Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menebus Dosa Kepada Laut

image-gnews
Warga melintas di samping kapal yang bersandar di laut yang tercemar sampah plastik di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 28 November 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statik (BPS), Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik per tahun dengan 32 juta ton di antaranya mengalir ke laut. ANTARA/Reno Esnir
Warga melintas di samping kapal yang bersandar di laut yang tercemar sampah plastik di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, 28 November 2018. Berdasarkan data Badan Pusat Statik (BPS), Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik per tahun dengan 32 juta ton di antaranya mengalir ke laut. ANTARA/Reno Esnir
Iklan

TEMPO.CO, Karawang – Ada yang meyakini, laut bisa bisa marah jika dicemari bahkan tersinggung saat dikotori. Seakan tidak terima diperlakukan begitu, laut sanggup mengembalikan apa saja ke daratan, misalnya sampah hingga minyak mentah. Entah benar atau tidak laut bisa tersinggung, namun faktanya, di pesisir kerap ditemui sampah -terutama plastik- tercecer dibawa arus.

"Laut tersinggung tak dikenal dalam sains," kata Noir Purba, peneliti dari Departemen Kelautan Universitas Padjadjaran kepada Tempo, pekan lalu. 

Menurut Noir, fakta soal sampah yang dikembalikan ke daratan oleh laut merupakan hukum alam dalam sebuah sistem oseanografi. Noir menjelaskan, saat sampah di sungai terbawa ke tengah laut, secara alamiah, gerakan arus, angin, dan ombak turut membawa sampah-sampah itu kembali ke daratan.

“Sampah yang dibuang di suatu tempat dapat kembali ke daratan di wilayah lain melalui arus dan angin yang berlangsung alamiah,” kata Noir. Imbasnya, daerah pesisir kerap menjadi tempat akhir sampah yang dibuang manusia.

Hal itu terlihat di beberapa wilayah pantai utara Karawang. Pemandangan berbagai sampah plastik di pantai hingga dermaga kapal dan desa nelayan lazim ditemui. Ada bungkus mi instan, botol air kemasan, hingga popok dan bekas pembalut wanita. Sampah semacam itu juga nampak tersangkut di antara akar-akar pohon mangrove.  

Kondisi tersebut menurut Noir akan terus terjadi selama manusia membuang sampah plastik sembarangan. “Persoalan marine debris atau sampah laut adalah salah satu dosa besar manusia,” ujar Noir.

Menurut Noir, sejak revolusi industri tahun 1820, peradaban manusia telah menghasilkan sampah yang melebihi ambang batas. “Dan masyarakat percaya bahwa alam itu mampu menyelesaikan masalah manusia. Ternyata terbukti tidak benar. Alam tidak dilihat sebagai satu kesatuan dengan manusia, itu fatal,” kata Noir.

Penggunaan plastik sekali pakai yang tidak bertanggung jawab telah membuat laut semakin krisis. Parid Ridwanuddin, Manajer Kampanye Pesisir dan Laut, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional mengungkapkan, setiap tahun, tak kurang dari 1,29 juta ton sampah plastik masuk ke perairan. “Dan itu berkontribusi terhadap akumulasi sampah global,” ujar Parid kepada Tempo, pekan lalu.   

Berdasarkan pendataan WALHI, saat ini terdapat sekira 150 juta ton sampah plastik di perairan. Jumlah itu bertambah 8 ton setiap tahun, dan kebanyakan berasal dari daratan. Menurut catatan Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut, sampah plastik mendominasi komposisi permasalahan pencemaran di laut. Rasionya mencapai sekira 60 hingga 80 persen limbah di laut. “Hal ini menyedihkan karena situasi laut menjadi semacam tong sampah raksasa,” ujar Parid.

Pemerintah sebenarnya memiliki target pengurangan 70 persen sampah di lautan tapi sampai tahun ini, sepertinya masih di kisaran 40 persen. “Sampah yang ada di laut Indonesia juga ada yang berasal dari negara lain,” katanya.

