Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Berubahnya Pranata Mangsa

image-gnews
Tempo/Arie Basuki
Tempo/Arie Basuki
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Mengapa pranata mangsa kepunyaan nenek moyang tidak dapat lagi jadi pegangan dalam bertani? Bagaimana nasib anak-anak kami jika pranata mangsa itu berubah? Pertanyaan ini diajukan petani di Indramayu dan Gunungkidul kepada tim peneliti dari Departemen Antropologi Universitas Indonesia yang dipimpin Yunita Triwardani Winarto.

Tim peneliti kemudian mengajak para petani belajar bersama-sama mengamati cuaca yang berubah-ubah. Selama berbulan-bulan, mereka mencatat curah hujan, musim kemarau, kapan matahari sedang panas dan hama datang, serta informasi lainnya. "Ibu, kita harus susun pranata mangsa baru," ujar Yunita, menceritakan pendapat seorang petani.

Kamis (7/10) pekan lalu, Yunita dan timnya memaparkan temuan itu dalam acara "Learning from Climate Change: Collaborating with Indramayu Farmers in Measuring Rainfall" di kampus Universitas Indonesia, Depok. Pembahas presentasi itu adalah Iwan Tjitradjaya, Ezra M. Choesin, dan Kees Stigter, ahli agroklimatologi dari Agromet Vision, Belanda.

Pranata mangsa atau "ketentuan musim" adalah semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Penanggalan ini berbasis peredaran matahari dan siklusnya (setahun) berumur 365 hari (atau 366 hari).

Dalam pranata mangsa ini memuat pula berbagai aspek fenologi dan gejala alam yang dimanfaatkan menjadi pedoman dalam kegiatan usaha tani. Termasuk persiapan diri menghadapi bencana kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir yang mungkin timbul sewaktu-waktu.

Menurut Yunita--yang mendapat gelar Akademi Profesor dari Akademi Professorship Indonesia dan The Royal Netherlands Academy of Arts and Sciences--saat ini petani kebingungan dalam mengambil keputusan di tengah cuaca ekstrem yang berubah-ubah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika selalu melansir prakiraan cuaca. "Namun sering tidak sampai ke petani," kata Yunita, yang meraih doktor antropologi dari The Australian National University.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kementerian Pertanian memang membantu benih tahan cuaca ekstrem dan membentuk Sekolah Lapang Iklim di beberapa daerah. Namun, setelah program selesai, petani bingung harus bertanya ke mana lagi. Di sisi lain, pengetahuan penyuluh pertanian sangat minim dan tidak dipercaya karena jarang turun ke sawah. Petani, ujar Yunita, butuh pendampingan selama proses adaptasi perubahan iklim. Alhasil, program berbasis proyek tidak bisa mengurangi kerentanan petani.

Menurut Yunita, perubahan iklim merupakan masalah budaya. "Apa yang sebenarnya terjadi bila akhirnya interaksi manusia dan lingkungan hidupnya menjadi semakin kehilangan pijakan?" Pola-pola pemanfaatan, pelestarian, dan pengelolaan sumber daya alam yang telah terbudayakan selama ratusan tahun tidak dapat dipertahankan lagi. Karena itu, Yunita melanjutkan, pengetahuan tentang cuaca dan iklim serta strategi pengelolaan sumber daya alam perlu disesuaikan. "Dialektika antara perubahan iklim, pengetahuan, dan praktek perlu berlangsung terus-menerus," katanya.

Untuk itu, butuh kajian secara cermat mekanisme yang memungkinkan penduduk setempat mampu mengintegrasikan ulang pengetahuan dan kosmologi yang diacu dalam bercocok tanam, seperti pranata mangsa, pada petani di Jawa. Menurut Yunita, selisih 2 derajat Celsius dalam perubahan iklim mungkin tak terlalu berpengaruh bagi penduduk kota yang tidak menggantungkan hidupnya dari bercocok tanam. Namun hal ini sangat berpengaruh terhadap para petani dan anak cucunya, yang hidupnya dari pertanian.

UNTUNG WIDYANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

4 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

7 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

8 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

8 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

13 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

19 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

22 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

25 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

31 hari lalu

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.
Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.


Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

37 hari lalu

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mengecek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur, Senin (18/3/2024), yang direncanakan menjadi lokasi upacara HUT Ke-79 RI pada 17 Agustus 2024. ANTARA/HO-Biro Humas Setjen Kemhan RI.
Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.