TEMPO.CO, Jakarta - Anak bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, dilaporkan Ubedilah Badrun, dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), terkait gaya hidup mewah, termasuk dugaan penggunaan jet pribadi Gulfstream 650ER dengan kode pesawat N588SE. Berapa emisi karbon jet mewah itu?
Ubedilah mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan didampingi kuasa hukumnya, AH. Wakil Kamal, pada Rabu, 28 Agustus 2024.
"Biaya transportasi pesawat jet pribadi super mewah Gulfstream 650ER dengan kode pesawat N588SE yang bisa mencapai miliaran rupiah di tengah rakyat yang hidupnya semakin menderita, bahkan saat ini ada 9,89 juta generasi Z menganggur. Saya jadi benar-benar teringat dengan laporan saya 2,5 tahun lalu itu," ujar Ubedilah dalam laporan yang diserahkan ke KPK pada Rabu, 28 Agustus 2024.
Jet pribadi tunggangan Kaesang salah satu penyumbang emisi karbon terbesar
Berdasarkan laporan penelitian yang dipublikasikan Kementerian Bisnis, Energi, dan Strategi Perindustrian Inggris Raya pada 2019, pesawat jarak jauh kelas pertama (first class) dan bisnis menyumbang emisi karbon terbesar. Yakni masing-masing 599 gram dan 434 gram per penumpang per kilometer.
Jet pribadi dapat digolongkan sebagai salah satu kendaraan penyumbang emisi karbon terbesar mengingat kesamaan fasilitas dan daya angkut dengan pesawat first class. Umumnya, emisi karbon terbesar pesawat dihasilkan pada fase lepas landas (take-off) dibanding saat terbang. Ini karena pesawat membutuhkan energi yang lebih banyak saat fase itu.
Faktor lain yang memengaruhi emisi karbon adalah kapasitas angkut kendaraan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pesawat jarak jauh kelas ekonomi lebih ramah lingkungan dibanding kelas bisnis dan first class.
Pesawat jarak jauh kelas ekonomi justru lebih ramah lingkungan, bahkan dibandingkan penerbangan domestik dan mobil besar serta medium. Pesawat jarak jauh kelas ekonomi hanya menyumbang 150 gram karbon dioksida per penumpang per kilometer, seperempat dari jejak karbon pesawat jarak jauh first class. Namun penerbangan jarak dekat kelas ekonomi
Dalam laporan kementerian itu, pesawat domestik memiliki rata-rata jarak penerbangan 411 kilometer. Sedangkan rata-rata jarak penerbangan pesawat jarak sedang adalah 1.306 kilometer, dan pesawat jarak jauh 6.872 kilometer. Dalam konteks Indonesia, jarak tersebut hampir sama dengan jarak Jakarta-Yogyakarta.
Sementara itu, Trend Asia, sebuah organisasi masyarakat sipil independen di bidang transformasi energi dan pembangunan berkelanjutan, juga turut menyoroti imbas perjalanan Kaesang dan Erina terhadap lingkungan. berdasarkan isebut bahwa penerbangan tersebut menghasilkan emisi karbon 5.220 kg CO2 per orang yang 5 kali lebih buruk dari penerbangan komersial.
“Daripada menghabiskan Rp169 juta untuk 2 kursi di First Class, mereka menghabiskan Rp 8,6 miliar untuk terbang dengan pesawat pribadi. Dengan 16 kursi, jet Gulf menghasilkan 5.220 kg CO2 per orang—5x lebih buruk daripada penerbangan komersial (1.110 kg). Bagaimana jika mereka membiarkan beberapa kursi kosong? Emisi akan semakin tinggi!” tulis Trend Asia di akun X-nya
Peneliti Trend Asia Zakki Amali menyebutkan total emisi CO2 perjalanan pesawat ini 83.525 Kg yang setara dengan 64.250 kilogram sampah. “Sampah ini bila ditumpuk di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta setinggi 10 sentimeter maka akan memenuhi 60 persen atau lebih dari setengah luas stadion,” kata Zakki dikutip dari laman resmi Trend Asia.
Menurut Zakki, perjalanan Kaesang dan Erina terpantau dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Philadelphia dalam rentang penerbangan 18-21 Agustus 2024. “Kalau emisi per penumpang itu angkanya total emisi dibagi 16 penumpang sesuai kapasitas kursi Gulfstream 650, total jarak 16.276 kilometer,” kata Zakki.
HATTA MUARABAGJA | FAISAL JAVIER | DIVA SUUKYI LARASATI
Pilihan editor: Hindari 18 Miliar Ton Emisi CO2, PLN Batalkan 133 Gigawatt Pembangkit Listrik Tenaga Uap