Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

image-gnews
Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Wisatawan berkeliling di area teras bawah di situs megalitik Gunung Padang, Desa Karyamukti, Cianjur, 17 September 2014. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, diduga pernah digunakan untuk pengamatan langit. Menurut profesor riset astronomi dan astrofisika dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin fungsi situs itu untuk penghitungan waktu ritual serta bercocok tanam.

“Masyarakat tradisional yang belum mengenal kalender akan memanfaatkan kondisi langit sebagai petunjuk seperti masuknya musim hujan atau awal kemarau,” katanya, Senin 16 September 2024.

Sistem pertanian tradisional, menurutnya, tidak menggunakan pengairan, melainkan mengandalkan hujan, kecuali jika lahan tanamnya berada dekat sungai sehingga perlu pengetahuan untuk mengetahui kapan waktu hujan. “Sehingga mereka menyiapkan tanahnya, menanam benih, itu tergantung dari informasi kapan akan musim hujan,” ujar dia. 

Informasi musim hujan itu bisa diperoleh dari tanda-tanda di langit, misalnya matahari dan posisi rasi bintang tertentu yang umumnyanya dipakai, seperti Orion. Lokasi pengamatan langit di Gunung Padang itu, menurut Thomas, diperkirakan di bagian teratas atau teras kelima. Di sana ada sebuah tempat yang terdapat bekas semacam kursi dari batu untuk mengamati benda-benda langit. 

Namun begitu, sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang. Dia membandingkan contoh temuan artefak itu pada bangunan lain, seperti jejak pengetahuan astonomi pada rancangan dan relief Candi Borobodur, juga situs megalitikum Stonehenge di Inggris. “Hipotesa pengamatan astronomi di Gunung Padang berdasarkan praktik umum masyarakat tradisional,” ujar Thomas. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara itu, dari keterangan arkeolog Lutfi Yondri beberapa waktu lalu, situs megalitikum Gunung Padang merupakan bangunan peninggalan prasejarah yang memiliki lima teras atau tingkat atau undakan dengan bagian terbawah berumur budaya lebih tua daripada puncaknya. “Masing-masing teras itu berbeda masa budaya dan kronologinya,” kata dia.

Umur teras pertama berdasarkan hasil penelitian diketahui sekitar 117 tahun Sebelum Masehi, kemudian 45 tahun Sebelum Masehi pada teras kelima. Angka pertanggalan itu, menurut Lutfi, merupakan bagian dari era paleometalik. Pada era tersebut masyarakatnya sudah menggunakan api untuk menunjang kehidupan sehari-hari. 

Masa situs Gunung Padang merupakan perkembangan dari era Neolitik, yaitu ketika manusia sudah berubah pola kehidupan yang tadinya hidup di gua kemudian membentuk perkampungan di alam terbuka. “Masyarakatnya saat itu jumlahnya tidak banyak dalam satu pemukiman, diperkirakan antara 75-100 orang,” kata Lutfi. Walau begitu, sejauh ini belum ada temuan bukti atau artefak pemukiman dan jejak manusianya di sekitar Gunung Padang.

Pilihan Editor: Info Terkini Gempa M4,2 di Laut Guncang Banten dan Jawa Barat

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

5 jam lalu

Sepasang warga duduk di tebing Sungai Missouri River memandangi bulan purnama
Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.


BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

19 jam lalu

BRIN Varietas Cabai Tahan Kekeringan. (BRIN)
BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.


Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

1 hari lalu

Ketua Dewan Adat Papua Dominikus Surabut (kanan) dan Manfun Apolos Sroyer (kiri) saat memberikan keterangan kepada wartawan. ANTARA/HO-Dok Dewan Adat Papua
Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

1 hari lalu

Ketua Dewan Adat Papua Dominikus Surabut (kanan) dan Manfun Apolos Sroyer (kiri) saat memberikan keterangan kepada wartawan. ANTARA/HO-Dok Dewan Adat Papua
Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.


Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

2 hari lalu

Presiden ke-5, Megawati Soekarnoputri, saat memberi kuliah umum di Hari Ulang Tahun ke-300 Universitas Saint Petersburg, Rusia, pada Senin, 16 September 2024. Megawati menyampaikan kuliah bertema Tantangan Geopolitik dan Pancasila sebagai Jalan Tata Dunia Baru kepada mahasiswa di universitas tersebut. Foto: Humas PDIP
Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.


Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

2 hari lalu

Penampakan supermoon yang dikenal sebagai bulan biru dan
Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.


Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

4 hari lalu

Candi Borobudur. Foto: Canva
Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024


BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

5 hari lalu

Peternakan hewan di sekitar Sungai Citarum. Dok. Humas BRIN
BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.


Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

6 hari lalu

Ilustrasi hujan. Pexels/Bclarkphoto
Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.


BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

6 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.