TEMPO.CO, Jakarta - Chief Marketing Officer Kaskus Ronny Sugiadha mengatakan pendapatan layanan komunitas online Kaskus masih di bawah Rp 100 miliar per tahun. "Kami menargetkan bakal menjadi Rp 200 miliar dalam dua tahun ke depan," ujar Ronny kepada wartawan, Minggu, 3 Mei 2015.
Salah satu caranya adalah meningkatkan jumlah anggota dan kegiatan transaksi jual-beli para anggotanya. Untuk itu, Ronny membagi tip kepada para pengguna Kaskus untuk meningkatkan pendapatan. Caranya, pengguna harus bisa memperhatikan tren diskusi di layanan komunitas online itu.
"Misalnya, ada tren batu akik. Kamu harus cepat cari batu akik lalu tawarin di forum jual-beli. Pasti ada yang mau," ucap Ronny, Minggu, 3 Mei 2015.
Saat ini Kaskus mendapat pemasukan dari iklan, donatur, dan hot thread, yang menerapkan tarif tertentu bagi perusahaan komersial yang ingin mempromosikan produknya.
Ronny menuturkan Kaskus terbukti menjadi layanan komunitas online yang mencerminkan tren di Indonesia. "Kalau dia menjadi tren di Kaskus, berarti itu juga menjadi tren di luar," kata Ronny.
Menurut Ronny, ada 650 komunitas dengan berbagai kegiatan yang bernaung di layanan ini. "Kami sedang melakukan roadshow dari Aceh hingga Papua sejak awal tahun ini," ucap Ronny. "Ini untuk mempererat hubungan antara Kaskus dan komunitasnya."
Menurut Ronny, Kaskus memiliki sekitar 28 juta pengunjung unik per bulan. Sedangkan jumlah anggota bertambah sekitar 120 ribu orang per bulan. Jumlah laman yang dibuka per bulan mencapai 700 juta.
Kaskus menjadi forum yang aktif karena ada sekitar 4.000 posting-an atau threads yang dibuat anggotanya tiap hari. "Kami ini social ecommerce terbesar buatan asli Indonesia," kata Ronny.
Menurut Andrew Darwis, salah satu pendiri Kaskus, layanan ini memang unik karena menyediakan berbagai keperluan. "Ada ecommerce, ada berita, iklan juga," tuturnya.
BUDI RIZA