TEMPO Interaktif, Los Angeles – Warga Amerika kebanyakan masih percaya Tuhan terlibat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, mereka juga prihatin dengan kesejahteraan pribadi, meskipun terdidik dan berpenghasilan lebih tinggi. Mereka percaya kepada campur tangan Tuhan.
Scott Schieman, seorang profesor sosiologi di Universitas Toronto, memeriksa data dari dua survei nasional terakhir di Amerika dan keyakinan mereka tentang keterlibatan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hasilnya telah diterbitkan dalam edisi Maret jurnal Sosiologi Agama.
Berikut adalah beberapa temuan-temuan baru mengenai keyakinan terhadap Tuhan:
- 82 persen dari peserta melaporkan bahwa mereka bergantung pada Tuhan untuk bantuan dan bimbingan dalam membuat keputusan.
- 71 persen mengatakan mereka percaya bahwa ketika hal-hal yang baik atau buruk terjadi, kejadian ini hanyalah bagian dari rencana Tuhan bagi mereka.
- 61 persen mengindikasikan bahwa mereka percaya bahwa Tuhan telah menentukan arah dan perjalanan hidup mereka.
- 32 persen setuju dengan pernyataan: "Tidak ada gunanya merencanakan banyak karena pada akhirnya nasib saya di tangan Tuhan."
Secara keseluruhan, para peserta dengan pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi ternyata kurang kepercayaannya dari campur tangan Tuhan. Tetapi di antara yang terdidik dan berpenghasilan lebih tinggi, mereka lebih terlibat dalam ritual keagamaan dan tingkat keyakinan yang serupa tentang campur tangan Tuhan sama dengan mereka yang kurang berpendidikan dan kurang mampu secara finansial.
"Banyak dari kita mungkin menganggap bahwa orang-orang dari kelas sosial yang lebih tinggi berdiri cenderung untuk menolak keyakinan tentang campur tangan Tuhan," kata Schieman. "Namun, temuan saya mengindikasikan bahwa saat ini benar di antara mereka yang kurang berkomitmen untuk hidup religius, hal itu tidak terjadi bagi orang-orang yang lebih berkomitmen untuk partisipasi dan ritual keagamaan."
LISESCIENCE| NUR HARYANTO