TEMPO.CO, Yogyakarta - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,8 mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada pukul 19.57 WIB tadi, Senin, 26 Agustus 2024. Lindu itu berada di kedalaman 30 kilometer, dari jarak sekitar 95 kilometer di arah barat daya Kabupaten Gunungkidul.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Makwan, mengatakan gempa itu menimbulkan kerusakan di Pasar Prambanan. Laporan terakhir masuk ke BPBD Sleman pada pukul 21.00 WIB tadi.
"Genting atap pasar di lantai 4 berjatuhan. Tidak ada korban luka maupun korban jiwa, karena kondisi pasar saat itu sudah sepi pedagang," katanya melalui keterangan resmi, Senin malam.
Kepala Bidang Penanganan Darurat dan Pemadam Kebakaran serta Penyelamatan BPBD DIY, Edhy Hartana, mengatakan timnya juga mencatat sejumlah kerusakan bangunan akibat gempa tersebut. Pendataan terakhir tim BPBD DIY hingga pukul 21.25 WIB tadi.
"Gempa bumi malam ini berdampak dan dirasakan di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kulonprogo dan Bantul dengan skala intensitas III-IV MMI,” tutur Edhy. “Gempa ini tidak berpotensi tsunami.”
Di Kabupaten Gunungkidul, gempa M5,8 tersebut merusak 8 unit rumah di Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Semanu. Ada juga dua unit rumah warga yang rusak, masing-masing berada di Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, serta di Kecamatan Pandak, Bantul.
Merapi Semburkan Awan Panas Sebelum Gempa
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta. Agus Budi Santoso, mengatakan petugas di pos pengamatan sekitar Gunung Merapi juga merasakan lindu berskala II MMI itu. Artinya, rekaman gempa itu juga ada di stasiun seismik Gunung Merapi.
"Setelah kejadian itu sampai saat ini (Senin malam), aktivitas Gunung Merapi terpantau landai," kata Agus.
Pada Senin siang pukul 15.32 WIB tadi atau sebelum gempa, Gunung Merapi sempat mengeluarkan awan panas guguran. Estimasi jarak luncur awan panas tersebut, kata Agus, berkisar 1.500 meter ke arah barat daya atau Kali Bebeng. "Status Merapi saat ini masih Level III atau Siaga,” ucapnya.
Pilihan Editor: IBM: Investasi Teknologi AI di Indonesia Ketinggalan dari Vietnam