Kepala Bidang Geodinamika di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, Cecep Subarya, menyatakan energi yang selama lebih dari seratus tahun terakumulasi di segmen zona subduksi di sana boleh jadi sudah mulai terlepas. “Semoga saja, tapi kita tidak tahu dimana tepatnya dan pada kedalaman berapa segmen yang selama ini seperti terkunci,” katanya.
Berdasarkan data elastis surface deformation bangkitan jaringan GPS milik Bakosurtanal, kawasan Selat Sunda memang seperti tidak terpengaruh oleh gempa-gempa besar yang terjadi di barat Sumatera dan selatan Jawa, termasuk yang terjadi Rabu. Ajegnya segmen patahan gempa disana menimbulkan kekhawatiran perulangan gempa kuat seperti yang pernah terjadi di kawasan yang sama pada 1908.
Secara teori, kejadian gempa kecil-kecil akan lebih baik ketimbang kalau energi dilepaskan sekaligus dalam sebuah gempa besar. Tapi, seperti yang terjadi di Mentawai, Sumatera Barat, berulang kali gempa yang terjadi belum sampai menyurutkan kewaspadaan akan terjadinya gempa dahsyat disana. Pun di Selat Sunda, Cecep mengingatkan, “waspada akan jauh lebih baik.”
Menurut BMKG pusat gempa di Selat Sunda pagi tadi berada 95 kilometer sebelah barat laut Ujung Kulon, Banten. Gempa yang diperkirakan bersumber di kedalaman 15 kilometer itu berada dekat ujung Patahan Semangko, patahan yang mengiris Pulau Sumatera, yang menjulur sampai ke laut.
(WURAGIL)