TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak lebih dari 1.000 orang telah meninggal di tengah menjalankan ibadah haji tahun ini yang sedang berlangsung di Mekkah, Arab Saudi. Di bawah sengatan suhu udara yang sampai melampaui 51 derajat Celsius, lebih dari separuh jumlah kematian itu dilaporkan adalah jemaah haji tak resmi yang tak dapat mengakses ruang-ruang berpendingin udara.
The Guardian melaporkan kalau per Kamis, 20 Juni 2024, total jemaah haji yang meninggal sebanyak 1.081. Asal mereka tersebar di antara 10 negara. Terbesar dari Mesir, yakni sebanyak 658 orang dan 630 di antaranya adalah jemaah tak terdaftar.
"Ada banyak warga Mesir yang tidak terdaftar dalam basisdata haji, yang membutuhkan usaha dua kali lipat dan waktu yang lebih lama untuk mencari mereka yang hilang dan menemukan kerabatnya," kata seorang diplomat Arab Saudi.
Petugas medis asal Mesir mengungkapkan kepada Reuters bahwa benar kebanyakan dari angka kematian itu adalah jemaah haji yang tidak terdaftar secara resmi. Mereka dipaksa tetap berada di jalan-jalan, di bawah terik matahari, tak mendapat akses ke fasilitas tempat berteduh dan berpendingin udara.
Satu di antara jemaah asal Mesir itu adalah Sameh Al-Zayni. Dia mengatakan menerima pembagian air minum dari petugas setempat. Selain itu, seperti dilaporkan Reuters, mereka juga disemprotkan air. Namun spraying water dianggap hanya efektif pada cekaman suhu udara sekitar 35 derajat Celsius.
Adapun musim haji tahun ini jatuh dalam periode musim panas di Arab Saudi. Badan meteorolologi setempat melaporkan suhu harian maksimal tertinggi di wilayah itu pada pekan ini, misalnya, tercatat 51,8 derajat Celsius.
Tenda jamaah haji asal Indonesia yang beristirahat mirip barak pengunsian di Mina, Arab Saudi. Senin (17/6/2024). ANTARA/HO-Humas DPR RI
"Luar biasa menyengat dan orang-orang tak sanggup menghadapi panas seperti itu," kata seorang jamaah haji asal Pakistan, Wilayet Mustafa kepada Reuters.
Seorang jemaah haji lainnya mengatakan melihat beberapa tubuh bergelimpangan di pinggir jalan dekat Mina, dekat perbatasan dengan Mekkah. Jasad-jasad itu hanya ditutupi kain ihram hingga mobil ambulans datang mengangkutnya.
Tahun Depan Tak Sepanas Tahun Ini, Hindari 2040
Para ilmuwan iklim mengatakan bahwa angka kematian itu memberi gambaran atas apa yang akan datang dengan ibadah haji puluhan tahun ke depan. Carl-Friedrich Schleussner, penasihat ilmiah di German Institute Climate Analytics, memprediksi kalau krisis iklim akan menambah parah cekaman suhu panas setiap musim haji nanti.
Sebuah studi yang dipublikasi bulan lalu menyebut suhu udara di Mekkah naik terus sebesar 0,4 derajat setiap dekade. Itu menjadikan bagian dari ibadah haji yang berupa pendakian ke Bukit Arafah, menurut Schleussner, "Menjadi sangat berbahaya untuk kesehatan manusia."
Baca halaman berikutnya: Negara-negara yang sudah melaporkan angka kematian