Salah kaprah Kampus Merdeka
Ferienjob bagi mahasiswa dari Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak 2022. Universitas Binawan merupakan kampus pertama yang mengirimkan mahasiswanya. Setelah Ferienjob pertama selesai, SHB pun safari berkeliling ke kampus-kampus lain di Indonesia guna penjajakan kerja sama dan penandatanganan Memorandum of Understanding.
"Kami bersurat ke universitas-universitas. Ada beberapa universitas yang welcome. Akhirnya kami bantu aturkan agar bisa mengunjungi universitas untuk tanda tangan kontrak, agreement," kata Enik.
Sejak awal 2023, sejumlah kampus mulai membuka kesempatan Ferienjob bagi mahasiswanya. Enik mengatakan perusahaannya membuat perjanjian dengan kampus untuk memberikan sejumlah uang yang disebut sebagai donasi. "Kami menyumbang sebagian untuk kampus, kami tidak kasih komisi," kata dia.
SHB akan memberikan uang sejumlah Rp 80 juta jika kampus berhasil mengirimkan hingga 250 mahasiswa dan Rp 200 juta jika berhasil mengirimkan sebanyak 500 orang mahasiswa.
Namun, biaya untuk keberangkatan mahasiswa juga terbilang besar dan ditanggung secara pribadi. Menurut perhitungan Enik, satu orang mahasiswa setidaknya mengeluarkan biaya Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Biaya tersebut sudah termasuk tiket pesawat pulang-pergi dan komisi untuk SHB sebesar 450 Euro atau kurang lebih Rp 7,6 juta.
Masing-masing mahasiswa akan mendapatkan gaji 13 Euro per jam atau sekitar Rp 219 ribu. Dalam hitungan satu bulan, Enik menaksir pendapatan mereka kisaran 1.800 hingga 2.000 Euro atau sekitar Rp 30 juta.
Dari total sebanyak 50-an kampus yang mengirimkan mahasiswa untuk Ferienjob, tak sedikit kampus yang menjanjikan konversi SKS. Universitas Jambi atau Unja adalah satu di antaranya.
Pada Mei 2023, untuk pertama kalinya Unja membuka pendaftaran Ferienjob. Selebaran informasi menyebutkan bahwa kegiatan mahasiswa di Jerman selama tiga bulan akan direkognisi ke dalam MBKM. Selama menjalani Ferienjob, kegiatan akademik mahasiswa di Unja akan diliburkan.
Ketua Humas Unja Mochammad Farisi mengatakan saat ini ada 86 orang mahasiswa Unja yang ikut Ferienjob di Jerman. Mahasiswa tersebut akan mendapatkan konversi SKS.
"Jadi, memang mereka di sana itu kan magang dan dianggap menjadi bagian dari perkuliahan, MBKM. Magang DUDI istilahnya, magang dunia usaha dan dunia industri," kata Farisi pada Rabu, 13 Desember 2023.
Sejauh ini, kata Farisi, belum ada keluhan dari mahasiswanya dan tak ada yang meminta pulang ke Indonesia sebab sejak awal telah diberitahukan perihal pekerjaan. Menurut Farisi, para mahasiswa Unja hanya mengeluhkan kendala seperti gegar budaya atau culture shock.
"Karena dia kan belum sarjana ya, artinya belum punya keterampilan khusus atau apa. Jadi, di sana itu pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus, misalnya mengepak barang," kata Farisi.
Menurut Farisi, puluhan mahasiswa itu akan pulang Desember ini. Jika memang diputuskan Ferienjob tidak dilanjutkan, kampusnya akan menurut. "Kalau tahun depan dihentikan, ya kami ndak ngirim lagi," ujarnya.
Pada tahun lalu, Koordinator Ferienjob untuk Indonesia Amsulistiani Ensch atau Ami mengatakan konversi magang mahasiswa berhasil. Apabila kini pemerintah memutuskan untuk tak mengaitkan dengan magang, perlu diskusi bersama.
"Mahasiswa mengajukan kegiatan mereka Ferienjob itu dikonversi ke beberapa penilaian magang, itu disetujui. Tapi jika akhirnya di 2023 ini sebaiknya tidak membawa-bawa istilah magang, berarti kita harus duduk bersama agar tidak ada salah paham lagi," kata Ami.
Saat ini, berdasarkan data milik Ami, mulanya ada 2.056 pendaftar dari seluruh kampus, namun hanya 1.800 yang diterima oleh perusahaan di Jerman. Setelah diusulkan ke ZAV, sebanyak 1.500 disetujui dan hanya 1.100 mahasiswa yang mendapatkan visa. Total mahasiswa Indonesia yang Ferienjob di Jerman sekarang berjumlah 856, sedangkan sisanya tak bisa berangkat.
Baik Enik, Ami dan Devdy mengatakan sejumlah mahasiswa Ferienjob mengalami sakit dan dirawat. Bahkan, kata Enik, ada yang sampai harus dioperasi tujuh kali. "Mungkin saking senangnya landing di airport, baru mau jalan ke akomodasi, dia kecengklak. Itu kecelakaan di luar kerja operasi hampir sampai 7 kali, dicover oleh asuransi," ujarnya.
Enik mengatakan ada empat mahasiswa memutuskan pulang karena komplain dengan pekerjaan di Jerman yang tak sesuai dengan kompetensi studinya. "Di mindset mereka masih terbayang dengan bahasa magang. Pekerjaan mahasiswa ini angkat barang, jurusannya IT misalnya, jadi kan tidak sesuai. Akhirnya, mereka mengundurkan diri. Mahasiswa ini hanya bekerja dua hari kalau enggak salah. Sudah pulang ke Indonesia setelah satu minggu di KBRI," kata dia.
Ami mengatakan ia pernah melakukan survei internal mengenai Ferienjob untuk seluruh peserta. Hasilnya, 70 persen peserta memberikan tanggapan positif, sisanya memilih netral dan ada pula yang menyatakan tidak sesuai.
Devdy mengatakan KBRI bukan menghalangi Ferienjob, sebab kesempatan ini telah ada sejak lama dan diikuti oleh mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jerman. "Kalau misalkan ada peminat dari Jakarta mau bekerja di Jerman dengan skema Ferienjob ini, sangat tidak masalah. Yang menjadi concern kami adalah Ferienjob dijadikan sebagai MBKM. Secara hukum, itu kan tidak sesuai. Visa juga berbeda," kata dia.
Untuk saat ini, kata Devdy, kesalahpahaman yang ada harus dibereskan terlebih dahulu. "Kami mau meng-clear-kan dulu, apakah memang disengaja atau tidak, tidak tahu atau memang kurang paham," ujarnya.
Pilihan Editor: Kemendikbud Sebut Ferienjob Kurang Tepat Disebut Sebagai Bagian MBKM