TEMPO.CO, Michigan - Penggunaan drone, atau perangkat udara nirawak, mulai kerap digunakan untuk tujuan kurang baik. Seorang profesor mekanik dari Michigan Technological University pun menciptakan perangkat penangkap drone berbahaya semacam ini.
Inspirasi Mo Rastgaar, sang pencipta, muncul saat ia mendengar panitia Piala Dunia menyiapkan sniper untuk menembak jatuh drone yang mengancam. “Saya kira, kalau ancaman dari drone, kamu tak akan mau menembaknya. Bagaimana kalau ia membawa bahan peledak? Lebih baik menangkap dan membawanya pergi,” kata dia seperti dilansir dari Michigan Tech News, Kamis, 7 Januari 2016 waktu setempat.
Alat penangkap ini memiliki sistem yang sederhana: drone yang dilengkapi jaring raksasa. Setelah berhasil menentukan lokasi drone pengganggu, pemegang kendali dapat segera meluncurkan drone pemburu untuk menangkapnya. Jaring dapat menangkap drone dari jarak 40 kaki, atau sekitar 12 meter. Jaring yang dipilih pun berukuran besar dan dilontarkan dengan kecepatan tinggi hingga drone kecil yang lincah pun tak dapat meloloskan diri.
Upaya untuk meloloskan diri, seperti terbang tak beraturan, justru malah membuat jaring semakin melilit drone pengganggu. Selanjutnya, menurut Rastgaar, drone pemburu cukup mengulurkan jaring hingga ke permukaan tanah di lokasi aman.
Drone pemburu ini berkecepatan 64 kilo meter perjam, dengan lebar jaring 2,5x2,5 meter. Ukuran ini sengaja dipilih supaya jaring dapat menangkap drone, tanpa perlu membidik secara tepat. Meski tak disebutkan secara persis, Rastgaar mengungkapkan timnya memilih drone berukuran terbesar di pasar saat ini. Mereka berencana untuk mematenkan drone pemburu ini.
Sebelumnya, kepolisian Jepang telah mengumumkan pasukan pemburu drone dengan menggunakan konsep serupa. Sementara Amerika Serikat sendiri mengatasi ancaman dari drone dengan mewajibkan registrasi bagi seluruh pemilik drone di negara tersebut.
MICHIGAN TECH | MASHABLE | URSULA FLORENE