Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Tidur Lebih Banyak Akhir Pekan Bisa Kurangi Risiko Penyakit Jantung

Reporter

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Ilustrasi wanita menggunakan penutup mata saat tidur. Foto: Freepik.com/senivpetro
Ilustrasi wanita menggunakan penutup mata saat tidur. Foto: Freepik.com/senivpetro
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kesibukan sehari-hari kita, baik di sekolah atau tempat kerja, sering kali dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur. Sebagai kompensasinya, kadang-kadang kita membalasnya dengan tidur lebih banyak di akhir pekan.

Ternyata ini bukan kebiasaan yang buruk. Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa tidur siang yang cukup di akhir pekan dapat dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung sebesar 20%.

"Kompensasi tidur yang cukup dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah," kata Yanjun Song, salah satu penulis studi dari Laboratorium Utama Negara Bagian Penyakit Menular di Rumah Sakit Fuwai di Cina.

"Hubungan tersebut menjadi lebih jelas di antara individu yang secara teratur mengalami kurang tidur pada hari kerja," kata Yanjun seperti dilansir Earth.com.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mereka yang kurang tidur pada hari kerja cenderung "tidur lebih lama" pada hari libur mereka untuk menebusnya. Namun dampak kompensasi tidur pada kesehatan jantung belum diteliti secara luas.

Para peneliti ini menganalisis data dari 90.903 subjek yang terlibat dalam proyek UK Biobank. Tujuannya? Untuk menguraikan hubungan antara tidur akhir pekan sebagai kompensasi dan penyakit jantung.

Data tidur dicatat dengan cermat menggunakan akselerometer dan dikelompokkan dengan rapi ke dalam kuartil (dari tidur yang paling terkompensasi hingga paling sedikit).

Q1 memiliki tidur yang paling sedikit terkompensasi, berkisar antara -16,05 jam hingga -0,26 jam. Q2 berkisar antara -0,26 hingga +0,45 jam. Q3 berada pada +0,45 hingga +1,28 jam, dan Q4 memiliki waktu tidur paling kompensasi, dari 1,28 hingga 16,06 jam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekitar 21,8% peserta melaporkan diri mereka kurang tidur, yang berarti kurang dari 7 jam yang direkomendasikan per malam. Sisanya memiliki jam tidur yang tidak memadai secara sporadis, tetapi rata-rata tidur harian mereka tidak memenuhi kriteria untuk kurang tidur.

Peneliti menggunakan catatan rawat inap dan informasi registri penyebab kematian digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi jantung, termasuk penyakit jantung iskemik (IHD), gagal jantung (HF), fibrilasi atrium (AF), dan stroke.

Berdasarkan tindak lanjut selama hampir 14 tahun, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa individu dengan waktu tidur akhir pekan paling kompensasi (kuartil 4) memiliki kemungkinan 19% lebih kecil untuk mengembangkan penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang paling sedikit (kuartil 1).

Di antara mereka yang kurang tidur setiap hari, mereka yang paling banyak tidur (akhir pekan) memiliki risiko 20% lebih rendah terkena penyakit jantung dibandingkan mereka yang paling sedikit tidurnya. Menariknya, penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan gender dalam kaitan ini.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa untuk sebagian besar populasi di masyarakat modern yang menderita kurang tidur, mereka yang paling banyak tidur di akhir pekan memiliki tingkat penyakit jantung yang jauh lebih rendah daripada mereka yang paling sedikit tidurnya," kata Zechen Liu, salah satu peneliti lainnya dalam studi ini.

Pilihan Editor: Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dokter Ingatkan 2 Masalah yang Tak Boleh Diabaikan saat Tidur

16 jam lalu

Mendengkur
Dokter Ingatkan 2 Masalah yang Tak Boleh Diabaikan saat Tidur

Dokter menyebut sleep apnea obstruktif sebagai penyebab terbesar buruknya kualitas tidur. Jadi, jangan abaikan dua masalah ini saat tidur.


Studi Universitas Kyushu Ungkap Pengurangan 32 Persen Limbah Plastik akan Dirasakan pada 2050

19 jam lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Studi Universitas Kyushu Ungkap Pengurangan 32 Persen Limbah Plastik akan Dirasakan pada 2050

Studi oleh peneliti dari Universitas Kyushu mengungkapkan soal pengurangan limbah plastik hingga 32 persen akan dirasakan pada 2050.


