Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketua Kwarda Ini Setuju Pramuka Tidak Wajib di Sekolah, Kenapa?

image-gnews
Ilustrasi Pramuka. Getty Images
Ilustrasi Pramuka. Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pencabutan Permendikbud yang mengatur Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan (EWPK) lewat pemberlakuan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024, mengikuti pergantian dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka, mengundang perbincangan luas. Tak terkecuali di lingkungan internal Gerakan Pramuka di Tanah Air. 

Salah satu pandangan datang dari Ketua Harian Pramuka Kwartir Daerah (Kwarda) Jawa Timur, Suyatno. Dia menilai meniadakan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan malah bagus karena memisahkan antara rumah pelajar yang diatur permendikbud dan rumah pramuka yang diatur petunjuk penyelenggaraan kwartir.

"Selama ini kepala sekolah menjalankan dua tugas yakni sebagai kepsek dan kamabigus (Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan)," kata Suyatno kepada TEMPO, Senin 1 April 2024. 

Karenanya, Suyatno menilai, sekolah selama ini mengalami karut-marut berpikir dan bertindak dalam menjalankan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan. Hal lain yang terjadi, dia menambahkan, ada tarik menarik antara sekolah dan kwartir. 

Bahkan, menurut mantan Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka ini, selama 10 tahun sekolah belum mampu menerapkan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan yang benar dan baik. Akibatnya, kata dia lagi, pembina pramuka kelelahan.

"Padahal EWPK itu tanggung jawab guru (untuk model pendidikan kepramukaan aktualisasi dan blok yang bersifat wajib di sekolah) dan pembina pramuka (untuk model reguler yang bersifat sukarela di sekolah)," katanya merujuk tiga model dalam Pendidikan Kepramukaan yang berlaku sebelumnya. 

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan pun dianggapnya rancu dengan Pendidikan Karakter Profil Pelajar Pancasila, "Sehingga difokuskan saja ke Profil Pelajar Pancasila." 

Pada mulanya, Suyatno menuturkan, Indonesia tertarik dengan Pendidikan Kepramukaan yang mempunyai prinsip dasar dan metode unik dan khas. Ketertarikan itu mengikuti tren dunia yang juga menggunakan pendidikan kepramukaan dalam kurikulumnya. 

Dia menunjuk negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Argentina, Prancis, dan negara lainnya yang menggunakan pendidikan kepramukaan sebagai salah satu pendekatan belajar muridnya.

"Ketika EWPK dicabut, Pendidikan Kepramukaan bagi Indonesia sudah tidak dipakai lagi untuk membantu keterlaksanaan intrakurikulernya," katanya sambil menambahkan, "Kepramukaan ditempatkan sebagai ekstrakurikuler sejajar dengan kelompok krida." 

Hal itu mirip dengan ekstrakurikuler krida lainnya seperti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) dan Palang Merah Remaja (PMR). "Dengan kata lain, Pramuka sejajar dengan krida yang lainnya yang bersifat pilihan dan sukarela," kata dia. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walaupun mendukung peniadaan model Pendidikan Kepramukaan yang wajib, Suyatno berpendapat terdapat kesalahan besar menempatkannya sebagai ekstrakurikuler. Guru Besar Sastra Anak di Universitas Negeri Surabaya ini menyebut kepramukaan bukan bakat minat tetapi pendidikan nonformal yang terbuka bukan hanya untuk yang berbakat dan berminat.

Selama ini, kata Suyatno, kepramukaan mempunyai induk pengelola yakni Kwartir Nasional Gerakan Pramuka sehingga ketika menjalankan kepramukaan harus terikat dengan aturannya. Selain itu, tiap sekolah tidak boleh menyelenggarakan kepramukaan apabila sekolah itu tidak mempunyai gugus depan. 

"Pengampu kepramukaan diharuskan pembina (ada ijazah), bukan guru, dan krida kepramukaan dikelola gudep dan bertanggung jawab ke kwartirnya," ucapnya.

Oleh karena itu, menurut Suyatno, pemberlakukan Permendikbud 12/2024 menguntungkan sekaligus memberikan beban bagi kwartir. "Oleh karena itu, gudep harus punya SOP untuk ekstrakurikuler krida kepramukaan. Dari mana SOP itu, tentu dibuat oleh kwartir."

