"Asumsinya, jutaan meter kubik air yang datang bersama lumpur itu tak mungkin hanya dari air bawah tanah saja," kata Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Iskandar Zulkarnaen di Bandung, Jumat. "Struktur tanah koros di Penanggungan itulah yang memasok air." Bila pasokan air ini bisa dihentikan, besar kemungkinan semburan lumpur Lapindo juga akan berkurang.
Menurut Iskandar, timnya telah melakukan pengukuran gaya `gravity` dari selatan ke barat. Hasil pengukuran itu menunjukkan adanya struktur koros yang membentang dari pegunungan Penanggungan yang merupakan daerah tangkapan air.
Bila terbukti ada struktur koros itu, maka peneliti LIPI merekomendasikan adanya intervensi teknologi untuk memperkecil dan bahkan menutup pori-pori di struktur lapisan koros itu sehinga suplay air bisa berhenti atau diminimalisasi. Menurut Iskandar, Kementrian PU memiliki teknologi dan teknik untuk memperkuat kontruksi termasuk untuk menutup zona koros itu.
"Awalnya ada ada dua prediksi awal air, yakni dari air laut Madura atau air tanah. Setelah diteliti isotop semburan lumpur itu tidak mirip air laur, sehingga jelas berasal dari air tanah," kata Iskandar.
Hasil penelitian terkait upaya penghentian semburan lumpur Lapindo itu merupakan salah satu yang dipaparkan dan dibahas pada pemaparan hasil-hasil penelitian LIPI khususnya Pusat Penelitian Geoteknologi. Forum itu menurut Iskandar merupakan ajang interaksi antara peneliti, masyarakat, pemerintah dan elemen terkait lainnya, termasuk dengan lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang).
Baca Juga:
ANT | BS