Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Efektivitas Wolbachia Perangi Demam Berdarah Dengue, Cara Kerja & Keamanannya

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP
Pengamatan sampel nyamuk Aedes aegipty ber-Wolbachia di Laboratorium WMP Yogyakarta. Riset ini dipimpin Profesor Adi Utarini dari UGM yang terpilih menjadi satu di antara 100 orang paling berpengaruh 2021 versi Majalah Time. Dok Tim WMP
Iklan

TEMPO.CO, JakartaDemam berdarah dengue di Indonesia masih menjadi ancaman kesehatan serius yang perlu ditangani, dengan kasus rata-rata 74.000 hingga 140 ribu per tahun.

Kementerian Kesehatan RI melaporkan insiden kematian akibat dengue terbanyak menyasar kelompok umur pada rentang usia 5--14 tahun dengan laju kasus rata-rata per tahun berkisar 50--60 persen. Selain itu, masih banyak kejadian luar biasa (KLB) yang dilaporkan oleh berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Provinsi Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes RI melaporkan laju kasus DBD pada Januari hingga November 2023 mencapai 76.449 pasien dengan 571 kasus kematian.

Angka tersebut sebetulnya berhasil ditekan hingga separuh dari capaian kasus di 2022 sebanyak 143.300 pasien dengan 1.236 kematian, berkat intervensi yang kini berjalan seperti pengasapan, larvasida, pemakaian kelambu, 3M plus, hingga Gerakan Satu Rumah Satu Jumatik.

Namun metode konvensional tersebut belum optimal menekan laju kasus yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti. Salah satunya metode pengasapan yang cenderung memicu kekebalan nyamuk jika dilakukan dalam dosis yang berlebihan.

Untuk itu, masih diperlukan alternatif inovasi guna mencegah dan mengendalikan dengue hingga level kasus terendah di Indonesia, sekaligus mempercepat target eliminasi DBD pada tahun 2030.

Salah satu bentuk inovasi terbaru yang kini hadir Indonesia berupa bakteri Wolbachia yang disuntikkan ke dalam sel di tubuh nyamuk Aedes aegypti. Inovasi itu terbukti efektif menekan laju kasus dengue di 14 negara, di antaranya Brazil, Australia, dan Singapura.

Peneliti Pusat Kedokteran Tropis UGM Adi Utarini menyebut bakteri Wolbachia kali pertama ditemukan pada jaringan reproduksi nyamuk Culex pipens oleh Hertig dan Wolbach pada tahun 1924 dan spesies tersebut kemudian diberi nama Wolbachia Pipientis.

Inovasi nyamuk ber-Wolbachia telah melalui proses penelitian panjang di Indonesia, yakni sejak 2011, mulai dari uji perangkap nyamuk di rumah warga hingga memperoleh rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Wolbachia terdapat dalam tubuh enam dari 10 jenis serangga di dunia, termasuk kupu-kupu, lalat buah, dan lebah. Penelitian di Yogyakarta pada 2012 di lima dusun, meliputi area residensi dan area agrikultur di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa Wolbachia Pipientis ditemukan pada 44,9 persen serangga seperti kupu-kupu, ngengat, nyamuk, dan lalat.

Penelitian itu juga membuktikan bahwa bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata yang lain dan tidak menyebabkan manusia atau hewan menjadi sakit, sebab Wolbachia merupakan endosimbion obligat yang hanya bisa hidup di dalam sel organisme hidup serangga.

Wolbachia juga terbukti secara penelitian mampu menurunkan replikasi virus dengue di nyamuk Aedes aegypti, sehingga dapat mengurangi kapasitas nyamuk tersebut sebagai vektor dengue. Mekanisme kerja yang utama adalah melalui kompetisi makanan antara virus dan bakteri, dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus dengue tidak dapat berkembang biak.

