"Dalam tiga dasawarsa terakhir, kami menyaksikan penurunan jumlah pantai tempat bertelur penyu laut di seluruh dunia," kata Javier Diéguez-Uribeondo dan Adolfo Marco dari Consejo Superior de Investigaciones Cientificas-CSIC Spanyol. "Meski ada banyak alasan atas penurunan populasi penyu berkaitan dengan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan pantai, kami menduga mikroorganisme patogen juga turut mempengaruhi."
Fusarium solani adalah strain jamur kompleks yang terdistribusi lewat tanah dan dapat menyebabkan penyakit serius pada tanaman. Parasit yang kerap ditemukan pada tanaman kentang ini diketahui telah menginfeksi sedikitnya 111 spesies tumbuhan dari 87 genera dan dapat menyebabkan penyakit pada binatang yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
Selama fase perkembangan janin, telur penyu terkubur dalam pasir yang hangat dan memiliki kelembapan tinggi, kondisi yang amat sesuai dengan pertumbuhan jamur Fusarium solani. Telur yang terserang jamur itu akhirnya gagal menetas sehingga menyebabkan populasi penyu menurun tajam.
Dalam riset di Pulau Boavista, Cape Verde, di perairan Afrika Barat, tim Diéguez-Uribeondo mengamati populasi penyu tempayan (Caretta caretta). Pulau Boavista adalah salah satu wilayah bertelur yang amat penting bagi spesies itu. Mereka meneliti cangkang telur yang terinfeksi jamur, begitu pula janin penyu yang mati dari lokasi bertelur di Pantai Ervatao, Joao Barrosa, dan Curral Velho. Mereka menemukan 25 isolat F. solani yang berasosiasi dengan kematian massal penyu dalam telur.
"Studi ini mengungkap bahwa strain F. solani bertanggung jawab atas gejala yang kami amati di pantai tempat penyu bertelur," kata Diéguez-Uribeondo. "Ini menunjukkan bahwa infeksi tersebut adalah ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies terancam punah itu."
SCIENCEDAILY | TJANDRA