TEMPO Interaktif, Jakarta - Kota-kota yang memiliki peradaban panjang ternyata memiliki warga yang kebal terhadap tuberkolosis, lepra, dan penyakit lainnya. Kesimpulan ini diperoleh dari penelitian yang diterbitkan jurnal Evolution pekan lalu. "Varian genetik pelindung ditemukan pada orang dari Timur tengah hingga India dan sebagian Eropa, di mana kota-kota telah ada selama ribuan tahun," kata Profesor Mark Thomas dari jurusan Genetika, Evolusi, dan Lingkungan di University College London.
Selain University College London, tim peneliti berasal dari Royal Holloway, University of London dan Oxford University. Untuk sampai pada kesimpulan itu, mereka menguji sampel DNA dari 17 populasi manusia yang hidup di Eropa, Asia, dan Afrika. Selain itu, mereka mencari literatur arkeologis dan historis untuk menemukan kota-kota tertua yang ada di daerah-daerah ini.
Memang, di kota kuno, sanitasi yang buruk dan kepadatan penduduk yang tinggi menjadi tempat ideal untuk berkembang biaknya penyakit. Dua penyakit tersebut pernah menjadi epidemi yang menewaskan jutaan penduduk. Seiring dengan perjalanan waktu, terjadi seleksi alam, yakni manusia harus mengembangkan pertahanan terhadap penyakit dalam populasi yang berusia panjang.
Namun relasi itu sulit dipelajari, terutama pada kota-kota di era prasejarah. Uji DNA mampu menguak keterkaitan antara lingkungan kota dan ketahanan tubuh warganya terhadap penyakit. Dr Ian Barnes, dari Sekolah Biologi di Royal Holloway, menjelaskan, metode yang dipakai tim peneliti adalah menggunakan data arkeologis dan historis sebagai alat untuk menjelaskan persebaran dan frekuensi varian genetik, serta menemukan sumber seleksi alam.
Dengan membandingkan laju resistensi penyakit genetik dengan sejarah perkotaan, mereka menunjukkan bahwa paparan masa lalu pada patogen membawa pada resistensi penyakit menular yang menyebar dalam populasi, di mana para leluhur menurunkan kekebalannya kepada keturunannya.
Menurut Mark Thomas, varian pelindung ini ditemukan di hampir semua orang dari Timur Tengah hingga India dan sebagian Eropa--di kota-kota telah ada selama ribuan tahun lalu. "Hal ini tampaknya contoh elegan evolusi yang sedang bekerja. Ia menandai pentingnya aspek terbaru evolusi kita sebagai spesies, perkembangan kota sebagai sebuah gaya seleksi. Ia juga dapat menjelaskan beberapa perbedaan yang kita amati pada pola kekebalan penyakit di dunia," kata Barnes.
Kepadatan populasi, kata Thomas, berperan penting dalam membentuk begitu banyak aspek spesies manusia. Variabel ini jadi faktor vital dalam evolusi kemampuan kompleks dan budaya dari spesies manusia dan membedakannya dengan primata lainnya.
Faktor ini juga mengendalikan banyak perbedaan genetik yang terlihat sekarang di antara berbagai populasi di dunia. Kondisi saat ini memperlihatkan bagaimana penyakit menular tersebar di masa lalu dan bagaimana manusia berevolusi untuk menghambat penyakit tersebut.
UNTUNG WIDYANTO | the guardian | sciencedaily