TEMPO.CO, Jakarta - Panggung musik di Taman Breksi, Prambanan, Sleman, begitu gemerlap. Mulai dari pertunjukan lampu (lighting) hingga tata suara (sound system) total menggunakan energi 60.000 watt.
Pergelaran musik Get The Fest selama tiga malam, 25 - 27 Oktober 2024 itu menggunakan energi murni dari sampah plastik 2,5 ton. Sampah plastik itu didapat dari warga sekitar, lalu diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM).
Agustinus Gusti Nugroho, penyanyi dan musikus dengan nama beken Nugie, mengatakan, mungkini pertama kali konser musik dengan energi yang dihasilkan dari sampah plastik.
“Mulai dari lampu, sound, video dan lain-lain dihasilkan dari hal yang dianggap sepele (sampah plastik) dan tidak bisa digunakan, bisa jadi solar, bensin, karosene (minyak tanah), gas dan lain-lain,” kata Nugie saat pembukaan Get The Fest di Breksi, Jumat malam, 25 Oktober 2024.
Konser musik dengan banyak penyanyi dan musisi ini mengkampanyekan pengurangan sampah plastik dan pengolahan sampah plastik jadi energi. Jargonnya adalah “less plastic, more energy”. Dalam artian mengurangi sampah plastik untuk mendapatkan energi, baik itu bensin, solar hingga minyak tanah.
Beberapa musisi yang mengisi acara ini di antaranya Iksan Skuter, Ipank Hore-Hore, Ipang Lazuardi, Endah n Rhesa, Pusakata, Nurbait dan lainnya.
Pengolahan sampah plastik ini diinisiasi oleh Yayasan Get Plastic Indonesia yang digawangi oleh Dimas Agung Wijanarko. Sampah-sampah plastik dicacah lalu diolah dengan sistem pirolisis atau destilasi.
Pada perhelatan musik ini, pihak penyelenggara menerima sampah donasi sejumlah 2.522,56 kilogram atau sekitar 2,5 ton. Total sampah plastik yang diolah menjadi bahan bakar minyak sebanyak 1.922,27 kilogram atau sekitar 1,9 ton. Bahan bakar minyak berupa solar yang dihasilkan sebanyak 1.854,34 liter.
“Kita melakukan dari hal kecil, pengurangan sampah plastik. Acara seperti ini bisa menjadi agenda tahunan hingga masalah sampah plastik bisa selesai,” kata Dimas.
Rizki Ekananda, Lead Specialist Process Development Research, PT Pertamina menyatakan dukungannya terhadap pengolahan sampah plastik menjadi energi. Isu soal sustainability (keberlanjutan) di Pertamina juga sudah cukup lama.
“Inisiatif-inisiatif dari masyarakat ini bisa kita dukung, misal kalau dari sisi teknologi kita bisa develope (kembangkan) bareng. Dari sisi pengetahuan kita punya banyak pengalaman,” kata Rizki.
Pertamina menjadi salah satu perusahaan yang mensponsori pergelaran musik ini. Rizki mengaku kagum dengan adanya konser musik yang energi kelistrikannya menggunakan generator set (genset) yang bahan bakarnya murni menggunakan olahan plastik. Ia menilai inovasi seperti ini harus didukung dan bisa berkelanjutan.
Purwoko, satu operator genset dari Sri Mulih Jenset Banguntapan, Bantul yang menyediakan alat pada konser musik ini, menyatakan, ini baru pertama kalinya bagi mereka menggunakan solar dari sampah plastik. Dari proses pengisian solar ke genset hingga menyala, semuanya lancar.
Dua genset yang digunakan berkapasitas 8000 watt, ada juga yang 50.000 watt. Total output yang digunakan sekitar 60 ribu watt untuk keperluan kelistrikan panggung dan lain-lain. “Ini pertama kali pakai menggunakan solar dari olahan plastik," kata Purwoko.
Pilihan Editor: Honor Umumkan MagicOS 9.0, Pembaruan Android 15 dengan Asisten AI 'Yoyo'