Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Citra Satelit NASA Tampilkan Fenomena Gurun Sahara Menjadi Hijau, Apa Penyebabnya?

image-gnews
Ilustrasi mengendarai unta di Gurun Sahara (Pixabay)
Ilustrasi mengendarai unta di Gurun Sahara (Pixabay)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gurun Sahara, salah satu wilayah terkering di bumi berubah menjadi hijau, karena masuknya hujan lebat menyebabkan tumbuhnya tumbuhan di lanskap yang biasanya tandus.

Dilansir dari abcnews.go.com, citra satelit yang dirilis oleh National Aeronautics and Space Administration atau NASA memperlihatkan area-area tumbuhan mulai muncul di Gurun Sahara setelah siklon ekstratropis membawa hujan lebat ke sebagian besar wilayah Afrika barat laut pada 7 dan 8 September.

Menurut NASA Earth Observatory, kawasan tanpa pepohonan di Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya, yang biasanya jarang menerima hujan, kini menunjukkan tanda-tanda tumbuhnya vegetasi hijau.

Setiap tahun, antara Juli dan September, curah hujan di wilayah utara khatulistiwa Afrika meningkat akibat musim hujan. Badai seperti ini terjadi ketika udara tropis dari sekitar khatulistiwa bertemu dengan udara panas dan kering dari wilayah utara. Perbatasan ini disebut Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ). ITCZ bergerak ke utara khatulistiwa selama musim panas di belahan bumi utara dan ke selatan selama musim panas di belahan bumi selatan.

Perubahan iklim tidak hanya memengaruhi ITCZ, tetapi ITCZ juga berperan dalam memengaruhi iklim. Penghijauan Sahara yang terjadi baru-baru ini mungkin juga berkaitan dengan musim badai Atlantik yang lebih tenang dari biasanya.

Penyebab Gunung Sahara Menghijau

Dilansir dari cnn.com, fenomena ini ditandai dengan peningkatan cuaca badai yang terjadi ketika udara tropis lembap dari sekitar khatulistiwa bertemu dengan udara panas dan kering dari bagian utara benua.

Zona utama dari cuaca badai ini, yang disebut Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ), bergerak ke utara khatulistiwa selama bulan-bulan musim panas di belahan bumi utara dan sebagian besar bergerak ke selatan selama musim panas di belahan bumi selatan.

Namun, sejak pertengahan Juli, zona ini telah bergeser lebih jauh ke utara dari biasanya, memicu badai di Sahara bagian selatan, termasuk wilayah seperti Niger, Chad, Sudan, bahkan hingga Libya utara, menurut data dari NOAA's Climate Prediction Center.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akibatnya, beberapa bagian Gurun Sahara telah menerima curah hujan dua hingga enam kali lebih banyak dari biasanya. Menurut Karsten Haustein, peneliti iklim dari Universitas Leipzig, ada dua penyebab yang mungkin untuk pergeseran ke utara ini.

"Perubahan dari El Nino ke La Nina telah mempengaruhi seberapa jauh ITCZ bergerak ke utara musim panas ini," kata Haustein. El Nino, pola iklim yang ditandai dengan suhu laut yang lebih hangat di Pasifik khatulistiwa, biasanya menyebabkan kondisi lebih kering di Afrika Barat dan Tengah. Sebaliknya, La Niña yang baru muncul dapat menyebabkan efek yang berlawanan.

"Zona Konvergensi Intertropis, yang menyebabkan penghijauan Afrika, bergerak lebih jauh ke utara seiring dengan pemanasan global," kata Haustein. "Setidaknya itulah yang ditunjukkan oleh sebagian besar model."

Dilansir dari theweek.com, peningkatan terbesar dalam kehijauan tahun ini terlihat di bagian selatan Chad, selatan Sudan, dan Eritrea, sementara sebagian Mali, Nigeria, Chad, Sudan, dan Eritrea mengalami curah hujan yang paling signifikan.

"Yang menarik juga adalah danau-danau yang biasanya kering di Sahara kini terisi air akibat fenomena ini," kata Moshe Armon, dosen senior di Institute of Earth Sciences dan Hebrew University of Jerusalem, dalam rilis Earth Observatory.

SUKMA KANTHI NURANI I  THE WEEK I CNN I ABC NEWS

Pilihan Editor: 5 Fakta tentang Gurun Sahara

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


WMO Cemaskan Sebagian Bumi yang Banjir Bandang, Sebagian Lain Kekeringan

15 jam lalu

Rumah apung di dekat gundukan pasir yang terdampar akibat kekeringan di Sungai Solimoes, salah satu anak sungai terbesar Sungai Amazon, Brasil 30 September 2024. Kekeringan terjadi paling parah dan meluas dialami Brasil sejak terakhir terjadi tahun 1950.  REUTERS/Bruno Kelly
WMO Cemaskan Sebagian Bumi yang Banjir Bandang, Sebagian Lain Kekeringan

Keseimbangan yang ironis antara banjir dan kekeringan telah menjerumuskan banyak negara ke dalam krisis air yang semakin parah.


Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

1 hari lalu

Pemulung mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan di pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu, 13 Oktober 2024. Tumpukan sampah laut dan material dari hulu memenuhi objek wisata pantai itu pasca intensitas hujan tinggi tiga hari terakhir sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyulitkan perahu nelayan mendarat.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

Perubahan iklim dan pencemaran lingkungan meningkatkan kadar racun pada logam di laut. Terdistribusi juga melalui sampah plastik.


