TEMPO.CO, Yogyakarta - Area puncak Gunung Merapi diguyur hujan lebat sejak siang hingga sore hari ini, Ahad, 3 November 2024. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melaporkan bahwa gunung api aktif itu sempat mengeluarkan awan panas guguran pada pukul 07.34 WIB pagi tadi. Awan itu meluncur hingga 1.000 meter ke arah ke barat daya atau Kali Bebeng.
"Pasca awan panas, terjadi hujan di puncak dan lereng Gunung Merapi mulai pukul 13.47 WIB dengan curah 17 milimeter (mm)," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, pada Ahad sore.
Dia menyebut hujan masih berlangsung hingga sore. Agus mengimbau warga lokal dan wisatawan mewaspadai potensi bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. "Masyarakat diimbau untuk menjauhi daerah bahaya, serta mematuhi rekomendasi," tuturnya.
BPPTKG Yogyakarta menyebut frekuensi aktivitas vulkanik di Gunung Merapi saat ini masih berkategori tinggi, yaitu berupa erupsi efusif. "Status aktivitasnya dalam tingkat Siaga atau Level III," ucap Agus.
Dia mengingatkan risiko guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, misalnya di Sungai Boyong, sejauh maksimal 5 kilometer (Km). Ada juga risiko lava dan awan panas di Sungai Bedog, Krasak, Bebeng, sejauh maksimal 7 Km. Sedangkan di sektor tenggara meliputi Sungai Woro, sejauh maksimal 3 Km, serta Sungai Gendol sejauh 5 Km.
Bahaya lainnya menyangkut lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif Jangkauannya bisa mencapai radius 3 Km dari puncak.
130 Kali Guguran Lava ke Barat Daya Merapi
Merujuk hasil pengamatan selama sepekan terakhir, persisnya sejak 25 Oktober hingga 1 November 2024, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari. Adapun siang hingga sore hari di sana cenderung berkabut. Sepanjang periode pengamatan tersebut, guguran lava tercatat terjadi sebanyak 130 kali ke arah hulu Kali Bebeng. Jaraknya mencapai maksimal 2 ribu meter.
"Suara guguran terdengar 9 kali dari Pos Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang," kata Agus.
Menurut Agus, morfologi kubah barat daya Merapi juga terlibat berubah akibat aktivitas guguran lava. Sedangkan bentuk kubah tengah tidak berubah secara signifikan. Analisis foto udara pada 24 Oktober lalu juga menunjukkan bahwa volume kubah barat daya meningkat, terukur sebesar 3.077.000 meter kubik, sedangkan di kubah tengah sebesar 2.361800 meter kubik.
Tim BPPTKG juga mencatat adanya hujan selama sepekan terakhir di area Gunung Merapi, dengan intensitas 56 mm/jam selama 90 menit. Hujan itu terpantau dari Pos Kaliurang pada 30 Oktober 2024. Meski ada hujan, tim tidak mendapati penambahan aliran maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Pilihan Editor: Perluas Layanan Komunikasi iPhone, Apple Investasi Rp 23,5 Triliun ke Perusahaan Satelit Globalstar