TEMPO.CO, Jakarta - Gelaran anugerah Gerrit Augustinus Siwabessy Award telah memasuki tahun kedua. Namun, sama seperti tahun lalu, sosok penerima penghargaan ini masih nihil. G.A Siwabessy Award merupakan penghargaan bagi tokoh yang mengukir berbagai prestasi dan temuan inovasi dalam dunia ketenagaan nuklir Indonesia. Anugerah ini diberikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN berkat kolaborasi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan atau LPDP.
G. A Siwabessy Award merupakan satu dari lima program Apresiasi Talenta Riset dan Inovasi. LPDP mendukung program apresiasi ini dengan menyiapkan anggaran sebesar Rp 3,675 miliar kepada para pemenang. Masing-masing penghargaan akan mendapat hadiah apresiasi sebesar Rp 400 juta. Namun, kucuran hadiah untuk Siwabessy Award gagal disalurkan, karena masih nihil penerima yang memenuhi kriteria.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengungkapkan penilaian terhadap para kandidat belum membuahkan hasil yang merujuk pada satu tokoh nuklir tanah air. "Sayangnya, sama seperti tahun lalu, pada tahun ini kita kembali belum dapat memberikan Siwabessy Award. Belum ada yang memenuhi kriteria, karena kami enggak memaksakan, kami ada kriteria minimal," ujarnya dalam G. A Siwabessy Memorial Lecture di Jakarta pada Selasa, 5 Desember 2023.
Berkaca pada pengalaman dua tahun ini, Handoko berharap BRIN menemukan sosok penerima yang layak untuk penghargaan pada 2024.
Menata program ketenagaan nuklir
Handoko menjelaskan BRIN telah merestrukturisasi program yang berkaitan dengan perkembangan nuklir, baik dalam hal riset maupun implementasinya. BRIN menetapkan bahwa Kawasan Sains dan Teknologi di Pasar Jumat akan menjadi pusat aplikasi teknologi nuklir untuk industri dan medis.
"Utamanya yang berbasis reaktor. Jadi, mulai tahun depan Insya Allah sudah akan aktif berbagai iradiator untuk memperpanjang usia pangan dan sterilisasi alat-alat kesehatan," kata Handoko.
BRIN juga akan merevitalisasi fasilitas nuklir di Serpong untuk tujuan utama produksi isotop ke depan. Dengan demikian, Indonesia tak bergantung lagi pada impor isotop. Sedangkan reaktor yang ada di Babarsari Yogyakarta akan memjadi pusat reaktor untuk tujuan pendidikan.
BRIN mulai mengembangkan teknologi akselerator dengan siklotron 13 MeV yang ada di Babarsari. "Tahun depan semoga bisa langsung masuk ke akselerator siklotron 30 MeV. Kita harus menekankan kemandirian dalam penguasaan teknologi, khususnya akselerator dan teknologi reaktor untuk produksi isotop serta pembangkit listrik," kata Handoko.
Bapak Atom G. A Siwabessy
Siwabessy termasuk salah satu tokoh radiolog pertama di Indonesia. Kiprahnya dikenal dalam berbagai bidang seperti kedokteran, ilmuwan hingga politikus. Berkat perjalanannya mengembangkan ketenagaan nuklir, Siwabessy mendapatkan julukan Bapak Atom Indonesia.
"Seperti kita ketahui, almarhum Siwabessy itu adalah pionir teknologi nuklir di Indonesia, meskipun beliau bukan seorang nuclear engineer. Tetapi dokter yang mendalami nuklir, termasuk radiologi dan sebagainya. Tetapi, justru itulah yang membuat pengembangan nuklir di Indonesia," kata Handoko.
Pilihan Editor: BRIN Gelar G. A Siwabessy Memorial Lecture, Hadirkan Dua Ahli Radiologi dari Cina