Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Warga Pinggir Hutan Gunung Salak Resah, Jumlah Ternak Diserang Hewan Buas Meningkat

Reporter

image-gnews
Seekor macan tutul tertangkap kamera sedang berjalan di antara rimbunnya hutan di Taman Nasional Halimun-Salak. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil. CIFOR
Seekor macan tutul tertangkap kamera sedang berjalan di antara rimbunnya hutan di Taman Nasional Halimun-Salak. Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil. CIFOR
Iklan

TEMPO.CO, Sukabumi - Warga Desa Gandasoli, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengadukan puluhan hewan ternaknya mati dan hilang dalam sebulan terakhir. Mereka menduga hewan ternak kambing dan domba tersebut menjadi korban serangan hewan buas dari Gunung Salak.

"Sudah banyak warga yang mengadu ke Pemdes Gandasoli," kata Kepala Desa Gandasoli, Ece Kurniawan, di Sukabumi, Senin 9 September 2024.

Menurut Ece, jumlah hewan ternak yang diduga menjadi korban serangan hewan buas itu lebih dari 20 ekor. Mereka tersebar di Kampung Cikubang, Cikedok, Cibereum. Ketiganya merupakan daerah terdekat dengan hutan Gunung Salak. 

"Kasus seperti ini setiap tahun selalu ada, tetapi pada tahun ini jumlah hewan ternak yang diserang harimau paling banyak," kata Ece menambahkan. Dia menyebut jenis dugaan hewan buas itu harimau, bukan macan tutul, yang selama ini dikenal telah punah di habitatnya di Jawa.

Ece mengaku telah berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Halimun dan Salak (TNGHS) untuk menindaklanjuti pengaduan-pengaduan yang datang. Dia juga mengungkap informasi yang diterimanya kalau ada peneliti yang datang untuk mencari tahu jenis hewan buas yang diduga menyerang ternak warganya. 

Engkar, warga Kampung Cikedok, mengaku bahwa lima ekor kambingnya menjadi korban pada Senin dinihari. Sebagian ditemukan dalam kondisi sekarat, lainnya telah mati dan satu hilang. Engkar menyatakan belum mengetahui pasti jenis hewan buas yang menyerang ternak miliknya, tapi peristiwa itu adalah yang kedua kali baginya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu hewan ternak milik warga Kampung Cikedok, Desa Gandasoli, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang menjadi korban serangan hewan buas pada Senin 9 September 2024. ANTARA/Aditya Rohman

"Sebelumnya pernah hilang satu ekor," katanya sambil menambahkan, "Kami butuh bantuan dari instansi terkait agar kejadian seperti ini tidak kembali terjadi. Apalagi, mata pencarian kami bertumpu pada ternak."

Selain khawatir atas hewan ternaknya, Engkar juga cemas keselamatan anggota keluarganya jika benar hewan buas seperti harimau berada di balik serangan-serangan selama ini. "Kepada petugas keamanan untuk segera melakukan sesuatu jangan sampai ada warga yang menjadi korban," katanya.

Seperti diketahui, macan tutul bersama owa jawa dan juga elang jawa telah dikenal sebagai satwa kunci di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Khusus macan tutul, populasinya diperkirakan 200-400 di taman nasional itu dan lokasi lain di Pulau Jawa.

Pilihan Editor: Tekan Kasus Kematian Karena Kanker, Bio Farma Luncurkan Fasilitas Produksi Radiofarmaka

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BMKG: Gempa Bermagnitudo 4,1 Guncang Sukabumi dan Sekitarnya, Akibat Aktivitas Sesar Dasar Laut

1 hari lalu

Ilustrasi BMKG dan gempa bumi. Shutterstock
BMKG: Gempa Bermagnitudo 4,1 Guncang Sukabumi dan Sekitarnya, Akibat Aktivitas Sesar Dasar Laut

Menurut BMKG, gempa tektonik bermagnitudo 4,1 mengguncang Sukabumi, Jawa Barat, dan sekitarnya, Senin 16 September 2024, pukul 07.01 WIB.


Sindikat TPPO di Myanmar Minta Tebusan Rp 550 Juta ke Keluarga Korban di Sukabumi

1 hari lalu

Ilustrasi TPPO. Shutterstock
Sindikat TPPO di Myanmar Minta Tebusan Rp 550 Juta ke Keluarga Korban di Sukabumi

Sejumlah warga Kabupaten Sukabumi menjadi korban TPPO dan disekap di Myanmar. Mereka dijanjikan bekerja di bisnis kripto di Thailand.


Gara-gara Sepeda Motor, Anggota 2 Ormas di Sukabumi Jadi Tersangka Penganiayaan dan Perusakan

1 hari lalu

Ilustrasi penganiayaan
Gara-gara Sepeda Motor, Anggota 2 Ormas di Sukabumi Jadi Tersangka Penganiayaan dan Perusakan

Seorang warga Sukabumi mengadu ke ormas gara-gara sepeda motornya dirampas debt collector di jalan. Menyulut serangan ke anggota ormas lain.


