TEMPO Interaktif, Jakarta - Meskipun virus HIV-1 (Human Immunodeficiency Virus), virus penyebab AIDS (Acquired immune deficiency syndrome), pada awalnya dipercayai memasuki populasi manusia melalui perantaraan Simpanse, namun sejak lama para ilmuwan percaya bahwa virus HIV-1 tak mampu berkembang menjadi AIDS dalam tubuh Simpanse. Namun sebuah studi baru menunjukkan temuan lain yang berlawanan dengan kesimpulan itu.
Sebuah studi dari tim peneliti internasional, menemukan bahwa SIV (Simian Immunodeficiency Virus), virus yang mempunyai ciri-ciri sama dengan HIV - atau jenis HIV yang berada pada tubuh Simpanse, ternyata dapat berkembang menjadi AIDS dan juga bisa menyebabkan kematian Simpanse.
Para peneliti, diantaranya Anne Pusey dan Michael Wilson dari Universitas Minnesota, dalam laporannya yang dipublikasikan dalam jurnal Nature edisi 23 Juli 2009, menunjukkan bahwa Simpanse yang terinfeksi SIV ternyata 10-16 kali lebih cepat mati daripada Simpanse yang tidak terinfeksi virus ini. Mereka juga menemukan Simpanse perempuan yang terinfeksi SIV kecil kemungkinan akan melahirkan bayi yang normal, dan bayi yang terlahirkan dari Simpanse perempuan yang terinfeksi biasanya tidak pernah bisa hidup lama.
SIV menular di dalam populasi Simpanse melalui hubungan seksual dan melalui air susu ibu Simpanse. Selama lebih dari sembilan tahun masa penelitian ini, sekitar 10-20 persen dari 94 Simpanse yang diteliti mendapatkan penularan SIV melalui hubungan satu sama lain.
Penemuan ini penting, untuk membuka peluang penelitian-penelitian lanjutan tentang virus HIV dan AIDS yang saat ini menjadi penyakit paling mematikan dan belum terpecahkan bagaimana metode untuk pencegahan dan penyembuhannya. "Kami berharap penemuan ini akan membantu memahami virus ini secara lebih baik, baik pada manusia maupun Simpanse," ujar Jane Goodal, peneliti spesialis Simpanse yang telah lebih dari 50 tahun hidup dan meneliti Simpanse di habitatnya secara langsung, yang terlibat dalam penelitian untuk pengamatan perilaku Simpanse pada tingkat populasi.
Goodall melakukan penelitian ini di Taman Nasional Gombe, Tanzania, dimana populasi Simpanse hidup dalam jumlah ratusan dengan habitat yang masih asli. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana SIV menular diantara populasi Simpanse dan bagaimana virus ini mempengaruhi hidup dan reproduksi Simpanse. Secara populasi riset dilakukan langsung di lapangan, di Tanzania, sedang sample-sampel virus diteliti secara laboratorium di Virologist Beatrice Hahn Laboratorium, Universitas Alabama, Amerika Serikat.
Penelitian laboratorium terhadap sampel jaringan mati dari Simpanse yang mati karena penyakit AIDS, menunjukkan bahwa mereka kehilangan sel-sel CD4+T (yaitu sel-sel kekebalan yang berfungsi vital menahan serangan virus) pada Simpanse yang terinfeksi SIV. Hilangnya sel-sel CD4+T membuat Simpanse rentan terkena infeksi berbagai jenis penyakit lain, atau menurunkan tingkat kekebalannya, -yang merupakan tanda-tanda terserang penyakit AIDS.
Michael Whilson yang mengorganisir peneliti dari Tanzania maupun Amerika untuk menguji aspek-aspek fisiologis dan virologis dari jaringan Simpanse yang telah mati karena AIDS. "Dari perspektif yang lebih spesifik ini, kami menemukan bahwa kedua virus ini mempunyai pengaruh dan cara kerja yang sama pada Simpanse maupun pada manusia," ujar Michael Wilson. "Namun hal ini tidak praktis untuk melakukan ujicoba dengan menginfeksi Simpanse dengan SIV. Karena pengaruh SIV pada Simpanse tidak sebanding dengan sifat yang lebih patogenik (lebih beresiko menyebabkan penyakit) dari HIV pada manusia," ujar Pusey, kolega Whilson dalam riset ini, " sejauh ini, penelitian pada tingkat populasi (masyarakat) manusia telah menemukan penjelasan kenapa virus ini lebih bersifat mematikan (pada manusia daripada pada Simpanse)."
Penelitian AIDS baik pada skala populasi dan laboratorim pada Simpanse ini, telah memberikan penjelasan yang lebih luas terhadap sifat-sifat dan karakter SIV, yang memberikan peluang bagi penelitian selanjutnya. Dan memungkinkan Simpanse digunakan sebagai binatang percobaan bagi riset-riset tentang AIDS selanjutnya.
SCIENCEDAILY l WAHYUANA