TEMPO.CO, Bandung - Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan, wilayahnya saat ini ditetapkan dalam status siaga menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi menghadapi puncak musim hujan. “(Siaga) sampai April 2025. Mulai sekarang,” kata dia, selepas memimpin apel siaga bencana hidrometeorologi di Gedung Sate, Bandung, Rabu, 30 Oktober 2024.
Status siaga tersebut ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 360/Kep.580-BPBD/2024 dan Nomor Nomor 360/Kep.581-BPBD/2024. Selain menyatakan status siaga, juga mengatur mengenai pos komando penanganan darurat bencana banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem dan abrasi, serta tanah longsor di Jawa Barat tahun 2024/2025.
Bey mengatakan, BMKG sudah memberikan peringatan ancaman bencana hidrometeorologi dengan tibanya musim hujan di Jawa Barat. Di awal puncak musim hujan ini, misalnya, tiga daerah diminta agar waspada karena menjadi langganan bencana yang muncul berbarengan dengan musim hujan yakni Bandung Barat, Bogor, dan Sukabumi. “Puncak hujan ini kan dimulai akhir November, ini tentunya yang diperingatkan BMKG,” kata dia.
Antisipasi bencana hidrometeorologi juga mencakup kewaspadaan saat pencoblosan pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 ini. “TPS sudah di antisipasi. Sudah beberapa kali BMKG dan KPU berkoordinasi dan melakukan simulasi, termasuki daerah-daerah yang terjadi puncak hujan ekstrem seperti Bogor dan Sukabumi,” kata Bey.
Pemerintah Jawa Barat juga menyiapkan dana darurat untuk menghadapi bencana dalam pos anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT). “Kalau per hari ini untuk provinsi BTT siap Rp 125 miliar, itu dari sisa anggaran. Tahun depan pasti lebih besar lagi,” kata dia.
Untuk antisipasi jangka panjang menghadapi bencana hidrometeorologi juga dilakukan dengan penghijauan serta pengetatan pemberian izin pendirian bangunan terutama di daerah bantaran sungai. “Penghijauan ini bertahap, dan tidak langsung tanam hari ini langsung jadi. Jadi kami mengingatkan saja, kota/kabupaten untuk tidak memberi izin, dan masyarakat juga hati-hati, terutama di daerah-daerah sungai,” kata Bey.
“Jawa Barat tentunya saat ini sudah memasuki musim hujan,” kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu di kesempatan yang sama di Gedung Sate, Bandung, Rabu, 30 Oktober 2024.
Teguh mengatakan, Bandung Raya misalnya saat ini sudah memasuki musim hujan, tapi curah hujannya masih rendah. “Sebagian besar wilayah Jawa Barat masih di posisi peralihan dari kemarau ke hujan. Puncaknya, November sampai dengan April (2025) sudah masuk puncak musim hujan,” kata dia.
BMKG sudah memberikan rekomendasi pada pemerintah provinsi Jawa Barat untuk bersiap dengan menyatakan status siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. “Kita sudah mengeluarkan surat rekomendasi untuk Jawa Bara ini siaga bencana hidrometeorologi,” kata dia Teguh.
Plh. Kepala Pelaksana Harian BPBD Jawa Barat Anne Hermadianne Adnan mengatakan, antisipasi menjelang pilkada dilakukan dengan melakukan asesmen ancaman bencana di lokasi TPS yang ditetapkan KPU masing-masing dawerah. “Kita menyusun bareng-bareng dengan KPU dan kabupaten/kota menyusun (lokasi) TPS yang rawan bencana, kemudian membuat skenario ketika bencana, sehingga pesta demokrasi ini bisa berjalan lancar,” kata dia.
Anne mencontohkan, saat Pemilu 2024 pada Februari 2024 terjadi bencana banjir di Ujung Jaya, Bekasi, yang mengakibatkan 1 orang meninggal dunia. “Saat itu kita melakukan pemindahan TPS sesuai dengan skenario itu,” kata dia.
Untuk pemetaan TPS, kata Anne, masih tersisa dua daerah lagi, yakni Indramayu dan Kabupaten Bekasi yang belum menyerahkan titik lokasi TPS masing-masing. “Kita ketahui bahwa Kabupaten Bekasi ini bencana yang paling banyak adalah banjir. Kalau Indramayu itu angin putih beliung dan banjir rob,” kata dia.
Pilihan Editor: Studi Queer Relief Karmawibhangga di Candi Borobudur: Bukan Gambar Bertapa Biasa