TEMPO.CO , Bandung - Sebuah inovasi dalam melacak pesawat jatuh diperkenalkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kepala PVBMG Mohamad Hendrasto mengatakan getaran akibat hunjaman pesawat yang menghantam daratan bisa terekam oleh alat perekam gempa bumi. "Dari rekaman getaran itu bisa di-trace (dilacak) sumber atau lokasinya," ujarnya, Senin, 5 Januari 2015.
Menurut Hendrasto, cara ini teruji dalam kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, 9 Mei 2012. Tabrakan pesawat dengan lereng gunung ternyata terekam oleh peralatan pemantau aktivitas kegempaan gunung api PVMBG. (Baca: Tragedi Sukhoi, 38 Detik yang Terabaikan)
Beberapa hari setelah peristiwa itu, Hendrasto meminta anak buahya memeriksa alat pemantau di gunung-gunung yang berdekatan dengan lokasi jatuhnya pesawat. "Ternyata terekam di Stasiun Pengamatan Gunung Salak dan Gunung Gede," tuturnya. (Baca: Begini Transkrip Percakapan Pilot Sukhoi dan ATC)
Hendrasto mengatakan data rekaman seismik hunjaman pesawat ke daratan itu bisa dimanfaatkan untuk menelusuri lokasi musibah. Cara membedakan jatuhnya pesawat dengan aktivitas gempa vulkanis adalah waktu munculnya getaran, "Sesaat dan langsung hilang." Lembaga yang juga bisa melacak kejadian ini adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), karena memiliki stasiun pengamat gempa bumi.
AHMAD FIKRI
Berita Terpopuler
Bos Air Asia: Headline Media Malaysia Ngawur
Ribut Rute AirAsia, Menteri Jonan di Atas Angin?
Jonan Bekukan Rute AirAsia, Ada Tiga Keanehan