TEMPO.CO, Jakarta - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BBMKG Wilayah II memprediksi awal musim kemarau di daerah Banten dan Jakarta akan mundur selama satu dasarian (rentang 10 hari) dan baru dimulai pada Juni 2024. Awal musim kemarau tertunda oleh beberapa faktor, seperti dinamika atmosfer dan perkembangan iklim di Indonesia.
Dari pengamatan Stasiun Klimatologi Banten, musim kemarau akan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Periode puncak kemarau Jakarta dan Banten diperkirakan pada Agustus 2024.
"Kecuali untuk daerah Selatan Banten yang diperkirakan lebih dulu mengalami puncak musim kemarau pada Juli," kata Forecaster Stasiun Klimatologi Banten, Qurrata A'yun Kartika, dalam konferensi pers secara daring pada Selasa, 26 Maret 2024.
Menurut Qurrata, perbedaan momentum kemarau di setiap daerah dipengaruhi oleh fenomena iklim. Beberapa fenomena yang mempengaruhi Indonesia saat ini adalah El Nino yang terjadi di Samudera Pasifik, serta fenomena dipole mode hasil interaksi lautan dan atmosfer di Samudera Hindia.
Kepala Stasiun Klimatologi Banten, Apolinaris Samsudin, menyebut kemarau di Indonesia pada 2024 tidak akan diperparah oleh bencana kekeringan ekstrem. Dia memperkirakan hujan masih turun hingga akhir Maret 2024 dan awal musim kemarau nanti.
“Sekitar 76 persen Banten dan Jakarta masih mengalami musim hujan sampai sekarang. Misalnya dalam seminggu itu ada dua kali turun hujan. Artinya tidak benar-benar kering,” kata Apolinaris dalam jumpa pers yang sama.
Walau musim kemarau di Banten dan Jakarta diprediksi tidak mencapai tahap ekstrem, BBMKG Wilayah II tetap merekomendasikan masyarakat dan pemerintah untuk segera beradaptasi dan mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Pilihan Editor: Tingkat Deforestasi Tinggi, Kawasan Hutan IKN Baru 16 Persen dari Target 65 Persen