TEMPO.CO, Bandung - Sebelum rentetan tiga letusan eksplosifnya pada dinihari tadi yang merenggut 10 korban jiwa, Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, telah dicurigai mengalami sumbatan pada aliran magmanya. Indikasinya adalah peningkatan aktivitas gempa namun penurunan erupsi sepanjang 1 dan 2 November.
“Dari pengamatan visual dan instrumental yang kami sampaikan bahwa tanggal 1 dan 2 November itu ada aktivitas letusan tapi cenderung mengecil dan bahkan semacam ‘hidden’, justru kami curiga ada penyumbatan,” kata Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid, dalam konferensi pers daring, Senin 4 November 2024.
Wafid menuturkan, aktivitas gempa vulkanik dalam yang relatif tinggi, tapi gempa vulkanik dangkal relatif kecil. Lalu, juga, ada tremor dalam tapi tidak terlihat secara visual. Hasil kajian di internal Badan Geologi menyimpulkan adanya kemungkinan sumbatan.
Wafid mengungkapkan, serangkaian letusan dinihari tadi memang relatif besar. Letusan tersebut diperkirakan telah membongkar sumbatan aliran magma yang dimaksud. Area jangkauan letusan sebenarnya masih berada dalam daerah radius bahaya 7 kilometer dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki.
Jarak bahaya itu telah direkomendasikan sejak keputusan menaikkan status Gunung Lewotobi Laki-laki menjadi Awas per pukul 00.00 WITA. Sayangnya pelaksanaan imbauan untuk mengosongkan radius bahaya tersebut diakui terhambat cuaca hujan lebat disertai petir dan listrik padam pada dinihari tadi.
“Kalau melihat posisi pos pengamatan gunung api kami itu jaraknya 7 kilometer, dan di atas pos terdapat lontaran kerikil dan juga abu vulkanik," kata Wafid.
Gunung Lewotobi di Flores Timur Meletus. Foto : X
Dia meyakini, lontaran material itu juga berasal dari material yang menyumbat. Dugaan dikuatkan pengamatan instrumental dan visual pasca-erupsi yang disebutnya juga menunjukkan terjadinya pengurangan energi letusan. “Kami amati dari instrumental dan visual dalam waktu dekat kemungkinan akan terjadi pengurangan energi untuk letusan,” kata dia.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, P. Hadi Wijaya menerangkan bahwa pada 1 November 2024 radius bahaya letusan Gunung Lewotobi Laki-laki telah diperluas dari awalnya 3 kilometer. Perluasanya menjadi 3,5 kilometer dari pusat erupsi dan 4 kilometer di sisi sektoral utara dan timur laur, serta 5 kilometer arah timur.
Hadi mengatakan, perluasan daerah bahaya tersebut telah dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi letusan besar. Termasuk dengan perubahan status terakhir yang menetapkan radius bahaya sejauh 7 kilometer.
“Dengan peningkatan status Awas itu sudah kami lakukan antisipasi, namun memang kondisi cuaca hujan lebat dengan petir yang bergemuruh, kemudian lampu mati di sekitar daerah terdampak, menambah suasana mencekam sehingga proses turunnya masyarakat dari area yang 4 kilometer menuju 7 kilometer tidak bisa semudah itu,” kata dia menambahkan dalam kesempatan yang sama.
Hadi mengatakan terjadi tiga kali letusan Gunung Lewotobi Laki-laki pada Senin dinihari tadi. Masing-masing pada pukul 1.27 WITA, 2.24 WITA, serta 2.48 WITA.
Penyelidik Bumi di Badan Geologi, Sofyan Primulyana, mengatakan, data BNPB menyebutkan terdapat beberapa desa diungsikandi Kecamatan Wulanggitang dan Ilibora. “Masyarakat yang berada di desa-desa terdampak merupakan desa-desa yang berada dalam radius 7 kilometer,” kata dia.
Pilihan Editor: Bogor dan Bekasi Berpotensi Hujan Lebat Setiap Hari Sepekan ke Depan