TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 8,5 juta perangkat Windows di seluruh dunia dilaporkan mengalami gangguan berupa blue screen of death (BSOD) atau layar tidak dapat diakses, imbas pembaruan antivirus CrowdStrike yang gagal. Gangguan ini pertama kali dirasakan pada Jumat malam, 19 Juli 2024 lalu. Perlahan-lahan gangguan yang menjangkau seluruh dunia itu mulai berangsur pulih hingga hari ini, Senin.
Merespons gangguan BSOD pada Windows, Microsoft telah melakukan sederet langkah pemulihan, misalnya dengan meluncurkan alat pemulihan khusus yang dirancang untuk mempermudah pengendalian gangguan. Alat ini memungkinkan drive USB Windows untuk di-boot dan membantu pemulihan gangguan secara instans.
Microsoft menilai kalau tidak semua perangkat Windows bisa diperbaiki oleh pengguna usai terkena gangguan BSOD. Maka dari itu entitas ini memutuskan untuk meluncurkan alat khusus yang bisa bekerja secara otomatis. Pengguna tidak perlu lagi melakukan booting secara manual ke Safe Mode untuk menghapus berkas pembaruan CrowdStrike yang bermasalah.
Alat pemulihan ini melakukan booting ke lingkungan Windows PE melalui USB dan mengakses disk komputer yang mengalami gangguan. Nantinya, alat tersebut akan otomatis menghapus berkas CrowdStrike bermasalah dan komputer dapat melakukan booting dengan normal kembali. Namun, alat ini tidak akan bekerja pada disk komputer yang diamankan dengan enkripsi BitLocker. Pengguna harus memasukan kunci pemulihan terlebih dahulu sebelum diperbaiki.
Selain itu, Microsoft juga memiliki langkah-langkah pemulihan terpisah yang tersedia untuk mesin virtual Windows pada Azure. Perusahaan ini juga menyebut telah menerbitkan sederet langkah pemulihan untuk semua perangkat Windows 10 dan Windows 11 di situs blog resminya untuk diikuti pengguna.
Perlu Langkah Perbaikan Berminggu-minggu
CEO CrowdStrike George Kurtz memperingatkan bahwa mungkin diperlukan waktu berminggu-minggu sebelum kita melihat pemulihan total, dan banyak organisasi yang masih menghadapi dampak buruknya beberapa hari kemudian. Dia berharap masyarakat untuk tetap waspada terhadap pelaku jahat yang mencoba mengeksploitasi situasi.
Meskipun CrowdStrike telah menerbitkan solusi untuk pemadaman ini, bahayanya tetap ada. Bleeping Computer melaporkan bahwa pelaku kejahatan menyamar sebagai CrowdStrike atau Bank BBVA dan memerintahkan orang untuk memasang malware setidaknya dalam dua kampanye jahat.
Pelaku jahat ini secara keliru mengklaim bahwa perangkat lunak tersebut merupakan pembaruan untuk memperbaiki masalah CrowdStrike, padahal perangkat lunak tersebut akan membajak komputer pengguna atau menghapus data mereka.
Dengan perlahan-lahan mereda, banyak yang bertanya-tanya siapa yang akan menanggung kerugian finansial akibat pemadaman global. Menghitung biaya pemadaman CrowdStrike adalah hal yang sulit pada tahap awal ini, terutama karena sistem masih dalam tahap pemulihan. Namun, para ahli menyatakan bahwa jumlahnya bisa mencapai miliaran dolar.
Apakah klien CrowdStrike dapat mengklaim kompensasi dari perusahaan akan bergantung pada faktor-faktor seperti ketentuan pasti dalam kontrak mereka dan apakah kontrak tersebut dilanggar. Jika hal ini tidak dilakukan, mereka yang terkena dampak mungkin akan mencoba membantah klaim seperti kelalaian.
Apapun yang terjadi, firma hukum Selandia Baru, Russell McVeagh, menganggap tuntutan hukum class action sebagai "kemungkinan nyata" mengingat besarnya skala pemadaman itu. Perusahaan asuransi juga bersiap menghadapi banyaknya klaim mengenai pemadaman CrowdStrike, meskipun keberhasilan penggugat akan bergantung pada jenis pertanggungan yang mereka miliki.
Mengingat pemadaman bukan disebabkan oleh serangan jahat dan tidak menyebabkan kerusakan properti, kemungkinan besar banyak pemadaman yang tidak akan ditanggung. Saham CrowdStrike telah anjlok hampir 22 persen sejak pemadaman pada hari Jumat, menghapus sekitar US$ 16 miliar dari nilai perusahaan. Jika mereka akhirnya harus membayar kompensasi, maka mereka bisa mengalami kerugian yang lebih besar lagi.
Pilihan Editor: Mahasiswi Telkom University Sabet Gelar Juara Asia Young Designer Awards 2024