TEMPO.CO, Toronto - Perubahan iklim global diperkirakan dapat "menghidupkan" kembali hutan kuno yang baru ditemukan di utara Kanada. Alexandre Guertin-Pasquier dari Departemen Geografi di University of Montreal mengungkapkan kemungkinan tersebut dalam pemaparannya di Canadian Paleontology Conference di Toronto, Senin lalu.
"Menurut data pemodelan, kondisi iklim Pulau Bylot akan dapat mendukung kehidupan sejumlah pohon yang kami temukan dalam fosil hutan yang pernah ada di sini, seperti dedalu, pinus, dan spruce—sejenis cemara,” kata Guertin-Pasquier.
Para peneliti juga menemukan bukti tumbuhnya pohon oak dan hickory dekat lokasi studi pada periode tersebut. “Meskipun butuh waktu cukup lama bagi seluruh hutan untuk tumbuh kembali, temuan ini menunjukkan bahwa cucu kita kelak dapat menanam pohon dan menyaksikannya tumbuh.”
Fosil hutan yang ditemukan di Pulau Bylot di Nunavut diperkirakan berumur antara 2,6 dan 3 juta tahun, berdasarkan penemuan spesies punah dan analisis paleomagnetik. Menggunakan landasan bahwa jarum kompas selalu bergerak mengikuti kutub magnetik, analisis paleomagnetik berusaha melihat bagaimana medan magnetik Bumi mempengaruhi sedimen magnetik dalam batuan. Informasi ini dapat digunakan untuk mengukur usia batuan karena sejarah pergerakan kutub magnetik relatif telah diketahui.
Sampel kayu hutan purba ini terawetkan baik selama jutaan tahun di dalam gambut dan tanah beku permanen (permafrost).
“Kami mempelajari sedimen dalam hutan dan menemukan sebuk sari yang umum dijumpai pada iklim dengan rata-rata temperatur tahunan sekitar 0 derajat Celsius,” kata Guertin-Pasquier.
Sebagai perbandingan, suhu rata-rata di Pulau Bylot saat ini sekitar minus 15 derajat Celsius. Sampel ini diambil dari sejumlah lubang bor berdiameter 10 meter sedalam satu hingga dua meter. Kerasnya musim dingin Arktik dan begitu terpencilnya lokasi menyebabkan para peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengungkap misteri hutan purba tersebut.
Di musim panas pun, Guertin-Pasquier dan timnya tetap menghadapi kondisi ekstrem berupa angin kencang 80 km/jam.
“Ada begitu banyak misteri yang melingkupi hutan ini, semisal bagaimana pohon-pohon ini tetap hidup melewati gelapnya musim dingin Arktik yang berkepanjangan,” ujarnya.
Ke depan, Guertin-Pasquier berencana memperluas risetnya dengan mencari fosil tumbuhan lain untuk lebih memahami flora lokal di masa lalu.
SCIENCEDAILY | TJANDRA