Cara kerja

Penelitian Wolbachia yang dilakukan oleh Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Monash University Australia melalui pendanaan Yayasan Tahija membuktikan penurunan 77,1 persen kasus dengue dan penurunan 86,2 persen rawat inap di Yogyakarta.

Lantas, bagaimana nyamuk ber-Wolbachia digunakan untuk mengendalikan dengue?

Adi Utarini mengungkap hasil penelitian bahwa bakteri Wolbachia di dalam sel Aedes aegypti akan menyebabkan virus dengue pada nyamuk tidak berkembang sehingga tidak mampu menularkan penyakit demam berdarah ke manusia yang terkena gigitan.

Terdapat tiga transmisi Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti. Pertama, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia sehingga penetasan telur menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia.

Kedua, nyamuk jantan tak ber-Wolbachia kawin dengan betina ber-Wolbachia sehingga tetasan telur menghasilkan nyamuk ber-Wolbachia. Ketiga, terjadi saat nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan betina tidak ber-Wolbachia sehingga telur tidak akan menetas.

Wolbachia dianggap mampu membendung penularan virus dengue karena memiliki kemampuan berkompetisi makanan antara virus dan bakteri di dalam sel nyamuk, dengan sedikitnya makanan yang bisa menghidupi virus, maka virus dengue tidak dapat berkembang biak.

Metode pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dilakukan menggunakan ember berisi air bersih yang tersimpan 250 hingga 300 telur nyamuk dengan angka penetasan telur sekitar 90 persen. Setiap ember diletakkan pada jarak 75 meter per segi.

Jumlah ember berisi telur nyamuk minimal harus mencapai 10 persen dari populasi Aedes aegypti di daerah tersebut dan penyebarannya dilakukan sebanyak 12 kali. Satu kali penyebaran diasumsikan hanya 1 persen dari populasi nyamuk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Kota Yogyakarta, penerapan nyamuk ber-Wolbachia sudah berlangsung lebih dari 10 tahun dan lebih dari 1,5 juta orang hidup di wilayah yang sudah mendapatkan persebaran nyamuk ber-Wolbachia. Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah berbahaya bagi lingkungan, manusia, atau kesehatan hewan.

Evaluasi dan kajian risiko juga sudah dilakukan, hasilnya metode dan manfaat Wolbachia dapat diperluas guna membantu melindungi jutaan orang di Indonesia dari demam berdarah.

Keamanan

Atas dasar penelitian ilmiah dan hasil yang menjanjikan itu, Kemenkes kemudian menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia, sebagai salah satu inovasi strategi pengendalian yang telah masuk dalam strategi nasional (stranas) sebagai inovasi penanggulanganan dengue yang dilaksanakan di lima kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang.

Teknologi ini pada prinsipnya memanfaatkan bakteri alami Wolbachia yang banyak ditemukan pada 60 persen serangga. Bakteri itu selanjutnya dimasukkan dalam nyamuk Aedes aegypti, hingga menetas dan menghasilkan nyamuk aedes ber-wolbachia. Dengan demikian, perlahan populasi Aedes aegypti berkurang dan berganti menjadi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia.

Bila menggigit, nyamuk tersebut tidak akan menularkan virus demam berdarah kepada manusia. Sebab, perkembangan virus dengue tersebut berhasil dihambat oleh bakteri Wolbachia.

Kemenkes bersama 25 peneliti Indonesia telah memastikan inovasi Wolbachia terbukti aman berdasarkan kajian analisis risiko serta hasil efektivitas dari uji coba. Hasil analisis tersebut kemudian dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) hingga akhirnya pada tahun 2021 nyamuk ber-Wolbachia direkomendasikan oleh WHO.

Peneliti nyamuk dengan bakteri Wolbachia di Pusat Kedokteran Tropis Universitas UGM Riris Andono Ahmad membantah kabar inovasi Wolbachia merupakan hasil rekayasa genetik yang berpotensi memicu penyakit baru bagi lingkungan, hewan, dan manusia.

