TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa penggunaan ganja selama kehamilan mempunyai risiko lebih tinggi terhadap hasil akhir yang buruk, seperti bayi yang dilahirkan berukuran kecil untuk usia kehamilannya.
“Di antara orang hamil yang menggunakan ganja, risiko tertinggi terjadi pada mereka yang menggunakan ganja pada trimester pertama dan akhir kehamilan, dibandingkan hanya pada trimester pertama,” menurut penelitian yang diterbitkan di The Journal of the American Medical Association (JAMA), Selasa, 12 Desember 2023, sebagaimana dikutip Live Science.
“Apa yang menurut saya dievaluasi oleh penelitian ini, yang belum pernah dievaluasi sebelumnya, adalah apakah waktu dan jumlah paparan ganja penting, dan apa yang kami lihat adalah bahwa tingkat paparan ganja yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko hasil kehamilan yang merugikan,” penulis studi Dr Torri Metz, seorang profesor kebidanan dan ginekologi di Universitas Kesehatan Utah, mengatakan kepada Live Science melalui email.
Penggunaan ganja pada trimester pertama masih membawa risiko, namun temuan ini mengisyaratkan bahwa menghentikan penggunaan ganja pada trimester pertama dapat membantu mencegah risiko tersebut semakin besar.
Khususnya, penelitian ini hanya mengungkapkan hubungan antara ganja dan hasil kehamilan tertentu yang buruk. Penelitian ini tidak secara langsung menunjukkan bahwa ganja menyebabkan efek-efek ini. Namun hal ini menunjukkan bahwa “penggunaan ganja harus dihindari selama kehamilan untuk mengoptimalkan hasil pada ibu dan bayi baru lahir,” tulis penulis penelitian dalam laporan tersebut.
Dalam studi tersebut, para peneliti menyaring sampel urin beku yang dikumpulkan dari 9.200 orang hamil di delapan pusat kesehatan AS. Para peserta awalnya direkrut antara tahun 2010 dan 2013 untuk penelitian jangka panjang mengenai hasil kehamilan dan sampel mereka telah disimpan sejak saat itu.
Sampel diambil selama tiga jendela waktu yang masing-masing jatuh pada trimester pertama, awal trimester kedua, dan akhir trimester kedua hingga ketiga. Untuk penelitian baru, setiap sampel disaring untuk mengetahui molekul spesifik yang muncul dalam urin ketika tubuh memecah tetrahydrocannabinol (THC), senyawa psikoaktif dalam ganja.
Selain itu, para peneliti meninjau catatan medis para peserta untuk melihat hasil kehamilan mereka. Mereka mencatat kelahiran prematur, lahir mati, dan kejadian ketika bayi baru lahir dalam kondisi lahir kecil untuk usia kehamilannya. "Kecil" didefinisikan sebagai berada di bawah persentil kelima berdasarkan usia dan jenis kelamin. Mereka juga mencatat ketika ibu mengalami gangguan tekanan darah tinggi terkait kehamilan, seperti hipertensi gestasional atau preeklampsia.
Akibat-akibat ini dikaitkan dengan disfungsi plasenta, organ yang memasok nutrisi dan oksigen ke janin yang sedang tumbuh sekaligus membuang limbah dari rahim. Penelitian pada monyet menunjukkan bahwa paparan ganja dapat mengubah aktivitas gen di plasenta, dan juga terkait dengan berkurangnya oksigen dan aliran darah melalui organ tersebut. Pada manusia, paparan ganja telah dikaitkan dengan pertumbuhan janin yang lebih lambat dari biasanya, yang mungkin terkait dengan masalah pada plasenta.
Dalam studi tersebut, pemeriksaan urin menandai 610 peserta yang pernah menggunakan ganja saat hamil. Hampir 200 orang menggunakan ganja hanya pada trimester pertama, sementara sisanya dinyatakan positif menggunakan ganja pada trimester pertama dan akhir kehamilan.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.