Cerita di atas adalah salah satu cuplikan adegan dari film The Hurt Locker, yang diproduksi pada 2008. Film yang dibintangi antara lain oleh Guy Pearce, pemeran Sersan Thompson, itu memang dipenuhi cerita ledakan bom dan tembak-menembak. Film dalam format DVD yang mengisahkan kehadiran pasukan Amerika di Irak itu terasa "seru" diputar di perangkat anyar ini: DVD microsystem seri MCD263 dari Philips.
Tempo sempat menjajal salah satu produk baru yang dirilis Philips bulan lalu ini. Dan, untuk mengetes bagaimana kualitas suara yang dihasilkannya, seperti yang "dijanjikan" produk anyar ini, adalah dengan memutar film bergenre perang seperti The Hurt Locker.
Philips sepertinya cukup berhasil membuat sebuah perangkat yang menyuguhkan tampilan visual dan audio yang maksimal, terutama audionya. Jika Anda memutar film di perangkat ini, akan Anda merasa sedang menikmati film di sebuah "bioskop mini". Seperti janji Philips melalui tagline "bring cinema experience to life". Sensasi bioskop akan lebih terasa maksimal jika Anda menontonnya di televisi definisi tinggi berlayar besar.
Kualitas audio yang maksimal itu bisa didapat karena microsystem ini ditanami fitur audio Dolby Digital dan Dolby Virtual Speaker. Dengan fitur ini, jangan coba-coba memasang volume di atas level 15 saat menyetel film perang, karena sudah cukup memekakkan telinga. Apalagi jika lingkungan rumah Anda berdekatan satu sama lain, siap-siap saja ditegur tetangga.
Untuk tampilan visualnya, perangkat yang dapat memutar DVD, DivX Ultra, VCD, MP3/WMA, CD, serta picture CD ini ditanami fitur HDMI 1.080p. Fitur ini akan meningkatkan kualitas gambar ke definisi tinggi yang lebih tajam. Perangkat dengan kapasitas keluaran daya maksimum hingga 1.200 PMPO ini juga dilengkapi port USB untuk memutar koleksi musik MP3/WMA atau menampilkan foto yang disimpan di USB. Selain itu, ada headphone jack jika Anda ingin menikmati audionya sendiri saja.
Baca Juga:
Soal kualitas gambar, Anda boleh bandingkan dengan memutar film yang sama di pemutar DVD biasa dan microsystem ini. Gambar yang ditampilkan di perangkat ini akan lebih tajam.
Philips DVD microsystem ini juga tidak seperti pemutar biasa, yang kebanyakan desainnya flat atau mendatar. Perangkat ini desainnya "berdiri", seperti mini compo namun bodinya lebih ramping. Dengan desain ini, cakram DVD juga diputar dengan posisi berdiri.
Pemutarnya sendiri didesain menarik, dengan penutup slider atau geser dengan permukaan mengkilat. Dengan bentuk pemutarnya yang ramping ini, Philips menawarkan perangkat ini untuk dapat ditempatkan berdiri (diletakkan) di meja atau ditempelkan di dinding. DVD microsystem ini juga tak hanya terdiri atas satu perangkat pemutar, tapi juga dilengkapi speaker subwoofer berbentuk kotak, yang akan melengkapi sensasi audio di bioskop.
Saat film diputar, subwoofer sebaiknya diletakkan agak berjauhan dengan pemutarnya agar audio lebih terasa surround alias "mengelilingi" ruangan. Apalagi jika subwoofer diletakkan di atas meja atau lantai, speaker yang didesain menghadap ke arah bawah ini akan membuat getaran-getaran di lantai, yang akan menambah sensasi bioskop.
Subwoofer itu menjadi satu sistem yang tak bisa terpisahkan dengan pemutarnya. Pasalnya, tak ada koneksi ke sumber listrik langsung dari pemutar utamanya. Kabel power hanya ada di subwoofer, dan perangkat ini yang akan "membagi" daya ke pemutarnya.
Selain tombol yang berada di bagian atas, DVD microsystem Philips ini dilengkapi remote control, dengan bentuk yang juga ramping. Pengguna bisa mengendalikan hampir semua pengaturan lewat remote control. Dikatakan hampir semua karena di perangkat remote control tak ditemukan tombol pembuka dan penutup slider pemutar. Jadi untuk membuka dan menutup slider harus dilakukan lewat tombol di atas pemutar, sembari Anda memasang atau mencopot cakram DVD dari pemutarnya.
Bentuknya yang ramping dan berwarna hitam mengesankan sederhana namun tetap elegan. Tapi, di balik kesederhanaannya, Anda bisa menikmati sensasi bioskop, layaknya memiliki seperangkat home theater yang terdiri atas banyak perangkat. Philips DVD microsystem sudah dipasarkan mulai pertengahan April lalu dengan harga sekitar Rp 2,8 juta.
DIMAS