TEMPO.CO, Beijing - Sekelompok arkeolog Cina mengaku menemukan teh tertua di dunia yang berasal dari 2.150 tahun lalu. Temuan itu diperoleh dari harta karun yang terkubur bersama jasad Kaisar Cina.
Seperti dilansir Independent pada 11 Januari 2016, para penemu berasal dari Chinese Academy of Sciences. Mereka merujuk pada kepercayaan bahwa bangsa Cina telah meminum teh sejak beratus-ratus tahun lalu.
Hal itu dibuktikan melalui teks kuno yang berisi tulisan tentang Cina mengekspor daun teh ke Tibet. Memang belum ada bukti fisik keberadaan teh sejak ribuan tahun lalu.
Para ahli itu menggunakan spektrometri massa untuk memeriksa kristal kecil yang terjebak antara rambut di makam. Mereka menyimpulkan bahwa itu merupakan daun dari periode pertengahan abad ke-2 Sebelum Masehi.
Penelitian tersebut juga menemukan millet, beras, dan chenopod pada makam Kaisar Jing dari Dinasti Han. Menurut kepercayaan masyarakat kuno, jenis-jenis makanan yang ditemukan tersebut dikubur bersama jasad Kaisar guna menjadi bekalnya di kehidupan berikutnya.
Teh dikubur dalam kotak kayu bersama barang-barang lain berukuran besar. Seperti senjata, patung-patung tembikar, keramik bentuk binatang, dan beberapa kereta ukuran nyata lengkap dengan kudanya.
"Penemuan ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan modern dapat mengungkapkan rincian penting yang sebelumnya tidak diketahui tentang budaya Cina kuno," ujar Profesor Dorian Fuller, Direktur International Centre for Chinese Heritage and Archaeology, yang berbasis di UCL, London.
Menurut dia, identifikasi teh yang ditemukan di kompleks makam Kaisar Jing membawa kita sekilas ke tradisi yang sangat kuno yang menjelaskan asal usul salah satu minuman favorit dunia tersebut.
Makam itu terletak di dekat ibu kota Kaisar Jing Di, yaitu Chang'an. Wilayah tersebut kini dikenal sebagai Xian modern dan boleh didatangi pengunjung umum.
INDEPENDENT | YON DEMA