TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan apotek AS yang bangkrut, Rite Aid, akan dilarang menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk tujuan pengawasan selama lima tahun. Ini guna menyelesaikan tuduhan Komisi Perdagangan Federal (FTC) AS bahwa teknologi tersebut merugikan konsumen. FTC menyatakan hal ini pada hari Selasa waktu Amerika Serikat atau Rabu, 20 Desember 2023.
Rite Aid menerapkan teknologi pengenalan wajah berbasis kecerdasan buatan dari tahun 2012 hingga 2020 untuk mengidentifikasi pengutil. Namun, perusahaan ini secara salah menandai beberapa konsumen sebagai pencocokan dengan seseorang yang sebelumnya telah diidentifikasi sebagai pengutil, kata FTC.
Rite Aid dalam sebuah pernyataan mengatakan perjanjian dengan FTC harus mendapat persetujuan dari pengadilan yang mengawasi kasus kebangkrutan.
“Tuduhan tersebut berkaitan dengan program percontohan teknologi pengenalan wajah yang diterapkan perusahaan di sejumlah toko terbatas,” kata perusahaan itu.
"Rite Aid berhenti menggunakan teknologi ini di kelompok kecil toko ini lebih dari tiga tahun yang lalu, sebelum penyelidikan FTC mengenai penggunaan teknologi tersebut dimulai oleh Perusahaan."
Keluhan dan larangan FTC menyusul penyelidikan Reuters pada tahun 2020 terhadap program pengenalan wajah Rite Aid.
Investigasi tersebut menemukan bahwa Rite Aid secara diam-diam menambahkan sistem pengenalan wajah ke ratusan toko di Amerika Serikat, dan di New York dan Los Angeles, Rite Aid menerapkan teknologi itu di sebagian besar lingkungan berpenghasilan rendah dan non-kulit putih.
Setelah Reuters mengirimkan temuannya ke Rite Aid pada Juli 2020, Rite Aid mengatakan pihaknya berhenti menggunakan perangkat lunak pengenalan wajah.
Pilihan Editor: UGM dan Kagama Beri Anugerah kepada 5 Alumni Inspiratif, Usai Baliho BEM UGM Alumnus UGM Paling Memalukan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.