Gempa dengan skala 7,3 itu sebenarnya tidak tergolong kuat-kuat amat. Sedang, kalau menurut Danny. Kedalamannya yang berkisar 40-50 kilometer juga berada di batas terdalam dari sebuah megagempa, artinya lebih dalam sedikit lagi kemungkinan gempa menjadi megagempa harus dicoret.
Tapi, arah pecah batuan yang merambat lurus ke utara membuat kekuatan gempa tektonik Rabu siang lalu sangat terasa hingga ke Jakarta. Meski tidak biasa, Danny mengatakan, “Saya menduga directivity-nya hanya arah utara-selatan.”
Fokus satu arah itu ditambah dengan kemiringan hunjaman lempeng dimana pusat gempa terjadi yang mencapai 40-45 derajat. Kebanyakan kemiringan hunjaman lempeng benua Australia terhadap lempeng benua Eurasia berkisar 20 derajat alias lebih landai. Nah, energi yang dilepaskan di lereng yang lebih curam akan lebih kuat dan cepat merambat ke permukaan.
Pengamatan Danny belum berhenti disana. Ia masih dibuat terkejut dengan sumber gempa yang boleh dibilang tidak umum terjadi karena terungkap ada di sisi lempeng Australia yang berperan sebagai pendorong. Sumber gempa tidak terjadi di zona subduksi atau pada lempeng Eurasia yang tertekuk dan tertekan karena tumbukan keduanya.
“Lempeng yang menghunjam ternyata bisa melepaskan energi dengan skala sebesar itu,” katanya sambil menambahkan, “Saya surprised aja.”
(WURAGIL)