Sampah plastik tersebut, kata Parid telah membahayakan lebih dari 800 spesies. Hampir setengahnya adalah mamalia laut, dan sebagian lainnya adalah burung laut. Pada tahun 2022, ungkap Parid, seekor paus yang mati terdampar di Wakatobi ditemukan menelan banyak sampah. Saluran pencernaan paus itu dipenuhi sampah seberat 5,9 kilogram. Mayoritas sampah plastik. 

Pembedahan elang laut menujukkan jumlah sampah plastik yang dicerna oleh binatang tersebut. Polusi plastik menyebabkan kematian jutaan spesies burung laut setiap tahun.

Menurut Parid, sudah banyak bukti dampak buruk sampah plastik kepada biota laut. Namun situasi pencemaran tak banyak berubah. “Penggunaan plastik sekali pakai telah membahayakan laut sebagai sumber pangan dan merusak bagian penting dari planet bumi. Alhasil kami pernah mengusulkan sampah plastik sebagai limbah B3 karena dampaknya sangat berbahaya,” kata Parid.

Berbagai pihak telah memperingati manusia untuk lebih menyayangi lautan. Dalam agama Kristen Katolik misalnya, Paus Fransiskus telah mengajak manusia untuk melakukan pertobatan ekologis. Hal itu termuat dalam ensiklik Laudato Si (LS) dan Laudato Deum (LD), sebuah surat amanat Paus untuk seluruh umat Katolik. Dalam ensiklik tersebut, Paus banyak menyinggung soal laut yang harus diselamatkan.

Dalam Laudato Si (LS 24), Paus menyebut eksistensi laut sebagai entitas ekologis terbesar di planet bumi, dengan seperempat penduduk dunia tinggal di pesisir atau pantai telah terancam. Dalam suatu pidatonya, Paus juga pernah menyatakan jika membuang sampah plastik ke laut adalah perbuatan kriminal, karena bisa membunuh keanekaragaman hayati bahkan membunuh bumi.

Perintah menjaga bumi juga ada dalam agama Islam. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW pernah menyeru manusia untuk menjaga bumi. “Hati-hatilah kalian terhadap bumi, karena sesungguhnya bumi itu adalah ibu kalian. (Hadis riwayat Ibnu Lahiah dalam kitab Mujam karya Imam Thabarani)

Usaha berbagai pihak untuk membangun kepedulian terhadap sampah plastik terus dilakukan. Misalnya berbagai seremoni bersih-bersih pantai setiap peringatan hari laut sedunia. Namun, ada juga yang melakukannya setiap hari. Salah satunya kelompok nelayan di Dusun Pasirputih, Desa Sukajaya, Kabupaten Karawang, Jawa barat.

Setiap pagi, setidaknya 3 orang nelayan menyusuri pesisir Pasirputih. Mereka memunguti beragam sampah plastik yang tersangkut dalam alat pemecah ombak (APO), sebuah perangkat sederhana yang terbuat dari rangkaian ban bekas. Perangkat itu dipasang berderet di sepanjang pantai yang labil.

Alat yang dikembangkan masyarakat di bawah pendampingan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Jawa (PHE-ONWJ) itu awalnya dibuat untuk merekayasa lanskap.  Digunakan sedemikian rupa, alat tersebut telah menjauhkan garis pantai yang semakin mendekat ke pemukiman. Rupanya, tak hanya bisa membentengi desa dari teror abrasi. Saat dipasang, alat itu ternyata bisa menjebak sampah yang dikembalikan laut ke daratan. Sampah yang terbawa arus ke pesisir tersangkut dalam rangkaian APO strap yang berongga-rongga, sehingga tidak kembali ke laut.

“Sampah-sampah itu kami kumpulkan setiap hari. Yang bernilai ekonomis kami jual, sedangkan sampah plastik lainnya kami olah menjadi asap cair,” ujar Sahari, Ketua Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Desa Sukajaya, Kabupaten Karawang kepada Tempo, Jumat, 13 September 2024.

Seorang nelayan Karawang merangkai alat pemecah ombak dari ban bekas. TEMPO / Hisyam Luthfiana

Dalam sehari, para nelayan Pasirputih bisa mengumpulkan rata-rata satu kuintal sampah. “Mayoritas sampah plastik dan botol minuman kemasan,” kata Sahari. Setelah dipilah, sampah plastik seperti keresek dan aneka kemasan makanan dibakar ke dalam mesin incinerator, sebuah alat khusus pembakaran sampah.

