TEMPO.CO, Bandung - Sekelompok mahasiswa dan dosen jurusan Teknik Industri Telkom University Bandung merintis proyek pengolahan limbah tanaman mendong (Fimbristylis globulosa) di Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi gas masak. Tanaman jenis rumput itu selama ini menjadi bahan utama industri barang kerajinan, seperti tas dan tikar. Limbah mendong di sebuah desa mencapai kisaran 3 ton per hari.
Menurut dosen pembimbing kelompok itu, Rosad Ma'ali El Hadi, tanaman mendong jadi primadona di beberapa desa di kota dan abupaten Tasikmalaya. Bahan kerajinan itu bahkan masih kurang, sehingga harus didatangkan dari Yogyakarta dan Magelang.
"Limbahnya selama ini tak terurus, jadi ditimbun, dibuang sembarangan atau dibakar," kata dia saat ditemui di gedung Fakultas Rekayasa Industri Telkom University, Jumat, 19 September 2014.
Limbah mendong berasal dari batang-batangnya yang basah dan membusuk, batang tak terpakai, serta sisa potongan bahan kerajinan. Sedikitnya ada lima desa yang terlibat dalam industri kerajinan ini, dari pembuatan hingga penjualan. "Kami coba atasi limbahnya untuk jadi biogas. Selanjutnya sebagai sumber listrik," ujar Rosad.
Untuk perubahan ini, pihak kampus memilih jalan perlahan. Tidak semua rumah akan diajak langsung terlibat dalam upaya mewujudkan kampung mandiri energi ini. "Dua, tiga, rumah dulu yang mau, sudah cukup memuaskan. Yang penting orang bisa lihat buktinya dulu," kata dia. (Baca juga: Biogas Terkendala, Produksi Susu Melorot)
Rencananya tim akan segera memasang perangkat gas masak dari limbah mendong itu di sebuah rumah warga Desa Kamulyan, Kecamatan Manonjaya. Perangkat itu berupa kotak biodigester, mesin pencacah mendong, balon plastik penampung gas, dan kompor khusus biogas. Kotak pengolah limbah dan mesin pencacah hasil rancangan kampus. Biaya pembuatannya lebih dari Rp 20 juta. Proyek itu didanai kampus dan hibah bina desa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Anggota tim, Hilda Awwalia, mengatakan selain pemasangan perangkat, mereka akan berbagi informasi dan cara pengolahan limbah mendong ke warga pengrajin. Limbah dalam kotak biodigester berkapasitas 1,2 meter kubik nantinya akan dicampur kotoran hewan agar lebih cepat membusuk dan menghasilkan gas. "Rencananya pertengahan Oktober nanti kita pasang alatnya," kata dia. Pengguna bisa memasak 3-4 jam per hari tanpa henti dari gas itu.
ANWAR SISWADI
Berita Terpopuler:
Ahok Pilih Nachrowi Jadi Wagub, Lupa 'Haiya, Ahok'
Ahok Mau Bikin Razia Parkir Liar Tambah Seru
Jokowi Kaget Biaya Perjalanan Pemerintah Rp 30 T