Baterai LFP vs NMC
Selain kerapatan energinya yang lebih rendah, baterai LFP juga dikenal lemah untuk performa charging pada suhu sangat rendah. Para insinyur kemudian telah mengatasinya dengan memanipulasi pengaturan suhu melalui sistem manajemen baterai.
Tapi, tetap, itu membuatnya butuh proses charge dalam waktu yang lebih lama di bawah suhu beku. Sebagai catatan, bungkus baterai menghangat seiring mobil dipakai berkendara, sehingga temperatur baterai umumnya menjadi lebih tinggi daripada suhu ambien.
Di sisi lain, baterai-baterai LFP memiliki banyak keuntungan lain dibandingkan NMC. termasuk kelimpahan materialnya, harganya lebih murah, titik ignisi lebih tinggi, dan masa pakai lebih panjang.
Pada 2020, Journal of the Electrochemical Society memuat sebuah laporan yang menunjukkan kalau baterai LFP mampu mengalahkan rivalnya, NMC, dalam beragam kondisi nyata. Para penelitinya membuktikan kalau baterai LFP memiliki hampir lima lebih banyak siklus charging dibandingkan NMC dan menyediakan efisiensi perjalanan yang lebih tinggi.
Baterai LFP juga lebih sedikit terdegradasi pada suhu lebih tinggi dan kecepatan charging-discharging yang lebih cepat. Ini artinya baterai LFP lebih cocok untuk performa berkendara yang lebih tinggi dan charging cepat.
Dan Blondal, CEO Nano One, sebuah perusahaan baterai, menilai ada sedikit kesalahpahaman jika disebutkan kalau kerapatan energi baterai LFP kalah jauh. Menurutnya, perbedaan kerapatan energi dengan baterai NMC lebih pada level sel baterai. Tapi, sejak baterai LFP lebih aman terhadap lonjakan suhu, baterai jenis ini bisa dikemas lebih ketat ke dalam bentuk prismatik, bukan rumahan yang silindris yang lebih familiar. Itu mengurangi bobot tempat baterai.
Banyak pabrikan juga kini mengarah ke teknologi cell-to-frame atau cell-to-pack di mana sel-sel baterai itu menjadi bagian dari struktur wadah baterai. Ini membuat bobot baterai keseluruhan berkurang. Memang , baterai-baterai LFP masih memiliki bobot lebih berat dibandingkan NMC untuk kerapatan energi yang sama namu, selisih kerapatan energi di level kemasan baterainya menjadi jauh berkurang.
Tesla Mulai Tinggalkan Nikel
Tesla adalah pabrik EV pertama yang beralih ke baterai LFP. Terima kasih kepada desain ringan dan bertenaga dengan efisiensi tinggi, Tesla membutuhkan konsumsi energi lebih sedikit untuk berkendara pada jarak tempuh yang sama dibanding EV lainnya di kelas yang sama.
Para karyawan bekerja di Gigafactory Tesla di Shanghai, Cina timur, pada 20 November 2020. Peletakan batu pertama Gigafactory Tesla di Shanghai dilakukan pada awal 2019, sementara gelombang pengiriman pertama sedan Model 3 made-in-Cina buatan pabrik itu dilakukan setahun kemudian. (Xinhua/Ding Ting)
Jajaran mobil listrik Tesla kini dilengkapi baterai LFP, meski sebagian masih menggunakan NMC. Seiring dengan pabrikan terus memangkas bobot kendaraannya dan memperbaiki efisiensi, kerapatan energi dalam baterai LFP yang standar dipastikan akan tersedia semakin luas di produk Tesla.
Toyota Motor dan Hyundai Motor pada tahun lalu juga telah mengumumkan rencananya untuk melengkapi mobil masa depan mereka dengan baterai LFP. Toyota bahkan mengungkap bahwa penambahan unsur mangan, seperti yang ada dalam baterai NMC, telah memampukan cel-cel baterai LFP memuat energi lebih banyak.
"Menyediakan kemampuan EV untuk melahap jarak tempuh yang lebih jauh--sampai 724 kilometer--dalam sekali charge."
ENGINEERING, REUTERS
Pilihan Editor: BMKG Perkirakan Hujan di Bogor, Depok, dan Bekasi Bisa Sangat Lebat Sepanjang Pekan Ini