Namun di Pasirputih, mesin incinerator dimodifikasi dengan alat penyulingan khusus untuk mengubah asap pembakaran sampah mencadi cairan. “Cairan itu kami kumpulkan karena bisa menjadi alternatif insektisida,” kata Sahari. 

Asap cair adalah hasil dari proses pirolisis, ketika sampah plastik dipanaskan dalam kondisi tanpa oksigen atau dengan oksigen sangat terbatas. Proses ini memecah sampah menjadi tiga bentuk, yakni cairan, gas, dan padat.

Asap cair yang dihasilkan dari pirolisis tersebut memiliki berbagai komponen kimia bergantung pada bahan yang diproses. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Fullrene Journal of Chemistry, pirolisis 200 gram sampah plastik menghasilkan fraksi bensin sebesar 36,20 persen dalam bentuk asap cair. Kandungan kimianya mencakup 45 senyawa yang termasuk alkana, alkena, sikloalkana, dan alkohol.

Seorang nelayan hendak memasukkan sampah plastik ke dalam mesin incinerator untuk diubah jadi asap cair. TEMPO/ Hisyam Luthfiana

Teknologi priolisis juga telah diuji di Institut Pertanian Bogor (IPB). Dilansir dari ipb.ac.id, tim mahasiswa IPB mampu mengolah sampah plastik dan sampah pertanian menjadi energi terbarukan.

Iman Teguh, Community Development Officer, PHE ONWJ menuturkan penanggulangan sampah di pesisir dan abrasi menjadi dua isu penting di wilayah pantura Karawang. Adapun keduanya mengandalkan APO strap sebagai upaya praktisnya. “APO strap yang multifungsi itu sekaligus menjadi media penerapan ekonomi sirkular di wilayah tersebut,” kata Iman.

Yang tak kalah penting, kata Iman, APO strap tersebut mempermudah niat masyarakat untuk membersihkan sampah di laut. “Sebab, para nelayan tersebut tidak ingin wilayah pesisir menjadi keranjang sampah,".

Pilihan Editor: BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jawa Barat Batasi Pasokan Sampah ke TPA Sarimukti, Sampah Mulai Menggunung

1 hari lalu

Alat berat meratakan sampah yang baru dibuang di zona darurat TPA Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bndung Barat, Jawa Barat, 28 Desember 2023. Pasca kebakaran, tempat pembuangan akhir ini tak bisa menampung buangan sampah secara maksimal setelah area landfill zona 1-4 ditutup. TEMPO/Prima Mulia
Jawa Barat Batasi Pasokan Sampah ke TPA Sarimukti, Sampah Mulai Menggunung

Sudah ada komitmen dari kabupaten/kota di Bandung Raya untuk mengurangi pengiriman sampahnya masing-masing ke TPA Sarimukti.


Berlaku Mulai Januari 2025, Ini Perkiraan Tarif Retribusi Sampah Rumah Tangga di Jakarta

2 hari lalu

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dalam acara Apresiasi Masyarakat Peduli Lingkungan (AMPL) 2024 di Gedung PKK Melati Jaya, Ragunan, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2024. (TEMPO/Defara)
Berlaku Mulai Januari 2025, Ini Perkiraan Tarif Retribusi Sampah Rumah Tangga di Jakarta

Pemprov Jakarta bakal menerapkan retribusi sampah rumah tangga pada Januari 2025. Tarifnya disesuaikan dengan pengeluaran listrik.


Di Portugal, Turis Pipis di Laut Bisa Kena Denda Hampir Rp13 Juta

2 hari lalu

Ilustrasi pantai. REUTERS/Edgar Su
Di Portugal, Turis Pipis di Laut Bisa Kena Denda Hampir Rp13 Juta

Pipis sembarangan di darat pun dilarang di Portugal, tapi mudah diketahui. Lalu, bagaimana mengetahui turis yang kencing di bawah air laut?