Klarifikasi dari Anak Buah Menteri Nadiem

Terpisah, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) di Kemendikbudristek, Anindito Aditomo, menegaskan bahwa setiap sekolah hingga jenjang pendidikan menengah tetap wajib menyediakan Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum Merdeka. Peraturan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang baru disebutnya tidak mengubah ketentuan itu, bahwa sekolah tetap wajib menyediakan setidaknya satu kegiatan ekstrakurikuler, yaitu Pramuka.

"Sejak awal, Kemendikbudristek tidak memiliki gagasan untuk meniadakan Pramuka," kata Anindito menegaskan, dikutip dari keterangannya yang dibagikan di situs web Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hari ini, Senin 1 April 2024.

Anindito menjelaskan bahwa, dalam praktiknya, Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 hanya merevisi bagian Pendidikan Kepramukaan dalam Model Blok yang mewajibkan perkemahan, menjadi tidak wajib. Itu pun, dia menambahkan, jika satuan pendidikan akan menyelenggarakan kegiatan perkemahan, maka tetap diperbolehkan. Keikutsertaan murid dalam kegiatan ekstrakurikuler-nya juga bersifat sukarela. 

Dia mengutip UU Nomor 12 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa gerakan pramuka bersifat mandiri, sukarela, dan nonpolitis. "Sejalan dengan hal itu, Permendikbudristek 12/2024 mengatur bahwa keikutsertaan murid dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk Pramuka, bersifat sukarela,” tutur Anindito.

Pilihan Editor: Daftar 5 Lokasi Tambang Timah Terkenal di Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

5 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.


Yayasan Pramuka Sedunia Gelar World Baden-Powell Fellowship di Rio de Janeiro 25-29 Oktober

6 hari lalu

Suasana Pertemuan Dewan Yayasan Pramuka Sedunia yang dipimpin Raja Swedia Carl Gustaf di Istana Kerajaan pada 16-18 April  2024. (Ahmad Rusdi)
Yayasan Pramuka Sedunia Gelar World Baden-Powell Fellowship di Rio de Janeiro 25-29 Oktober

WSF dibentuk tahun 1969 dengan misi untuk mengembangkan dan memperkuat dampak kepanduan atau pramuka di seluruh dunia


Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

8 hari lalu

Aktivis perempuan termasuk dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi Kampus Menggugat dalam peringatan Hari Kartini di Balairung UGM Yogyakarta Minggu 21 April 2024. Dok.istimewa
Gelar Kampus Menggugat di Hari Kartini, Guru Besar UGM: Kita Bagian Kerusakan Demokrasi di Era Jokowi

Kegiatan Kampus Menggugat ini menyorot kondisi demokrasi di penghujung kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang merupakan alumnus UGM.


Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

9 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Kasus Kumba Digdowiseiso

Unas membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) dugaan pencatutan nama dalam publikasi jurnal internasional yang diduga melibatkan Kumba Digdowiseiso.


Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

9 hari lalu

Satria Unggul Wicaksana Dosen UM Surabaya. um-surabaya.ac.id
Kata KIKA soal Pengunduran Diri Kumba Digdowiseiso yang Tak Disertai Pencabutan Gelar Guru Besar

Koordinator KIKA, Satria Unggul, mengatakan bahwa keputusan yang jadi pilihan Kumba Digdowiseiso harus dihormati.


Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

11 hari lalu

Guru Besar Pulmonologi di FKUI Tjandra Yoga Aditama, yang juga Eks Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. dok pribadi
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa


Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

11 hari lalu

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Guru Besar Unpad Sebut Kasus Kumba Digdowiseiso Puncak Gunung Es: Masalah Sistemik

Kata Guru Besar Unpad soal kasus Kumba.


Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

11 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
Prodi Biologi UGM Raih Peringkat 1 Terbaik Se-Indonesia Versi QS WUR 2024, Ini Fasilitasnya

Program studi Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) tempati urutan 1 terbaik se-Indonesia dan masuk daftar 501-550 terbaik di dunia.


KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

11 hari lalu

Dekan Universitas Nasional Kumba Digdowiseiso. Foto : UNAS
KIKA Minta Nadiem Tak Ragu Copot Status Guru Besar Kumba

Nadiem diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.


Masuk Sekolah Tinggi Intelijen Negara atau STIN Bisa Jalur Talent Scouting, Ini Penjelasannya

11 hari lalu

Amphitheater and Green Area Smart Campus STIN. koran.tempo.co
Masuk Sekolah Tinggi Intelijen Negara atau STIN Bisa Jalur Talent Scouting, Ini Penjelasannya

Talent scouting adalah salah satu jalur untuk mendaftar ke Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN). Berikut adalah sejumlah talenta yang bisa dipilih.