TEMPO.CO, Yogyakarta - Bagi kalangan etnis Jawa, gerhana matahari terjadi lantaran matahari dimakan oleh Sang Rahu. Saat terjadi gerhana matahari, masyarakat memukul keuntungan, memukul-mukul lesung, lalu anak-anak ngumpet di kolong tempat tidur. Bagi warga lain, terutama yang beragama Islam melaksanakan salat kusufusyams, salat gerhana matahari.
"Bunyi-bunyian yang gemuruh supaya Kala Rahu panik dan pergi," kata Purwadi, pakar Sastra Jawa Universitas Negeri Yogyakarta, Jumat, 4 Maret 2016.
Alkisah, saat Prabu Adisoka berkuasa, para dewa membagi tirta amerta (air kehidupan) dan seketika menjadi sangat sakti serta abadi. Namun, ada sesosok raksasa bernama Kala Rahu turut meminum air tersebut.
Saat air baru sampai di kerongkongan Rahu, tetiba...blas! Leher Sang Rahu terputus kena senjata cakra milik Batara Wisnu. Air itu tak sampai ke badannya.
Sang Rahu murka. Ia pun memakan Batara Surya (Matahari) dan Batara Candra (Bulan), dua dewa yang melaporkannya kepada Wisnu.
Melihat hal tersebut Raja Adisoka memerintahkan seluruh warganya untuk memukul kentongan dan lesung. Bunyi-bunyian bertalu tersebut dimaksudkan agar Rahu takut. Akhirnya, Batara Surya dan Batara Candra selamat, dan Rahu pergi.
Purwadi mengatakan, bunyi-bunyian bertalu mengandung nilai estetika yang tinggi. "Ritmik pentatonik yang seirama tercipta," ujarnya.
Hingga kini, masih banyak masyarakat Yogyakarta yang melakukan tradisi pukul kentongan dan lesung. Terutama di desa-desa yang masih banyak persawahan. Kegiatan yang disebut gejog lesung ini biasanya dilakukan oleh kaum petani. Bahkan, saat ini gejog lesung menjadi seni tradisi yang dilombakan.
Sedangkan umat muslim Yogyakarta akan melakukan salat sunah gerhana. Menurut Ketua Dewan Takmir Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Azman Latief, salat akan dilaksanakan di masjid besar keraton. "untuk mengingatkan kebesaran sang pencipta yang bisa mengatur segala penjuru alam, termasuk terjadinya gerhana matahari maupun bulan," ujarnya.
Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan, gerhana matahari 9 Maret 2016 di Yogyakarta kebagian 84 persen. Diperkirakan cuaca cerah berawan saat terjadi gerhana matahari.
"Tiga hari menjelang terjadinya gerhana akan kami sampaikan prakiraan secara detail," kata dia. Fenomena gerhana matahari akan terjadi mulai pukul 06.20 hingga 08.35 WIB.
Pada 1983, Yogyakarta dan sekitarnya pernah mengalami gerhana matahari.
M. Syaifullah