TEMPO Interaktif, Durham -Usain Bolt, pelari cepat pemegang tiga medali emas Olimpiade asal Jamaika, memperkirakan pada pekan ini dia dapat memecahkan rekor dunia atas namanya sendiri, 9,69 detik dalam lari 100 meter menjadi 9,54 detik. Dia yakin rekor itu akan pecah karena pelatihnya menyatakan Bolt dapat melakukannya.
Pelatih Bolt, Glen Mills, mungkin baru saja membaca sejumlah riset baru dari Duke University di Durham, North Carolina, Amerika Serikat. yang menunjukkan bahwa sprinter dan perenang bertubuh lebih tinggi, lebih berat, tapi ramping adalah atlet yang dapat memecahkan rekor dunia.
Sekilas, ini tak masuk akal, bagaimana mungkin makin besar atlet makin cepat dia berlari atau berenang. Namun, Jordan Charles, insinyur teknik mekanika dari universitas itu, membuat grafik tentang seluruh pemegang rekor dunia dalam lari 100 meter dan renang 100 meter sejak 1900 dibandingkan dengan tinggi, berat, dan ukuran yang disebutnya "kerampingan" tubuh mereka.
Tinggi rata-rata pelari cepat pencatat rekor dunia bertambah 16,3 sentimeter sejak 1900. Kenaikan tinggi juga terlihat pada juara renang yang melonjak 11,43 sentimeter, jauh lebih tinggi dibanding kenaikan tinggi orang biasa sekitar 4,8 sentimeter. Pada saat yang sama, catatan waktu rekor lari 100 meter lebih cepat 0,7 dari satu detik, sedangkan rekor renang lebih cepat 14 detik.
Dalam risetnya, Charles menerapkan "teori konstruktural" yang menggambarkan bagaimana obyek bergerak melewati lingkungannya. "Segala sesuatu yang bergerak atau mengalir harus berkembang sehingga dia bisa mengalir lebih cepat dan mudah," kata Adrian Bejan, dosen pembimbing Charles. "Alam ingin menemukan jalur yang lebih mulus untuk mengalir lebih cepat, untuk menemukan jalur dengan lebih sedikit rintangan."
Untuk bergerak, manusia harus bisa melampaui dua gaya: gravitasi dan gesekan. Seorang atlet harus mengangkat kakinya dari tanah atau menjaga tubuhnya mengapung sehingga makin besar dan kuat atlet itu, dia bisa mengatasinya. Atlet juga harus mampu mengatasi resistensi udara atau air yang membatasi kecepatan geraknya dan itu ditentukan oleh kerampingan atlet tersebut.
TJANDRA | LIVESCIENCE