TEMPO.CO, Jakarta - Kesibukan sehari-hari kita, baik di sekolah atau tempat kerja, sering kali dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur. Sebagai kompensasinya, kadang-kadang kita membalasnya dengan tidur lebih banyak di akhir pekan.
Ternyata ini bukan kebiasaan yang buruk. Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa tidur siang yang cukup di akhir pekan dapat dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung sebesar 20%.
"Kompensasi tidur yang cukup dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah," kata Yanjun Song, salah satu penulis studi dari Laboratorium Utama Negara Bagian Penyakit Menular di Rumah Sakit Fuwai di Cina.
"Hubungan tersebut menjadi lebih jelas di antara individu yang secara teratur mengalami kurang tidur pada hari kerja," kata Yanjun seperti dilansir Earth.com.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa mereka yang kurang tidur pada hari kerja cenderung "tidur lebih lama" pada hari libur mereka untuk menebusnya. Namun dampak kompensasi tidur pada kesehatan jantung belum diteliti secara luas.
Para peneliti ini menganalisis data dari 90.903 subjek yang terlibat dalam proyek UK Biobank. Tujuannya? Untuk menguraikan hubungan antara tidur akhir pekan sebagai kompensasi dan penyakit jantung.
Data tidur dicatat dengan cermat menggunakan akselerometer dan dikelompokkan dengan rapi ke dalam kuartil (dari tidur yang paling terkompensasi hingga paling sedikit).
Q1 memiliki tidur yang paling sedikit terkompensasi, berkisar antara -16,05 jam hingga -0,26 jam. Q2 berkisar antara -0,26 hingga +0,45 jam. Q3 berada pada +0,45 hingga +1,28 jam, dan Q4 memiliki waktu tidur paling kompensasi, dari 1,28 hingga 16,06 jam.
Sekitar 21,8% peserta melaporkan diri mereka kurang tidur, yang berarti kurang dari 7 jam yang direkomendasikan per malam. Sisanya memiliki jam tidur yang tidak memadai secara sporadis, tetapi rata-rata tidur harian mereka tidak memenuhi kriteria untuk kurang tidur.
Peneliti menggunakan catatan rawat inap dan informasi registri penyebab kematian digunakan untuk mendiagnosis berbagai kondisi jantung, termasuk penyakit jantung iskemik (IHD), gagal jantung (HF), fibrilasi atrium (AF), dan stroke.
Berdasarkan tindak lanjut selama hampir 14 tahun, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa individu dengan waktu tidur akhir pekan paling kompensasi (kuartil 4) memiliki kemungkinan 19% lebih kecil untuk mengembangkan penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang paling sedikit (kuartil 1).
Di antara mereka yang kurang tidur setiap hari, mereka yang paling banyak tidur (akhir pekan) memiliki risiko 20% lebih rendah terkena penyakit jantung dibandingkan mereka yang paling sedikit tidurnya. Menariknya, penelitian tersebut tidak menemukan perbedaan gender dalam kaitan ini.
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa untuk sebagian besar populasi di masyarakat modern yang menderita kurang tidur, mereka yang paling banyak tidur di akhir pekan memiliki tingkat penyakit jantung yang jauh lebih rendah daripada mereka yang paling sedikit tidurnya," kata Zechen Liu, salah satu peneliti lainnya dalam studi ini.
Pilihan Editor: Baru 5 Persen Spesies Anggrek Indonesia yang Diketahui Status Konservasinya