TEMPO.CO, Las Vegas - Pengaturan lalu lintas pesawat tak berawak yang memungkinkan jasa pengiriman drone dan layanan berbasis drone lainnya akan menjadi penting jika Amazon dan Google atau perusahaan lain ingin mengirimkan paket ke rumah pelanggan mereka.
Awal pekan ini, VP Global Public Policy Amazon Paul Misener dan pemimpin Project Wing Google Dave Vos, serta perwakilan dari NASA dan Intel, membahas visi mereka tentang bagaimana Federal Aviation Administration (FAA) mengatur lalu lintas drone dalam panel di Consumer Electronics Show (CES) 2016, Las Vegas.
Baca Juga:
Sementara semua orang tampaknya setuju pada beberapa hal mendasar, ada juga beberapa perbedaan kecil terkait bagaimana Google dan Amazon menginginkan regulasi itu.
Inilah usulan Google: perusahaan pada dasarnya menginginkan sistem di mana drone menyatakan di mana mereka berada dan apa yang ingin mereka lakukan sebelum mereka lepas landas. Sistem terpusat kemudian memberitahu mereka bahwa mereka boleh untuk terbang - atau mereka harus mengubah rencana mereka sedikit untuk memungkinkan lalu lintas lainnya. Kemudian, setelah operator drone mendapat persetujuan, pesawat tak berawak itu lepas landas dan mengupdate sendiri jalurnya.
Hal ini berarti operator drone komersial harus mengajukan rencana penerbangan sebelumnya dan kemudian lepas landas dan mengikutinya. Mereka juga bisa meminta sebagian kecil ruang udara untuk mengambil foto di daerah tertentu, dan lembaga penegak hukum bisa memagar betis daerah untuk aktivitas mereka. Jika sesuatu yang tidak terduga terjadi, drone akan menanganinya dalam penerbangan dan berkoordinasi dengan sistem kontrol.
Apa yang diinginkan Google pada dasarnya adalah versi otomatis dari sistem kontrol lalu lintas udara (ATC) yang sudah ada saat ini. Vos mencatat bahwa pembatasan terbesar di ATC saat ini adalah bahwa manusia harus terlibat. “Jika itu sepenuhnya otomatis, hal ini bisa terjadi dengan kecepatan pemrosesan," ujarnya.
Salah satu fitur penting lainnya dalam rencana Google adalah bahwa link komunikasi dengan pesawat tak berawak harus selalu non-critical. Drone harus mampu berfungsi tanpa memiliki koneksi ke operator dan server FAA.
Amazon, di sisi lain, menempatkan penekanan pada fasilitas koordinasi pusat dan lebih pada teknologi “merasakan dan menghindar” dalam penerbangan. Misener mencatat bahwa ia sebagian besar setuju dengan Vos, tetapi pada saat yang sama, dia tidak setuju dengan asumsi bahwa memiliki lingkungan yang kolaboratif akan cukup.
Menurut dia, masih akan ada burung, balon, layang-layang dan alat-alat terbang berawak dan tidak berawak lainnya di udara, terutama pada ketinggian rendah yang tidak akan terpantau baik dengan sistem ATC.
Amazon berpikir tentang sistem “merasa-dan-menghindari” kolaboratif yang tidak begitu banyak terfokus pada struktur komando dan kontrol pusat dan lebih pada membuat drone dapat melihat dan menghindari satu sama lain, menggunakan sensor on-board, mereka membuat jalan mereka ke pelanggan.
Satu hal baik Google dan Amazon tampaknya setuju adalah bahwa teknologi itu seharusnya tidak dimasukkan ke regulasi dari awal. Apa yang mereka inginkan adalah kerangka kerja yang telah disepakati yang tidak tiba-tiba mengunci industri yang terus berinovasi cepat ini.
Perlu dicatat bahwa Google, Amazon dan perusahaan lain yang terlibat dalam penggunaan pesawat tak berawak komersial bekerja sama dengan NASA dan FAA pada proyek Unmanned Aircraft Sistem Traffic Management (UTM).
Idenya adalah adalah untuk mengukir ruang wilayah udara antara 200 dan 500 kaki yang akan memungkinkan untuk penggunaan drone komersial dan untuk membangun sebuah sistem yang akan memungkinkan untuk mengelola lalu lintasnya.
Ini adalah proyek jangka panjang, dan hasilnya tidak akan muncul sampai 2019. Google dan Amazon pasti ingin terbang lebih cepat dari itu.
TECHCRUNCH | ERWIN Z