TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim membeberkan dampak dari Merdeka Belajar. Menurut dia, ada tiga dampak utama dari Merdeka Belajar besutannya yang telah diakui oleh dunia.
Hal itu disampaikannya dalam acara pembukaan Vokasifest dan Festival Kampus Merdeka di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada Senin, 11 Desember 2023. "Sangat mudah kita berbicara dengan banyak sekali yang mengikuti program ini, banyak sekali program yang diluncurkan, tapi kalau tidak di-deliver, hasilnya seperti apa?," ujar Nadiem
Dampak pertama, kata dia, ditunjukkan oleh lulusan pendidikan tinggi dalam hal waktu tunggu kerja. Berdasarkan survei Kementerian Pendidikan, waktu tunggu kerja mahasiswa alumni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berkurang drastis. "Rata-rata nasional adalah 10 bulan dan anak-anak MBKM mendapatkan pekerjaan dalam waktu 7 bulan. Ini merupakan hal yang besar sekali gap-nya," katanya.
Selain itu, dampak yang terlihat juga pada besaran gaji. Nadiem mengatakan, gaji mahasiswa yang pernah mengikuti program MBKM dibandingkan rata-rata nasional mencapai 2,2 kali lipat. "Gaji dari alumni MBKM dibanding rata-rata nasional lebih dari 2,2 kali lipat besarnya. Ini membuktikan bahwa pengalaman-pengalaman yang kita dorong menghasilkan dampak ekonomi yang riil," ujarnya.
Dampak kedua, kata dia, ditunjukkan dalam dunia pendidikan vokasi. Nadiem mengungkapkan bahwa siswa-siswi sekolah menengah kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK) tumbuh pesat. Menurut catatan Kementerian Pendidikan, jumlah siswa SMK PK pada 2021 sebanyak 0,9 juta orang. Pada 2023, angka tersebut naik menjadi 1,8 juta orang siswa. "Industri sudah menyuntikkan dana Rp 643 miliar ke SMK kita karena insentif Matching Fund," ujar Nadiem.
Sementara untuk perguruan tinggi, dana yang telah digelontorkan untuk Matching Fund sebesar Rp 1,65 triliun. Dana tersebut dialirkan untuk menyokong berbagai macam pengembangan proyek prototipe dan hilirisasi.
Dampak ketiga yang diungkapkan Nadiem adalah dalam bidang riset dan inovasi. Pada tahun 2023 ini, Indonesia mendapatkan peringkat ke-61 dalam Global Innovation Index. Peringkat ini naik 14 posisi bila dibandingkan dengan peringkat pada tahun 2020 yang berada di posisi 85.
"Baru saja keluar riset dari INSEAD (Institut Européen d'Administration des Affaires) bahwa Indonesia adalah negara kedua yang rankingnya melompat paling tinggi dari semua negara dalam Global Competitiveness Talent Index. Kalau kita sisir kenapa, itu adalah dengan kecakapan dan kualitas pelatihan vokasi dan technical training. Ini sungguh pencapaian yang cukup luar biasa," kata Nadiem.
Pada tahun 2023, Indonesia naik peringkat dalam Global Competitiveness Talent Index. Dari 113 negara, tahun ini Indonesia berada pada peringkat ke-75.
Pilihan Editor: Jokowi Sebut Penerima KIP Kuliah Capai 900 Ribu Mahasiswa pada 2023