NASA Luncurkan Pesawat Antariksa untuk Jelajahi Bulan Europa

1 hari lalu

Roket NASA, Sistem Peluncuran Antariksa Artemis 1, duduk di Landas Luncur 39B Kennedy Space Center, Florida, Amerika Serikat, Senin 4 April 2022. Foto : NASA
NASA Luncurkan Pesawat Antariksa untuk Jelajahi Bulan Europa

NASA mengirim pesawat antariksa dalam misi menyelidiki bulan Jupiter, Europa, yang dianggap memiliki potensi untuk mendukung kehidupan.


Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Tiga Negara Termasuk Palestina, Totalnya Capai Rp 45 Miliar

2 hari lalu

Menlu Retno Marsudi (kanan) bersama Menko PMK Muhadjir Effendi (kiri) dan Ketua Baznas Noor Achmad saat meninjau paket bantuan yang akan dikirimkan ke tiga negara timur tengah yakni Yaman, Palestina dan Sudan di Base Ops Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Senin 14 Oktober 2024.Pemerintah memberikan bantuan berbagai jenis barang kebutuhan seberat 179,1 ton atau senilai 3 juta dolar AS untuk Yaman, Sudan, dan Palestina yang dilanda bencana kemanusiaan dan konflik perang serta bencana alam. TEMPO/Ilham Balindra
Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Tiga Negara Termasuk Palestina, Totalnya Capai Rp 45 Miliar

Adapun anggaran bantuan kemanusiaan untuk Yaman, Sudan, dan Palestina, dialokasikan dari Dana Siap Pakai milik BNPB.


WHO Izinkan Penggunaan Vaksin Cacar Monyet Bavarian Nordic pada Remaja

2 hari lalu

Seorang pejabat kesehatan Kongo memberikan vaksinasi mpox kepada staf medis, sebuah langkah penting dalam upaya untuk menahan wabah cacar monyet yang telah menyebar dari episentrumnya, di sebuah rumah sakit di Goma, provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo, 5 Oktober 2024. REUTERS/Stringer
WHO Izinkan Penggunaan Vaksin Cacar Monyet Bavarian Nordic pada Remaja

Usia 12-17 tahun dipertimbangkan sebagai kelompok rentan terpapar penyakit cacar monyet yang memicu kekhawatiran dunia


Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

2 hari lalu

Citra satelit menunjukkan Badai Milton semakin kuat sebelum diperkirakan melanda Florida, di Teluk Meksiko pada 7 Oktober 2024. (CIRA/NOAA/Handout via REUTERS)
Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

Badai yang mendapat kekuatan secepat Hurikan Milton berarti mempersempit waktu masyarakat untuk bersiap menyelamatkan diri.


Sukses Tangkap Kembali Roket Starship, SpaceX Torehkan Sejarah Baru

3 hari lalu

Cuplikan video SpaceX yang sukses tangkap kembali roketnya dalam uji terbang ke-5 Starship. YouTube
Sukses Tangkap Kembali Roket Starship, SpaceX Torehkan Sejarah Baru

Roket Starship SpaceX sukses bermanuver kembali ke menara peluncurannya dibantu lengan capit.


Kekuatan Badai Milton yang Hantam Amerika

3 hari lalu

Ekspresi Marie Cook saat melihat rumahnya yang rusak setelah tornado akibat Badai Milton menghantam  di The Preserve dan Binks Estate di Wellington, Florida, AS, 9 Oktober 2024. Badai Milton menerjang Samudra Atlantik yang merusak di Florida dan menimbulkan tornado yang menewaskan sedikitnya 10 orang. Bill Ingram/Palm Beach Post/USA Today Network melalui REUTERS
Kekuatan Badai Milton yang Hantam Amerika

Amerika diterjang badai Milton, berdampak pada hampir 2 juta orang. Jadi badai tropis terparah yang pernah menghantam Florida.


Selain di Lebanon, Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia Bertugas di Negara Mana Saja?

4 hari lalu

Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) John David Nalasakti Sondakh  (kanan) memberikan apresiasi kepada prajuritnya yang tergabung dalam Satuan Tugas Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda XXVIII-N/UNIFIL usai mengikuti upacara penyambutan di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa 6 Februari 2024. Sebanyak 119 prajurit satgas yang dipimpin Letkol Laut (P) John David Nalasakti Sondakh tersebut disambut langsung oleh Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali usai melaksanakan tugas misi perdamaian dunia sekitar 12 bulan. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Selain di Lebanon, Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia Bertugas di Negara Mana Saja?

Sejak dulu Indonesia memang rutin mengirim pasukan perdamaian PBB. Di negara konflik mana saja pasukan tersebut pernah ditugaskan?


Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

7 hari lalu

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo (kedua kanan) dalam Regional Dialogue on Ocean-Based Climate Action (OBCA) di Jakarta, pada Rabu 9 Oktober 2024. Dok. KKP
Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mewakili Indonesia dalam pertemuan dengan negara-negara Asia Pasifik mendiskusikan langkah-langkah kolaboratif di tingkat regional guna mempersiapkan tantangan perubahan iklim dengan menhadirkan solusi inovatif lewat pendekatan berbasis laut pada Regional Dialogue on Ocean-Based Climate Action atau OBCA, yang digelar di Bangkok, pada Kamis, 19 September 2024.