dengan air di antara cengkeraman suhu panas di Dhaka, Bangladesh, 20 April 2024. (Xinhua)
Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.


'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

19 jam lalu

Papan nama Gedung BRIN di Jakarta. Foto: Maria Fransisca Lahur
'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.


Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

19 jam lalu

Anjungan Teluk Kendari. ANTARA/La Ode Muh Deden Saputra.
Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.


Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

1 hari lalu

Mahasiswa ITB menggelar aksi menolak skema pembayaran uang kuliah melalui platform pinjaman online di depan gedung Rektorat ITB, Bandung, Senin, 29 Januari 2024. Keluarga Mahasiswa ITB mencatat ada 120 orang mahasiswa yang menunggak Uang Kuliah Tunggal atau UKT dan terancam tidak bisa mengikuti kuliah atau dipaksa cuti kuliah. TEMPO/Prima Mulia
Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.


Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

2 hari lalu

Sebuah mesin bekerja untuk mengurangi polusi dipasang di sekitar area konstruksi saat polusi udara menyelimuti wilayah Beijing, Cina, 18 Desember 2016. REUTERS/Stringer
Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.


BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

3 hari lalu

Fasilitas riset Cryo-EM BRIN yang berada di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Kabupaten Bogor. Dok. Humas BRIN
BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.


Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

3 hari lalu

Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket, Rika Andiarti bersama teknologi roket hasil karya BRIN. Dok. Humas BRIN
Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.


Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

4 hari lalu

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Mikrobiologi Terapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dede Heri Yuli Yanto. Dok. Humas BRIN
Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.