TEMPO.CO, Semarang - Sebuah situs bekas bangunan kuno ditemukan di Desa Duduhan, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menduga temuan situs tersebut merupakan bekas peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
Situs tersebut berupa tanah gundukan yang di dalamnya terdapat bekas bangunan candi. Ini hampir sama dengan situs yang ditemukan di kawasan Pantai Utara Jawa, yakni Tegal, Batang, dan Rembang, Jawa Tengah.
“Situs itu kemungkinan peninggalan masa Mataram Hindu dan Budha. Itu hampir sama dengan yang kami survei sejak 2013,” kata ketua tim penelitian dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Agustijanto Indrajaya, saat diskusi di kantor Badan Perencanaan Daerah Kota Semarang, Kamis 8, Oktober 2015.
Menurut Agustijanto, situs Duduhan di Mijen merupakan jejak awal sejarah penting untuk melihat Mataram Kuno, seperti temuan lain di Pantai Utara Jawa. Di Kabupaten Batang, di Situs Cibuaya di Bangka dan Bali ditemukan arca Wisnu Batang, kemungkinan ada pada abad ke-6 dan 7 Masehi.
Agustijanto menuturkan situs yang diduga bekas bangunan candi itu hampir mirip dengan sisa bangunan di Situs Tuntang, Kabupaten Semarang, berupa prasasti yang ada pada 1760-an. Situs Tuntang itu merupakan awal berdirinya peradaban Mataram Kuno.
Situs Duduhan ini sebenarnya telah ditemukan Balai Arkeologi pada 1976. Situs itu sebelumnya berupa gundukan tanah di area perkebunan warga setinggi 1 meter. Pada September lalu, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menggali selama lima hari di sisi barat area tersebut. Di sana terdapat struktur sisa bagian pondasi dan sedikit kaki candi yang diduga terdapat tangga masuk.
“Di barat laut temukan sudut candi, yakni dinding utara. Di sudut tenggara ke arah dinding timur, ada struktur yang dibuka berukuran 2 x 2 meter,” ucapnya.
Selain menemukan benda tersebut, timnya menemukan tempat persembahan yang diyakini berumur sama. Benda itu ditemukan di permukiman penduduk di Dusun Telaga dekat Duduhan.
Arkeolog dari Universitas Negeri Semarang, Ufi Saraswati, juga meyakini situs yang sedang diteliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional itu terkait dengan Mataram Kuno. Meskipun Semarang dalam peta modern merupakan kota pesisir. “Situs itu menunjukkan Semarang jadi pintu alternatif masuknya Hindu Jawa Tengah,” ujar Ufi.
Menurut dia, keberadaan Situs Duduhan merupakan bukti baru bagi para ahli yang selama ini jarang menjelaskan masuknya Hindu-Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi. “Selama ini, Sriwijaya yang dikenal memberikan pengaruh Buddha,” tuturnya.
Selain itu, keberadaan situs tersebut dinilai terkait erat dengan Kerajaan Tarumanagara yang cenderung Hindu. Hal itu sama dengan pembuktian candi di Jawa Tengah yang siwaistik dan buddhistik. “Ini menarik. Di Jawa Tengah utara (karakter candinya) buddhistik dan selatan siwaistik,” katanya.
Saat ditemukan, situs itu dulu masuk Kabupaten Kendal dan terdapat arca Ganesha yang dititipkan di Museum Ronggowarsito, Semarang. Namun, hasil cek sementara, arca itu belum ditemukan pengelola museum. “Padahal ada kode inventaris. Tapi, saat dicek, belum ditemukan,” ucapnya.
EDI FAISOL