Polres Sukabumi Bongkar Modus Penipuan Penggandaan Uang

1 hari lalu

Kapolres Sukabumi Kota AKBP Rita Suwadi bersama jajaran Satreskrim Polres Sukabumi Kota saat memperlihatkan uang mainan pecahan Rp100 ribu yang disita dari pelaku penipuan dengan modus penggandaan uang yang ditangkap di Kabupaten Cianjur, Jabar pada Minggu (15/9/2024). ANTARA/Aditya Rohman
Polres Sukabumi Bongkar Modus Penipuan Penggandaan Uang

Korban penipuan diiming-imingi keuntungan sepuluh kali lipat setelah menjalankan ritual khusus.


Gempa M5,1 dari Laut Kidul Jawa Barat Guncang Sukabumi Sampai Bandung

1 hari lalu

Ilustrasi gempa bumi
Gempa M5,1 dari Laut Kidul Jawa Barat Guncang Sukabumi Sampai Bandung

Gempa tektonik bermagnitudo 5,1 mengguncang wilayah Sukabumi hingga Bandung. BMKG mencatat terjadi pada Ahad sore, 15 September 2024 pukul 16.54 WIB.


Kejati Bali Ajukan Penangguhan Penahanan Warga yang Pelihara Landak Jawa

7 hari lalu

I Nyoman Sukena, 38 tahun, menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Denpasar, Bali. Ia menjadi terdakwa karena memelihara empat ekor landak jawa (Hysterix Javanica) yang masuk dalam kategori hewan dilindungi. Foto: ANTARA/Rolandus Nampu
Kejati Bali Ajukan Penangguhan Penahanan Warga yang Pelihara Landak Jawa

I Nyoman Sukena menjadi terdakwa karena memelihara 4 ekor landak jawa yang termasuk satwa dilindungi


Gempa Bermagnitudo 4,8 Guncang Sebagian Sukabumi Sabtu Dini Hari

10 hari lalu

BMKG mencatat gempa bermagnitudo 4,8 di Sukabumi, Jawa Barat, pada Sabtu dinihari, 7 September 2024 (Dok. BMKG)
Gempa Bermagnitudo 4,8 Guncang Sebagian Sukabumi Sabtu Dini Hari

Gempa bermagnitudo 4,8 dirasakan sebagian warga Sukabumi pada Sabtu dini hari, 7 September 2024 pukul 02.02 WIB.


BKSDA Selidiki Kasus Penjualan Satwa Koleksi Lembaga Konservasi di Madiun

11 hari lalu

Gerenuk adalah sejenis antelop yang ditemukan di Tanduk Afrika dan kawasan Danau Besar di Afrika Timur. Gerenuk memiliki leher, kaki, dan badan yang ramping. TInggi gerenuk bisa mencapai 80-105 dan berat 28-52 kilogram. Gerenuk jantan memiliki tanduk yang melengkung dengan panjang 25-44 sentimeter. dailymail.co.uk
BKSDA Selidiki Kasus Penjualan Satwa Koleksi Lembaga Konservasi di Madiun

Dalam investigasinya, BKSDA menemukan ada enam satwa di lembaga konservasi di Madiun yang diduga dijual.


Berdalih Demi Solidaritas, Dua Pelajar di Sukabumi Aniaya Siswa Sekolah Lain Hingga Tewas

16 hari lalu

Ilustrasi penganiayaan
Berdalih Demi Solidaritas, Dua Pelajar di Sukabumi Aniaya Siswa Sekolah Lain Hingga Tewas

Polres Sukabumi mengungkap motif penganiayaan yang dilakukan dua pelajar salah satu Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Cicurug


Bea Cukai Soekarno-Hatta dan BKSDA Gagalkan Penyelundupan Primata Langka Sumatera ke Dubai

17 hari lalu

Petugas menunjukkan barang bukti satwa primata saat rilis penegahan penyelundupan satwa langka primata di Kantor Bea Cukai Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat, 30 Agustus 2024. Bea Cukai berhasil menggagalkan penyelundupan satwa langka berupa tiga ekor hewan primata satu ekor jenis Owa Siamang (Symphalangus syndactylus) dan dua ekor Owa Ungko (Hylobates agilis) yang akan diselundupkan ke Dubai oleh warga negara Mesir. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Bea Cukai Soekarno-Hatta dan BKSDA Gagalkan Penyelundupan Primata Langka Sumatera ke Dubai

Bea Cukai Soekarno-Hatta , BKSDA Jakarta dan Balai Karantina menggagalkan upaya penyelundupan primata langka ke Dubai.