Inovasi tersebut diyakini Riris tidak akan memicu perubahan genetik dari bakteri Wolbachia di sel serangga, maupun pada nyamuknya, sebab bakteri yang dimasukkan hingga ke dalam sel di tubuh Aedes aegypti identik dengan Wolbachia.

"Analoginya, bakteri Wolbachia ada di banyak serangga kemudian dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes aegypti. Itu mirip kita konsumsi bakteri seperti susu probiotik. Begitu bakteri diminum masuk dalam tubuh kita, tidak jadi manusia rekayasa genetik," katanya.

Bakteri tersebut hanya bisa hidup di dalam sel serangga sehingga bila dia keluar dari inangnya, dipastikan mati.

Mempertimbangkan hasil yang baik tersebut, Kementerian Kesehatan selanjutnya memutuskan untuk memperluas area penyebaran nyamuk Wolbachia di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.

Kendati telah menunjukkan hasil yang baik, pelaksanaan nyamuk ber-Wolbachia tetap memerlukan monitoring dan evaluasi secara berkala guna mengetahui perkembangan dari penyebaran nyamuk tersebut.

Kemenkes telah mengeluarkan Buku Pedoman Penanggulangan Dengue dengan metode nyamuk ber-Wolbachia di lima kota tersebut untuk memastikan implementasi Wolbachia berjalan baik sesuai dengan penelitian di Yogyakarta.

Merujuk pada data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2023, kasus demam berdarah tercatat hanya di angka 67 kasus. Jumlah ini merupakan yang terendah selama 30 tahun terakhir.

Selain menurunkan angka kejadian dengue, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia disebut juga berhasil menekan anggaran penanganan dengue Kota Yogyakarta.

Salah satu anggaran yang dapat ditekan adalah pembiayaan untuk  pengasapan. Pada 2022 pengasapan mencapai 200 kali, namun pada tahun 2023 (Oktober) baru sembilan kali.

Pilihan Editor: Viral Foto AI Prabowo, Anies, Ganjar, Ini Kata Dosen Kajian Media UM Surabaya

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

10 jam lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Pembangunannya Telan Biaya Rp 1,4 Triliun

1 hari lalu

Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis, 2 Mei 2024. Jokowi mengatakan pembangunan bendungan berkapasitas 60,8 juta meter kubik ini menghabiskan anggaran Rp 1.4 triliun. Foto: Tangakapan Layar Youtube Sekretariat Presiden.
Jokowi Resmikan Bendungan Tiuk Suntuk di NTB, Pembangunannya Telan Biaya Rp 1,4 Triliun

Presiden Joko Widodo alias Jokowi meresmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, NTB, pada Kamis, 2 Mei 2024.


Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

1 hari lalu

Presiden RI Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kiri) dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (kiri) menyampaikan pidato sambutannya saat meresmikan Inpres Jalan Daerah (IJD) di Desa Lembar,  Kecamatan Lembar, Lombok Barat, NTB, Kamis 2 Amei 2024.ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Jokowi Resmikan Jalan 5 Inpres di NTB Senilai Rp 211 Miliar: Anggaran yang Tidak Kecil

Jokowi meresmikan pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Jalan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis pagi, 2 Mei 2024.


Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

2 hari lalu

.
Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.


5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

4 hari lalu

Pelaksanaan International Arbovirus Summit 2024/Takeda
5 Hal yang Jadi Fokus Tangani Penyakit Arbovirus seperti DBD

Kementerian Kesehatan Indonesia dan Brazil berkolaborasi untuk memformulasikan upaya mencegah peningkatan insiden penyakit Arbovirus seperti DBD


Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Ilustrasi petugas Bea Cukai. Instagram/Beacukairi
Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

8 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

9 hari lalu

Ilustrasi demam berdarah dengue atau DBD. Pexels/Pavel Danilyuk
Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.


Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

10 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan desa Laingpatehi setelah letusan Gunung Ruang, di Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.