Obat herbal juga memiliki efek samping lain seperti gangguan hati, ginjal, jantung, stroke, gangguan gerak, pelemahan otot dan ayan. “Obat herbal kerap diasup bersamaan dengan obat standar, mungkin untuk membuat mereka lebih efektif,” kata Byard. “Ini juga dapat menimbulkan efek yang jauh lebih parah.”
Dalam makalahnya, dia merujuk sebuah kasus pasien epilepsi yang mengonsumsi obat resep, namun juga minum obat herbal Cina dan akhirnya mengalami koma. Sindrom Cushing, sejenis kelainan hormonal, juga terkait dengan konsumsi steroid dan obat herbal secara bersama-sama.
Sejumlah obat herbal juga mempunyai beragam efek pada obat standar, kata Byard. Tumbuhan St John's Wort dapat mengurangi efek warfarin dan menyebabkan pendarahan di antara periode menstruasi pada wanita yang mengasup pil kontrasepsi.
Gingko dan bawang putih juga meningkatkan risiko pendarahan bila dikonsumjsi bersamaan dengan antikoagulan. Obat herbal tertentu seperti minyak biji Borage dan minyak Evening Primrose yang menurunkan ambang batas ayan.
Kalangan ahli anestesi Amerika merekomendasikan para pasiennya untuk menghentikan penggunaan obat herbal setidaknya dua pekan sebelum operasi karena risiko interaksi antara obat herbal dan obat anestesi, termasuk peningkatan peluang terjadinya pendarahan.
Pada beberapa tahun terakhir, obat herbal semakin populer di negara-negara barat. Diperkirakan 30 persen warga Amerika Serikat juga menggunakan obat herbal, kerap kali di luar pengetahuan dokter mereka. “Ahli pathologi forensik di seluruh dunia harus lebih mewaspadai pengaruh obat herbal dalam kematian pasien, yang kini belum diketahui,” kata Byard.
TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY