TEMPO.CO, Jakarta - Rekayasa cuaca untuk mengurangi curah hujan di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser, Kalimantan Timur, diperkirakan rampung pada Sabtu, 10 Agustus 2024. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) selama sebulan terakhir menghabiskan lebih dari 157 ton garam (NaCl) dan 8 ton kapur tohor (CaO).
Pelaksana Tugas Deputi Modifikasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Tri Handoko Seto, mengklaim potensi keberhasilan OMC tersebut mencapai 97 persen. Dia menyebut curah hujan di lokasi beberapa proyek, termasuk pengaspalan jalan di IKN, mulai berkurang.
"Sejak 19 Juli hingga 2 Agustus lalu, hampir tidak terjadi hujan di IKN. Pernah sesekali hujan ringan tapi durasinya tidak lama,” katanya, saat dihubungi Tempo, Ahad, 4 Agustus 2024.
Menurut Seto, hujan ringan justru turun di Balikpapan, namun tidak mengganggu proyek konstruksi IKN yang sensitif terhadap cuaca. Rekayasa cuaca di sekitar IKN dimulai pada 4 Juli 2024. Awalnya OMC dianggap belum optimal karena hanya memanfaatkan satu unit pesawat yang bekerja sejak pagi hingga sore.
BMKG mulai menambah pesawat untuk OMC dua pekan lalu. Jam kerja tim yang bertugas “menangkal hujan” di IKN juga diperpanjang hingga 24 jam. Artinya, mereka tidak berhenti menyemai NaCl di sejumlah area di Pulau Kalimantan.
"Karena IKN itu justru hujannya sering terjadi malam-dinihari,” tutur Seto.
Yang disemai tim BMKG di langit Borneo bukan hanya garam. Ada juga senyawa ionik atau elektrovalen kapur tohor (CaO) untuk membuyarkan awan yang berada tepat di atas daratan IKN. Garam berfungsi “menyergap” awan yang datang.
“Ada kalanya sudah dicegat masih bobol. Jadi awan yang bobol dan berhasil masuk ke atas daratan IKN kita buyarkan dengan CaO," kata Seto.
Dia belum bisa memastikan ada tidaknya perpanjangan OMC di IKN. Sejauh ini, rekayasa cuaca untuk percepatan proyek di IKN masih dijadwalkan hingga 10 Agustus 2024. Namun, Seto memastikan operasi bisa diteruskan sesuai kebutuhan di lapangan. "Kita tunggu hasil dari dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dulu.”
Pilihan Editor: Fakultas Farmasi UI Kembangkan Pertanian Hanjeli untuk Obat Herbal Badui