TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Juni 2024 diketahui menghadirkan sejumlah fenomena langit yang sayang jika dilewatkan. Salah satunya adalah fenomena langit bulan purnama atau Strawberry Moon yang bisa disaksikan pada Jumat 21 Juni mendatang. Lantas apa bedanya Strawberry Moon dengan bulan purnama biasa?
Jika melihat kembali pada kalender, bulan purnama berikutnya akan segera datang beberapa hari lagi. Dilansir dari situs space.com, Bulan purnama di bulan Juni tahun ini juga disebut sebagai Strawberry Moon, dan akan terjadi pada 21 Juni pukul 21:08 Waktu Musim Panas Bagian Timur (0108 UTC 22 Juni), menurut US Naval Observatory.
Fenomena ini akan terjadi pada hari Sabtu dari waktu Greenland dan Tanjung Verde ke arah timur melintasi Eurasia, Afrika, dan Australia hingga Garis Tanggal Internasional di pertengahan Pasifik. Sementera itu sebagian besar kalender komersial akan menampilkan Bulan purnama ini pada hari Sabtu, 22 Juni, tanggal dalam Waktu Universal Terkoordinasi (UTC).
Selagi matahari melambung ke titik tertinggi, bulan purnama Juni justru berada di titik terendah dari siklus pergerakannya. Artinya bulan purnama terbit lebih lambat dari biasanya, mirip seperti matahari pada Desember. Bulan akan tampak penuh selama sekitar tiga hari pada waktu ini, dari Kamis malam hingga Minggu pagi.
Pada intinya, fenomena Strawberry Moon ini tak ada bedanya dengan Bulan purnama biasa. Namun penamaan Strawberry Moon ini memiliki sejarahnya sendiri. Sebagaimana dilansir dari laman resmi NASA, pada 1930-an Almanak Petani Maine mulai menerbitkan nama-nama "India" untuk Bulan purnama dan nama-nama ini sekarang dikenal dan digunakan secara luas.
Berdasarkan Almanak ini lah mengapa Bulan purnama di bulan Juni kini disebut dengan Strawberry Moon. Usut punya usut, nama tersebut berasal dari musim panen stroberi yang relatif singkat di Amerika Serikat bagian timur laut. Nama musim lainnya adalah Bulan Bunga, Bulan Panas, Bulan Cangkul, dan Bulan Tanam.
Adapun nama Eropa kuno untuk Bulan purnama ini adalah Mead atau Honey Moon. Mead merupakan minuman yang dibuat dengan memfermentasi madu yang dicampur dengan air dan terkadang buah-buahan, rempah-rempah, biji-bijian, atau hop. Di beberapa negara Mead juga disebut Honey Wine (walaupun di negara lain Honey Wine dibuat berbeda). Beberapa tulisan menyatakan bahwa waktu sekitar akhir bulan Juni adalah saat madu siap dipanen, yang menjadikan bulan ini sebagai Bulan yang "termanis". Penggunaan kata Honey Moon telah ada sejak 1500an di Eropa.
Sebagian wilayah Eropa lainnya menjuluki Bulan purnama ini sebagai Rose Moon. Beberapa sumber menunjukkan Rose Moon berasal dari bunga mawar yang mekar sepanjang tahun ini. Ada pula yang berpendapat bahwa nama tersebut berasal dari warna bulan purnama. Bagi wilayah lintang tinggi di Eropa, saat Bulan purnama berada di posisi rendah, Bulan akan menyinari lebih banyak atmosfer, sehingga kemungkinan besar Bulan akan berwarna kemerahan (seperti halnya ketika matahari terbit dan terbenam berwarna merah).
Untuk wilayah Washington, DC, Bulan purnama pada malam hari tanggal 21 Juni hingga pagi hari tanggal 22 Juni akan memiliki Bulan purnama terendah dalam setahun, hanya mencapai 21,9 derajat di atas ufuk selatan pada pukul 01.20 EDT. Sementara di Kota New York, bulan terbit akan terjadi pada pukul 20:49 EDT pada tanggal 21 Juni . Matahari akan terbenam pada pukul 20:31 EDT pada hari itu.
NI MADE SUKMASARI | YOHANES PASKALIS
Pilihan Editor: Juni Penuh Fenomena Langka di Langit, Ada Strawberry Moon hingga Parade Planet