TEMPO Interaktif, Jakarta - Presiden Venezuela Hugo Chavez dibuat berang oleh aktivitas penentangnya di sejumlah jejaring sosial. Kampanye anti Chavez melalui media jejaring sosial berlangsung selama satu dekade. Mereka umumnya mengkritik tindakannya yang membreidel media kritis dan mengalangi kebebasan berbicara.
Pembahasan ter’panas’ terakhir dilakukan di Twitter mengenai penutupan jaringan televisi swasta populer. Langkah Chavez menuai unjuk rasa oleh # freevenezuela. Pemilik akun Twitter ramai membahasnya, sehingga memasukkan masalah ini sebagai topik tren ke empat yang paling banyak dikomentari.
Situs microblogging telah menjadi daya dobrak di Venezuela. Sebanyak 200.000 akun aktif di negeri itu. Dengan pertumbuhan lebih dari 1.000 persen pada tahun 2009, Venezuela kini menjadi perkembangan akses twitter tertinggi di Amerika Latin.
Ekspansi Twitter's membuat marah Chavez. "Internet adalah pertempuran parit karena membawa arus konspirasi," kata Chavez awal bulan ini. "Internet tidak dapat bebas."
Namun sehari kemudian ia membantah pernyataan pemerintah berencana menyensor Internet. Ini menunjukkan Web di Venezuela telah berkembang secara dramatis selama 11 tahun kekuasaannya. Namun pengkritiknya menganggap rencana menyalurkan semua lalu lintas internet melalui perusahaan telekomunikasi negara sebagai sinyal kuat niat Chavez membungkam perbedaan pendapat online.
Para pengkritik ini menggunakan media jejaring sosial sebagai alternatif. Selama ini mereka frustrasi oleh keharusan media tradisional dan stasiun televisi memuat pidato yang penjang lebar. "Twitter mengubah cara berkomunikasi, memberi mereka kekuasaan baru dan kemampuan menyebarkan informasi," kata pakar teknologi informasi Luis Carlos Diaz dari Pusat Penelitian dan Aksi Sosial.
Saat Chavez berkuasa pada 1999, internet hanya bisa dinikmati orang kaya yang hanya 5,8 persen dari Venezuela. Tetapi akses internet dibuka sejak dibuat ribuan pusat internet gratis di negara paling miskin dan paling terpencil ini.
Sekitar 8,8 juta orang, atau 31 persen penduduk dari negara pengekspor minyak ini, sekarang menggunakan internet dan lebih dari dua-pertiga dari mereka adalah bagian termiskin dari masyarakat. "Internet sekarang memiliki dampak politis karena mewakili banyak orang, banyak dari mereka di kalangan masyarakat miskin yang merupakan pendukung utama pemerintah. Dan angka terus tumbuh," kata Carlos Jimenez dari polling online kecenderungan perusahaan digital.
Tujuh dari 10 pemilik akun Twitter di negeri ini sangat kritis terhadap Chavez, sementara pembela tak muncul sampai nomor 66 dalam daftar. Globovision (@ Globovision), yang paling menonjol dari sisa jaringan televisi oposisi, secara konsisten di jajaran 20 teratas Twitterers paling berpengaruh di dunia. Ini berdasarkan perusahaan konsultan Edelman. Mereka mengalahkan perusahaan media bergengsi internasional, bintang pop dan guru teknologi.
Tapi Chavez kemudian sadar akan kekuatan Internet sebagai alat komunikasi. Dia baru-baru ini menyerukan pengikutnya mengubah diri menjadi "prajurit" di Internet dan terlibat dengan musuh secara online.
Mantan presiden memulai membuat blog sendiri, dengan mengatakan dia akan "membombardir" kritik dari "parit di Internet," tapi dia belum melakukannya. Chavez telah terus bergerak melawan suara-suara oposisi di media tradisional.
Awal tahun ini, RCTV Internasional berbasis di Caracas ditutup setelah menolak mematuhi undang-undang yang mewajibkan stasiun TV mengudarakan pidato Chavez. Siswa menjawab melalui Twitter dan Facebook untuk mengkoordinasikan serangkaian protes pawai. "Bagi pemerintah ini relatif mudah menetralisir televisi atau stasiun radio," kata Billy Vaisberg, pencipta direktori twitter-venezuela.com. "Tapi Twitter memiliki ratusan ribu orang yang menggunakan layanan yang tidak terletak di Venezuela."
REUTERS | PURW