KLHK Tagih Peta Jalan Pengurangan Sampah Plastik Ratusan Produsen

3 hari lalu

Perajin menunjukan produk kerajinan daur ulang sampah plastik di Bank Sampah Persatuan, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 26 Januari 2024. Kerajinan dari olahan sampah plastik memiliki nilai jual mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 130 ribu per produknya. Dok. TEMPO/ Febri Angga Palguna
KLHK Tagih Peta Jalan Pengurangan Sampah Plastik Ratusan Produsen

Siapa saja produsen sampah plastik yang dimaksud KLHK dan kenapa mereka ditagih peta jalan pengurangan sampah?


KLHK Beri Apresiasi 20 Produsen yang Melaksanakan Peta Jalan Pengurangan Sampah

3 hari lalu

Apresiasi pelaksanaan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen periode 2024 di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2024. Tempo/Irsyan
KLHK Beri Apresiasi 20 Produsen yang Melaksanakan Peta Jalan Pengurangan Sampah

Sebanyak 52 produsen telah menyusun dan melaksanakan peta jalan pengurangan sampah.


Pelabuhan Patimban Datang, Nelayan Terpuruk

3 hari lalu

Rasja 65 tahun, nelayan di desa Patimban, duduk merajut jaring di lantai teras rumahnya usai pulang melaut yang hasil tangkapannya kurang dari 1  kg. Sumber: Suci Sekar | Tempo.co
Pelabuhan Patimban Datang, Nelayan Terpuruk

Buangan material dari pembangunan Pelabuhan Patimban di perairan sekitar pantai memaksa para nelayan harus melaut lebih jauh.


ECOTON Somasi Presiden Jokowi Karena Lalaikan Tanggung Jawab Atas Sungai, Tuntut Lakukan 10 Hal Ini

7 hari lalu

Aktivis lingkungan hidup dari Ecoton bersama sejumlah mahasiswa berunjuk rasa di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 14 September 2023. Mereka mendesak pemerintah setempat untuk menutup industri yang mencemari Sungai Brantas serta melakukan rehabilitasi ekosistem Sungai Brantas. ANTARA/Didik Suhartono
ECOTON Somasi Presiden Jokowi Karena Lalaikan Tanggung Jawab Atas Sungai, Tuntut Lakukan 10 Hal Ini

ECOTON melayangkan somasi kepada Presiden Jokowi atas kegagalan menangani pencemaran sampah plastik di sungai-sungai Indonesia.


Hal Menarik Pulau Biawak, Destinasi Wisata Bahari di Indramayu

10 hari lalu

Seekor biawak terdapat dibibir pantai Pulau Biawak, di Laut Jawa Indramayu, Jawa Barat. 26 Juni 2014. Pulau ini semula bernama pulau rakit dan telah dirubah nama menjadi Pulau Biawak karena terdapat penangkaran alami biawak. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Hal Menarik Pulau Biawak, Destinasi Wisata Bahari di Indramayu

Pulau ini awalnya bernama Pulau Rakit, namun karena dihuni banyak sekali biawak, pulau itu dijuluki Pulau Biawak.


Pertanyakan Tujuan Ekspor Pasir Laut untuk Pembenahan Jalur Pelayaran, Kiara: Ini Motif Ekonomi

10 hari lalu

Sebuah kapal tongkang pengangkut pasir laut di perairan Provinsi Kepulauan Riau. Dok. TEMPO/ Fransiskus S.
Pertanyakan Tujuan Ekspor Pasir Laut untuk Pembenahan Jalur Pelayaran, Kiara: Ini Motif Ekonomi

Kiara menilai kebijakan ekspor pasir laut punya tendensi ke eksploitasi sumber daya di pesisir dan pulau-pulau kecil.


Manfaatkan AI, Mahasiswa ITS Luncurkan Aplikasi Pengelolaan Sampah

10 hari lalu

Aplikasi Clastic (ITS)
Manfaatkan AI, Mahasiswa ITS Luncurkan Aplikasi Pengelolaan Sampah

Melalui program KKN, mahasiswa ITS meluncurkan aplikasi sebagai upaya penanggulangan sekaligus mengatasi permasalahan tersebut.