Trik Batasi Asupan Garam agar Terhindar dari Hipertensi

2 hari lalu

Ilustrasi menaburkan garam. shutterstock.com
Trik Batasi Asupan Garam agar Terhindar dari Hipertensi

Asupan garam yang berlebihan merupakan salah satu pemicu utama hipertensi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.


7 Cara Mengatasi Rasa Mengantuk yang Tidak Tertahankan

3 hari lalu

Ilustrasi wanita mengantuk. Freepik.com
7 Cara Mengatasi Rasa Mengantuk yang Tidak Tertahankan

Berikut ini berbagai kiat mengatasi rasa kantuk berlebihan saat di sekolah maupun tempat kerja. Bisa konsumsi kafein dan camilan.


Diduga Dialami Marissa Haque, Berikut Penjelasan tentang SDS

3 hari lalu

Marissa juga tekun melanjutkan pendidikannya. Ia adalah peraih gelar Doktor Pengelolaan Lingkungan dari IPB. Marissa juga menempuh sejumlah pendidikan magister. Di antaranya program magister Kajian Timur Tengah dan Islam Konsentrasi Keuangan Syariah di Universitas Indonesia, S2 di bidang Ekonomika dan Bisnis UGM, S2 di konsentrasi Hukum Bisnis UGM, dan S2 di bidang Linguistik Terapan Bahasa Inggris Unika Universitas Katolik Atmajaya. Adapun Marissa adalah lulusan sarjana Hukum Perdata dari Universitas Trisakti Jakarta. Instagram/marissahaque
Diduga Dialami Marissa Haque, Berikut Penjelasan tentang SDS

Apa itu sindrom kematian mendadak (SDS) seperti yang diduga dialami Marissa Haque dan penyebabnya? Simak penjelasan berikut.


Aktris Korea Selatan Park Ji Ah Meninggal Karena Stroke Iskemik, Apakah Itu?

4 hari lalu

Park Ji Ah. Dok. Billions
Aktris Korea Selatan Park Ji Ah Meninggal Karena Stroke Iskemik, Apakah Itu?

Aktris Korea Selatan, Park Ji Ah, meninggal pada usia 52 tahun akibat infark serebral atau yang lebih dikenal sebagai stroke iskemik.


Perlunya Rehabilitasi Kardiovaskular pada Penderita Penyakit Jantung

6 hari lalu

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Perlunya Rehabilitasi Kardiovaskular pada Penderita Penyakit Jantung

Rehabilitasi kardiovaskular bertujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, mengurangi faktor risiko penyakit jantung, hingga mencegah masalah kesehatan.


Usia Ideal Anak untuk Operasi Penyakit Jantung Bawaan Menurut Pakar

8 hari lalu

Anastasia Solodkova, perawat anestesi melakukan operasi pada bayi yang baru 20 hari dengan penyakit jantung bawaan di Federal Pusat Bedah Kardiovaskular di Siberia Krasnoyarsk, Rusia, 28 September 2016. REUTERS/Ilya Naymushin
Usia Ideal Anak untuk Operasi Penyakit Jantung Bawaan Menurut Pakar

Spesialis bedah toraks kardiovaskular menjelaskan usia ideal anak menjalani operasi apabila didiagnosa penyakit jantung bawaan.


Dokter Sarankan Penderita Penyakit Jantung Pilih Olahraga Santai dan Alasannya

8 hari lalu

Ilustrasi wanita jalan kaki. Freepik.com/Yanalya
Dokter Sarankan Penderita Penyakit Jantung Pilih Olahraga Santai dan Alasannya

Penderita penyakit jantung disarankan memilih olahraga santai macam jalan kaki dan bersepeda karena bisa mengatur energi dan tenaga yang dikeluarkan.


Studi: Konsumsi Kafein Dapat Menurunkan Risiko Demensia

8 hari lalu

Ilustrasi wanita minum kopi atau teh hangat. Freepik.com/Tirachardz
Studi: Konsumsi Kafein Dapat Menurunkan Risiko Demensia