TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta terdampak cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang pada Kamis sore, 14 Maret 2024. Empat kabupaten itu, yakni Kabupaten Bantul sebanyak 22 titik, Kabupaten Gunungkidul 19 titik, Kabupaten Kulon Progo 2 titik dan Kabupaten Sleman 1 titik.
Sementara hujan angin di Kota Yogyakarta belum dilaporkan berdampak. "Total ada 44 titik di empat kabupaten yang terdampak hujan angin," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta Noviar Rahmad Kamis.
Kejadian kerusakan akibat hujan angin itu beragam. Misalnya di Kabupaten Gunungkidul, wilayah Kecamatan Semanu yang paling terdampak. Di wilayah itu pohon tumbang setidaknya menyebabkan enam unit rumah dan kios rusak, sembilan akses jalan tertutup pohon tumbang, empat jaringan listrik rusak, dan 13 titik terjadi pohon tumbang.
Tak kalah parah di Kabupaten Bantul. Di wilayah selatan Yogya itu, ada tiga kecamatan terdampak, yakni Kecamatan Imogiri, Kecamatan Pleret, dan Kecamatan Jetis. Ada setidaknya lima rumah rusak, sebuah fasilitas ibadah, 24 titik pohon tumbang, dua jaringan listrik dan tiga akses jalan terdampak.
Di Kabupaten Kulon Progo, wilayah terdampak meliputi Kecamatan Pengasih dan Panjatan. Sedangkan di Kabupaten Sleman titik terdampak ada di Kecamatan Ngaglik. "Untuk Kota Yogyakarta belum ada laporan dampak hujan angin itu," kata dia.
Sebelum terjadinya cuaca ekstrem sore ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta pada Rabu telah mengeluarkan peringatan dini potensi bencana cuaca ekstrem yang akan terjadi di wilayah DI Yogyakarta pada 14-16 Maret.
Peringatan dini itu intinya meminta masyarakat mewaspadai potensi hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat atau petir disertai angin kencang, terutama di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Gunungkidul, Kulon Progo dan Bantul direntang pukul 15.55 hingga 16.55 WIB.
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono menuturkan prakiraan cuaca selama periode 14-16 Maret 2024 berdasar analisis dinamika atmosfer. "Kami mengidentifikasi adanya pusat tekanan rendah di Australia bagian utara dan Samudra Hindia selatan Jawa," kata Warjono.
Kondisi itu membentuk pertemuan arus angin (konvergensi) di wilayah Jawa dan perairan selatan Jawa yang bertiup dari arah barat – barat laut dengan kecepatan 40 – 60 km/jam.
Pantauan Osilasi Madden-Julian (MJO) di Fase 4 (Maritime-Continent) dan gelombang atmosfer Rossby Ekuator di Jawa bagian tengah dan timur saat ini turut berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Potensi penguapan/kandungan uap air dalam atmosfer juga meningkat karena Suhu Muka Laut (SML) baik dalam skala harian maupun mingguan di Laut Jawa dan Samudra Hindia Selatan Jawa saat ini terpantau hangat yakni sebesar 29 – 31 derajad celcius.
"Hasil analisis terkini dari profil vertikal kelembapan udara di wilayah DIY pada ketinggian 1.5 – 3.0 km (level 850 - 700 mb) berkisar antara 80 – 95% (basah) sehingga potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIY pada siang, sore, dan malam hari tinggi," kata Warjono.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta memprakirakan cuaca di wilayah DIY periode 14 – 16 Maret 2024 masih berpotensi diselimuti cuaca ekstrem berupa hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang terutama di Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo bagian utara.